Sunday, September 20, 2009

Sydney lagi


Tanggal Sept 22, - Oct. 10, 2009  saya dan isteri akan pergi ke Sydney lagi.

Kali yang ke 5 kali sejak Jan 2000, Des 2005, Apr 2007, dan Des 2007.

Kami akan berkunjung ke tempat putra/putri kami. Kalau masih sempat saya akan akses Internet di sana dan akan menulis / posting beberapa artikel yang menarik.

See you later.

Saturday, September 19, 2009

Abdul Farouq: Berhari Raya Bersama Rasulullah

Insya Allah kita akan menyambut 1 Syawal 1430 H besok pagi. Ada satu ebook yang menarik perhatian saya.Bagaiamana cara Rasulullah dalam menyambut 1 Syawal? Apakah bermewah-mewahan? atau bagaimana?Dalam format .pdf Silakan kita baca bersama disini >>Sumber ekstragratis.com

Thursday, September 17, 2009

Senyum


Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum,

tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau

adalah alasan di belakangnya! 

Perencanaan bisnis sebuah kunci sukses bisnis

Membuat perencanaan bisnis untuk menentukan arah bisnis anda, perlu dilakukan secara teratur. Tujuan perencanaan bisnis adalah untuk menggarisbawahi bagaimana cara untuk mencapai visi dan goal bisnis anda, serta memberikan perencanaan bisnis praktis untuk anda terapkan tahun depan.


1. Menentukan prioritas bisnis.
Sebagai contoh, ada tiga aspek dari bisnis saya yang menurut saya merupakan hal terpenting dalam usaha mencapai visi bisnis saya untuk tahun depan. Begitu juga dengan bisnis anda. Lihatlah tiga saja aspek dalam bisnis anda yang anda pandang memerlukan perbaikan segera dan tentukan prioritasnya secara berurutan mulai dari yang terpenting ke yang tidak penting.

2. Brainstorming.

Fokuslah pada salah satu atau dua dari prioritas anda. Apa yang dapat anda lakukan untuk mencapai apa yang ingin anda capai? Biarkan otak anda berpikir dan buatlah daftar ide atas semua tindakan yang mungkin anda ambil, tidak peduli betapa aneh dan tidak bermutunya ide tersebut. (Disinilah adanya partner bisnis atau tim perencanaan bisnis akan sangat membantu; orang lain seringkali datang dengan ide yang sama sekali belum pernah anda pikirkan!)

Sebagai contoh,Saya sudah menentukan prioritas bisnis saya adalah marketing dan Publik relations, saya akan melakukan brainstorming atas semua tindakan yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan marketing bisnis dan Publik relations bisnis saya sehingga saya dapat menggandakan penjualan dan produk saya dikenal secara nasional. Saya dapat :

• Membuat sebuah website
• Mengirimkan press releases secara teratur
• Melakukan sesuatu yang unik atau tidak biasa yang membuat produk saya dikenal luas
• Menyewa seorang ahli Public Relation
• Menerapkan suatu perencanaan marketing
• Melakukan suatu kampanye besar-besaran dengan mengirimkan contoh produk saya kepada calon pelanggan potensial
• Membayar agar nama bisnis saya dapat masuk iklan televisi
• Beriklan di majalah nasional
• Beriklan di search engines

Ini hanya sebagian daftar saja, mudah-mudahan anda mendapatkan idenya. Hal terpenting dalam tahapan brainstorming adalah mencata semua ide anda tanpa berusaha melakukan prejudging (dan penolakan) salah satu dari mereka. Ide yang tampak paling mustahil justru mungkin merupakan ide yang baik. Semoga perencanaan bisnis yang baik akan membawa kesuksesan terhadap bisnis anda

Tuesday, September 15, 2009


KUTIPAN:

 Lupakan masa lalu.

 Hiduplah masa kini.

 Mimpikan yang akan datang.

Monday, September 14, 2009

Menyalahkan KB


 Kisah nyata ini sudah lama terjdi, tetapi bila saya berhadapan dengan Ibu akseptor ( peserta ) KB ( Keluarga Berencana ), kisah ini muncul kembali dari memori saya.

Tahun 1980-an, program KB merupakan program Kesehatan di Puskesmas yang paling ngetop. Pemerintah R.I. dengan gencar meghendaki agar program Nasional KB ini berhasil. Tidak heran bila ada petugas Kesehatan dari Negara-negara Afrika mengunjungi R.I. untuk study banding dalam program KB. Pemerintah menghendaki KB sukses agar laju pertambahan penduduk dapat diperkecil. Government pressure demikian gencarnya sehingga PNS yang anaknya lebih dari 2 orang, jangan harap dapat dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi.

Target program KB yang cukup tinggi kadang sulit dicapai pada daerah-daerah tertentu dalam wilayah kerja ( kecamatan ) tiap Puskesmas.

Pasangan Bapak dan Ibu Madi ( bukan nama sebenarnya ) mempunyai 4 orang anak ( 8, 6, 4 dan 2 tahun ). Bapak dan Ibu M jelas merupakan target KB di Puskesmas kami. Motivasi yang dilakukan petugas KB akhirnya membuahkan hasil. Ibu M mengikuti KB dengna cara suntik 3 bulan sekali.

3 bulan berlalu dan awal bulan ke 4 Bpk dan Ibu M membawa putra yang umur 4 dan 2 tahun ke Puskesmas. Bpk. M marah-marah kepada petugas di loket pendaftaran pasien.

Bpk M bicara dengan suara cukup keras “Mana Dokternya? Isteri saya ikut KB, tapi anak-anak kami bukannya menjadi sehat tetapi malah sakit Muntaber. Saya tidak terima!”

Pasien-pasien di ruang tunggu Puskesmas menghindar, khawatir terjadi keributan.

Mendengar suara gaduh, saya minta kepada seorang petugas, agar Bpk dan Ibu M segera masuk ke ruang pemeriksaan, dimana saya bekerja.

Saya bertanya kepada Bpk dan Ibu M  “Met pagi, Bapak dan Ibu. Bisa saya Bantu?”

Pak M berkat dengan nada masih sewot “Dok, program KB kan untuk menyehatkan masayarakat.”

”Betul sekali, Pak” kata saya.

“3  bulan yang lalu isteri saya disuntik KB, tapi tadi pagi kedua putra kami sakit Muntaber.

Saya akhirnya paham duduk persoalnnya.

Masih dengan sabar, saya lalu bertanya “Pak, yang ikut KB siapa dan yang sakit Muntaber siapa? Sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara keikutsertaan KB isteri Bapak dengan sakitnya kedua putra Bapak. Ibu yang disuntik atau tidak disuntik KB, bisa saja anak-anaknya sakit Muntaber.”

Pak M masih belum mau menerima argumentasi saya.

“Kalau iteri saya tidak disuntik KB, mungkin kedua anak saya tidak Muntaber” kata Pak M.

Ya Tuhan, kok menyalahkan KB sih. Saya pakai pemecahan masalah yang win-win solution sajalah.

Selanjutnya saya berkata kepada Pak & Ibu  M “Baiklah, saya mengerti masalah Bapak dan Ibu. Kedua putra Bapak kami periksa dan diberi obat. Tidak usah bayar alias gratis untuk kali ini”

Mendengar “gratis”, wajah Pak M menjadi cerah, secerah matahari siang itu di daerah Pantura ( Pantai Utara ) P. Jawa.  Pak M tidak marah-marah lagi.

---

Ikut suntik KB alasannya dipaksa-paksa petugas. Jadi kalau keluarganya sakit, pak M seolah-olah menuntut diberi pelayanan kesehatan kalau bisa ya gratis gitu.

Beruntung pikiran saya masih jernih sehingga menemukan solusi terbaik. Win-win solution.

Masih ada beberapa kisah “lucu” seputar program KB yang saat ini sudah longgar, kurang mendapat perhatian lagi. Rupanya sudah tergeser dengan masalah: HIV/AIDS, Narkoba, Flu Burung, Flu Babi dll.

---

Pesan moral:

1. Untuk berbuat kebaikan, kadang-kadang masih sulit dilakukan.

2. Mencari kesalahan orang lain mudah dilakukan, tetapi mencatat kebaikannya sering  kali sulit dilakukan.


 

Sunday, September 13, 2009

Buka Puasa bersama




 Kemarin sore Isteri saya mengajak saya sebagai ajudan untuk buka puasa bersama seluruh Staf Unit Transfusi Darah PMI Kota Cirebon dan Keluarga. Di sebuah RM lesehan di kota Sumber ( ibu kota Kabupaten Cirebon, sekitar 10 km dari kota Cirebon ).

Acara buka puasa bersama menjelang Hari Raya Idul Fitri setiap tahun diadakan. Hidangan yang dipesan beberapa hari sebelumnya terdiri dari makanan Sunda seperti: Nasi putih pulen, Ikan bakar, Ikan goreng, Sop Jamur Kuping, Udang ca saos tirem, Tempe goreng, Lalab dan Sambel ( kesukaan orang Jawa Barat ). Minuman Es Kelapa muda. Isteri saya juga menyiapkan  hidangan Tajil ( makanan pembuka: buah Kurma dan Manisan  Belimbing Wuluh ( buatan sendiri ). Terakhir dihidangkan Buah Jeruk dan Lengkeng. Cukup nyaman hidangan buka puasa tsb.Tidak ada tempat kosong saat buka puasa di RM itu. Laris manis.

Tepat pukul 18.00 seluruh undangan hadir, duduk sila ( lesehan ) menjadikan suasana menjadi lebih santai. Bagi yang sudah berumur diatas 50 tahun, duduk sila membuat tungkai menjadi sesemutan dan sukar bangun kembali setelah santap malam. Dalam waktu singkat hidangan habis disantap oleh para undangan. Bagi yang puasa maka acara buka puasa merupakan acara yang ditunggu-tunggu. Kami gembira semua habis  disantap.

Bagi saya pribadi acara  buka puasa  sangat berarti dalam hidup kami. Sebenarnya bukan enaknya hidangan yang tersedia itu membuat terasa nyaman, tetapi siapa teman makan kita saat itu. Kalau makan bersama dengan orang-orang yang dekat dengan kita atau staf kantor yang selalu sibuk dalam jam kerja, maka makan bersama merupakan suatu kenyamanan yang sukar didapat. Tidak ada atasan dan bawahan, semua sama duduk lesehan. Kapan lagi bukan? Saat-saat itulah yang sangat menggembirakan seluruh Staf Kantor dimana isteri saya bekerja. Semua tersenyum, tertawa atau ditertawakan orang lain, guyonan silih berganti sambil menikmati hidangan yang tersedia.

Ada yang berkomentar, kok ikan Mas gorengnya agak bau tanah ya ( maklum ikan Mas itu hidupnya di kolam tanah ). Saya membatin, ikannya bau tanah dan yang makannya ( saya ) juga sudah bau tanah o.k. sudah sepuh. He..he..Saya bersyukur kalau saat itu saya masih dapat bertemu dengan seluruh Staf isteri saya. Sore itu saya turut merasakan suasana santai dan gembira dapat makan bersama dengan orang-orang yang dekat dengan isteri saya.

Saya bertanya dengan guyon kepada salah satu Staf  “Mengapa orang tidak bosan makan, tetapi kalau bekerja cepat bosan?”

Ia menjawab “Makan itu suatu kebutuhan hidup sih, Dok.”

Saya balik bertanya “Kalau bekerja?”

“He..he…kalau bekerja sering angin-anginan ya, Dok?” ia menjawab sekenanya.

Ha…ha… kami tertawa terbahak-bahak. Anda tahu sendirilah maksudnya. Itu hanya suatu guyonan belaka.

Sore sudah menjadi malam dan tibalah waktunya kami  pulang ke rumah masing-masing. Idul Fitri masih 8 hari lagi, 21 - 22 September 2009.

"Mohon Maaf Lahir dan Batin."-

Saturday, September 12, 2009

Enak jadi Dokter?


Kemarin pagi teman lama saya datang  ke tempat saya.

Teman saya Hasan ( bukan nama sebenarnya ), 61 tahun ini mengeluh ada batuk, flu sejak 1 minggu  yang masih belum sembuh juga meskipun sudah  minum obat anti Flu yang dapat dibeli bebas di Apotik.

2 tahun terakhir, beberapa kali Hasan datang berobat kepada saya. Seperti biasa saya tidak menarik doctor fee, maklum teman lama. ( katanya itulah enaknya punya teman seorang dokter, bisa dapat gratisan ).

Teman saya Hasan ini  selalu berkata “Bas, enak ya jadi dokter.”

“Enaknya apa sih?” jawab saya.

“Duit datang sendiri.” Begitu argumentasinya.

Lalu saya menjawab “Ya, ialah duit datang sendiri, kecuali kalau saya jadi Tukang Kredit yang harus menjemput uang di rumah orang-orang yang hutang kepada saya. Kamu  yang jadi pedagang kan duitnya datang sendiri ketika orang-orang datang belanja di toko kamu.”

Saya berkata kepada Hasan “San, mengapa kamu selalu bilang kepada saya kalau jadi dokter itu enak?”

“Yaitu duit datang sendiri enaknya.”

“San, jadi dokter itu sebenarnya tidak mudah seperti jadi pedagang seperti Kamu. Punya duit sekian ratus ribu sudah bisa jualan. Kalau dokter harus sekolah bertahun-tahun, biayanya lebih dari ratusan ribu rupiah, harus punya Ijin Praktik, bayar Pajak Penghasilan dll urusan yang harus dipenuhi,” kata saya.

Hasan sepertinya mempunyai kecemburuan sosial terhadap temannya yang bisa jadi dokter dan berkata lagi “Ah…jadi Pedagang juga bisa rugi dan jualan bisa tidak laku. Kalau dokter kan tiap hari duit datang terus.”

Saya terpancing juga emosinya dan saya mengeluarkan kartu As  dan berkata  “San, kalau jadi dokter itu enak, mengapa kamu tidak jadi dokter saja?”

Gleg….sehak seter nih. Hasan terhenyak juga mendengar ucapan saya itu.

Merasa dirinya tidak mampu jadi dokter, lalu dengan lemes Hasan berkata “Itulah Bas, orang tuaku tidak banyak duit untuk menyekolahkan saya jadi dokter. Akhirnya jadi pedagang seperti sekarang.”

"Jadi Pedagang juga enak, San.” kata saya

“Apa enaknya?” kata Hasan.

“Kalau punya teman dokter, bila sakit kan dapat gratisan” kata saya.

Hasan tergelak ha…ha…ha…. “Iya betul juga. Akhirnya enak jadi pedagang yang punya teman dokter.”

“Dasar kamu orang pelit ni ye” kata saya, sambil membukakan pintu keluar ruang periksa.

---

 

Friday, September 11, 2009

Terima kasih, Dokter.


Posting kali ini berkisar pelayanan saya di Panti Sosial Tresna Wreda “Kasih”, Cirebon.

Bagi Anda, para Blogger  yang kebetulan membaca posting ini,  saya berharap agar Anda tidak bosan membacanya.

---

Pagi ini Jumat 11 September 2009, seperti biasa saya melakukan pemeriksaan kesehatan para warga Panti.

Ada 2 orang yang ingin saya evaluasi rujukan mereka ke RSU Daerah Gunung Jati, Cirebon. Mereka itu adalah Opa S dan Oma L, semuanya diatas 65 tahun. Opa S. yang beberapa bulan  lalu menderita BPH ( Benign Prostat Hypertrophy ) suatu pembengkakan kelenjar Prostat dan tersangka juga ada Kanker Prostat. Setelah mendapat pengobatan tablet anti BPH dan mengkonsumsi sayur Brokoli serta buah Tonat setiap hari, keluhan sukar b.a.k. sudah membaik. B.a.k. lancar kembali dan kadar PSA ( Prostat Spesific Antigent ) yang semula 40 sudah menurun menjadi 8, normal. Kisahnya sudah pernah saya posting di Blog ini.

Selain menderita BPH, Opa S juga menderita Tuli total secara bertahap yang diakibatkan oleh adanya CO ( Cerumen obturan ) dupleks, Telinga kiri dan kanan. Setelah mendapatkan tetes telinga untuk melunakan dan mengeluarkan ( yang tidak berhasil ) kotoran telinga yang menyumbat, saya rujuk ke Bagian THT RSUD GJ. Pagi itu tuntas sudah keluhan tuli totalnya. Saat ini Opa S sudah dapat mendengar suara siaran TV dan lagu puji-pujian ketika mengikuti kebaktian di Gereja kami.

Pagi itu Opa S menyambut kedatangan saya di gedung Panti dengan perkataan “Terima kasih, Dokter. Pendengaran saya sudah normal kembali dan b.a.k. saya juga sudah normal kembali. Sekarang saya tidur enak, makan enak, hidup di Panti ini enak. Dokter sudah sangat membantu saya.” Tampak wajah Opa S seperti orang yang ingin menangis ketika menyambut kedatangan saya.

Saya paling tidak tahan kalau melihat ada air mata di wajah seseorang.

Saya menjawab “ Baik. Baik Opa S. Opa  juga harus berterima kasih kepada Tuhan yang menyembuhkan Opa S melalui tangan Dokter di RS. Saya tidak banyak berbuat banyak, saya hanya telah membuka jalan ke RS.”

Opa S berkata lagi “Iya betul, tetapi tanpa perjuangan dokter Basuki yang peduli kepada saya dan isteri saya almarhum ( Oma T, isterinya  juga pernah tinggal di Panti ini dan meninggal dunia tahun yg lalu ), kesehatan saya tidak akan banyak berubah menjadi lebih baik. Sekarang jauh lebih baik. Kalau bukan bantuan dokter Basuki, siapa lagi?”

Opa S dengan susah payah menahan air matanya agar tidak jatuh.

Segera saya memasuki Ruang Periksa dan meminta kepada Ibu E ( Ibu Panti ) agar Oma L mendapat giliran diperiksa yang pertama, agar  saya dapat mengevaluasi kesehatan mata kiri Oma L yang tanggal 3 Sept 2009 dioperasi Katarak. Sore ini akan dilakukan kontrol ulang di Cirebon Eye Center.

Saya meminta agar kain pembalut matanya dibuka dan saya melihat mata tidak merah, tidak bengkak, tidak sakit yang berarti tidak ada tanda-tanda infeksi post operasi. Saya gembira. Saya mencoba memeriksa ketajaman penglihatannya secara kasar dengan bertanya kepada Oma L

“Oma  ini sinar lampu batere, apakah  dapat dilihat terangnya?”

“Dapat, Dok!” jawabnya

“Oma , sekarang Oma sudah dapat melihat wajah jelek saya?” tanya saya.

“Ah Dokter ternyata masih muda ya, rambutnya  masih banyak yang hitam ( padahal uban saya sudah mulai banyak ).”

“Oma , warna baju saya  apa? Putih, Kuning, atau coklat?” saya bertanya lagi.

“Baju Dokter kan putih, kok coklat sih. Itu kan putih!”

“Saya pakai kacamata tidak?” ( saya sedang tidak pakai kacamata saat itu ).

“Ah dokter, masih muda kok pakai kacamata. Enggak lah. Dokter Basuki tidak pakai kaca mata.” ( wah…jadi GR, Gede Rasa nih , sudah punya KTP seumur hidup kok  dibilang masih muda he..he.. ada-ada saja Oma L ini ).

“Yang pakai kaca mata ini nih Pak S ( yang mendampingi saya ketika pemeriksaan warga Panti dilakukan ). “ Benar, Pak S pakai kaca mata saat itu.

Saya gembira penglihatan Oma L banyak perubahan. Habis gelap, terbitlah terang. 2 mata buta akibat penyakit Katarak, sekarang 1 mata sudah melek kembali. Dunia sudah terang kembali. Oma L merasa sudah ditolong melek kembali. Ia sangat gembira dan berkata akan rajin mengikuti kebaktian di Gereja tiap hari Minggu pagi.

Saya masih penasaran ingin mengetahui ketajaman penglihatan mata ( visus ) Oma L.

“Oma, ini ada kalender ( sambil mendekatkan kalender 2009 ke hadapan wajah Oma ). Ini tulisan apa?”

Segera Oma L menjawab :”Ini tulisan Cirebon, ini kata TOKO MATAHARI, betul kan?”

Saya berkata “Puji Tuhan, betul Oma. Sekarang penglihatan Oma banyak membaik, Nanti sore jangan lupa untuk diantar kontrol lagi ke Dokter Mata, ya?”

“Iya dok. Terima kasih, saya sudah banyak ditolong oleh dokter Basuki.”

Saya segera berkata “Oma, jangan berterima kasih kepada saya, berterima kasihlah kepada Tuhan dan Pengurus Panti yang sudah berupaya menolong mata Oma.”

“Betul, saya juga berterima kasih kepada semua pihak termasuk kepada Tuhan, tetapi dokter Basuki-lah yang berjuang agar mata saya dapat melihat lagi kan. Jadi saya tetap berterima kasih kepada dokter Basuki.” kata Oma L dengan nada lugu.

“Iya, iya. Sebenarnya saya hanya membuka jalan saja agar semua kesehatan warga Panti ini  tetap baik. Semoga Tuhan memberkati kita semua , ya Oma?” kata saya.

“Baik, siapa berikutnya “ kata saya kepada Ibu Panti sambil “mengusir” Oma L agar keluar Ruang Periksa.

“Opa M, silahkan masuk.” kata Ibu Panti…..

---

Pagi itu saya jadi malu hati, menerima ucapan terima kasih terus menerus, padahal saya tidak bekerja sendirian ( single fighter ) tetapi bekerja secara team work, bekerja bersama-sama dengan Pengurus Panti  lainnya. Tanpa kepedulian mereka, tanpa dana yang tersedia untuk biaya periksa dan biaya operasi di RS semua perbaikan kesehatan mereka tidak akan terwujud.

Saya masih ingat perkataan Mother Theresia yang  hidupnya diberikan sepenuhnya bagi kesehatan orang-orang di India semasa hidupnya.

Beliau berkata “Saya melakukan pekerjaan apa yang tidak dapat dikerjakan oleh orang lain dan orang lain mengerjakan apa yang tidak dapat saya kerjakan. Marilah kita bekerja bersama-sama agar semuanya dapat dikerjakan bagi kebaikan orang-orang yang membutuhkannya.”

Perkataan beliau sangat sederhana, tetapi mengandung arti yang sangat dalam yaitu bekerja secara team work!

Semoga  pelayanan kita semua mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Amin.-

---

 

Thursday, September 10, 2009

Tidak punya kaki


Alkisah ada seorang pria yang baru saja di PHK dari tempat ia bekerja selama bertahun-tahun. Resesi ekonomi melanda negerinya.

Ia mengeluh kepada temannya bahwa sepatunya robek, sehingga ia malu berjalan mencari pekerjaan baru.

Temannya merasa heran kalau ia mengeluh karena sepatunya robek. Ia mencoba memberi semangat kepada temannya dan berkata “Wahai temanku, sepatumu robek saja sudah mengeluh. Coba lihat pria itu, sekarang ia tidak mempunyai kedua kakinya lagi. Kakinya  hancur akibat bom ketika perang yang lalu. Untuk berpindah tempat ia ngesod dan bertumpu pada kedua tangannya. Ia setiap hari melintas di jalan ini dan berjualan koran. Ia tidak pernah mengeluh, meskipun ia tidak punya kaki lagi. Engkau  punya sepatu robek saja sudah mengeluh. Engkau masih punya 2 kaki , 2 tangan dan semua panca inderamu masih  dapat dipakai. Mengapa engkau masih juga mengeluh!

Gleg…pria itu sadar akan kesalahannya dan merasa malu dengan pria yang tidak berkaki itu. Ia segera pergi ke tukang sol sepatu untuk memperbaiki sepatunya yang robek dan segera bergegas mencari pekerjaan baru. Akhir pekan ia sudah mendapat pekerjaan baru dengan upah yang layak.

---

Pesan moralnya:

Kita jangan cepat berputus asa. Masih banyak oran-orang yang jauh lebih jelek kondisinya dari pada kita, tetapi mereka tetap bersemangat dalam hidup ini. Kita mesti banyak belajar  dari orang-orang seperti itu.

---

Wednesday, September 9, 2009

Identitas pasien


Kalau seorang pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan dimanapun, selalu akan ditanya Identitas pasien ( Nama, Umur, Alamat, Status Perkawinan, No. Telp. yang dapat dihubungi dll yang diperlukan seperti Apakah Alergi terhadap sesuatu? ).

Demikian juga  saya selalu bertanya kepada pasien tentang Identitas psien untuk disimpan dalam Eletronic Medical Record masing-masing dan bukan untuk kepentingan lain.

---

Tahun lalu datanglah seorang wanita muda berobat kepada saya. Keluhannya sedikit demam dan nyeri tengorokan sejak 2 hari yang lalu dan belum minum obat apapun.

Terjadilah dialog sebagai berikut:

Saya bertanya “Ibu, siapa nama anda?”

Pasien saya  berkomentar “Dok, jangan panggil Ibu.”

Saya bertanya “Kenapa? Keberatan”

Pasien menjawab “Saya kan masih single, belum menikah, masa dipanggil Ibu.” ( tidak ditanya juga ia sudah membocorkan identitas diri bahawa ia masih gadis, padahal saya belm bertanya masih gadis atau sudah berkeluarga ).

O..jadi itu alasannya ia berkeberatan dipanggil dengan sebutan Ibu. Baiklah.

Saya dengn sabar menjelaskan “Baiklah. Kalau saya memanggil anda dengan sebutan Ibu itu ada maksudnya yaitu suatu penghormatan kepada orang yang diajak bicara oleh saya. Dalam bahasa kita, sebutan Ibu atau Bapak adalah suatu penggilan kehormatan bagi yang diajak bicara. Kalau anda berkeberatan disapa dengan Ibu,  lalu dengan sebutan apa ingin dipergunakan: Nona, mbak, Saudari atau apa?”

Pasien saya , diam tidak menjawab. Aneh kan.

Pertanyaan  berikutnya, ini lebih aneh lagi.

Saya bertanya “Berapa umur anda?”

Saya menaksir sekitar 25 tahun.

Pasien tidak menjawab. Baiklah. ( aneh juga, tetapi saya sudah paham kalau wanita ditanya umur selalu umurnya disembunyikan )

Pertanyaan berikutnya “Dimana alamat anda?”

Pasien tsb rupanya naik pitam “Dok, untuk apa bertanya alamat saya? Emang mau diapelin ( dikunjungi pada Sabtu sore )?”

Glek……… saya hampir naik pitam juga. Cape deh… , kalau punya pasein yang beginian.

Saya  masih dengan sabar menjelaskan “Begini, saya tidak ada urusan dengan apel ke rumah pasien wanita saya. Alamat pasien itu sangat, sangat penting! Salah alamat atau alamat palsu, maka  yang rugi pasien sendiri. Saya beri suatu contoh. Suatu sore saya mendapat telepon dari sebuah Apotik yang menanyakan alamat pasien saya yang baru diberi selembar resep berisi 3 macam obat. Pasien itu bernama Siti Aminah ( bukan nama sebenarnya ). Obat untuk Siti Aminah tertukar dengan obat pasien Tn. Ali Baba. Pihak Apotik mencatat alamat Siti Aminah tidak lengkap. Oleh karena ia pasien saya, maka Apotik bertanya kepada saya. Alamatnya ada di dalam Medical Record Siti Aminah. Selesai sudah masalahnya. Kurir Apotik tadi dapat mencari alamat Siti Aminah dan memberikan obat yang benar, bukan obat yang seharusnya diberikan kepada Ali Baba. Nah… bila anda tidak mau menyebutkan alamat yang benar atau  memberikan alamat palsu, maka anda  mungkin sekali akan minum obat yang seharusnya untuk orang lain. Apakah anda mau?”

Saya lihat wajah pasien saya mengkerut, mungkin terkejut juga mendengar akan kemungkin salah minum obat akibat alamatnya tidak benar.

Setelah itu semua prosedur pemeriksan Fisik pasien selesai dan ketika saya menulis resep untuknya , saya bertanya “Siapa nama anda?”

“Nama saya  Harsini.”

Saya menuliskan nama Harsini pada kolom PRO: pada resep itu.

Saya tidak yakin apakah benar namanya Harsini. Mungkin juga nama itu asal-asalan. Asal menyebut sebuah nama, sebab kayaknya pasien ini selalu ingin menyembunyikan Identitas dirinya, padahal itu semua sangat penting  kalau mau berobat kepada Dokter, Bidan atau Rmah Sakit dimanapun baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sebenarnya saya juga harus mencatat Status Perkawinan pasien wanita. Nyonya dan Nona sangat berbeda.

Contohnya: Bila pasien mengeluh adanya Keputihan ( Fluor albus ) sejak 1 minggu yang lalu, bila ia sudah menikah dan bila ia belum menikah, analisa penyakitnya sangat berbeda. Kalau sudah menikah, mungkin di dapat dari suaminya dst, dan  mesti bertanya lebih lanjut apakah suami ada keluhan pada alat vital atau tidak.

Pasien tsb  sudah mengatakan bahwa ia masih gadis atau Nona. Saya tidak bertanya lagi, toh  ia sudah mengatakannya.

---

Selama  praktik sejak tahun 1980, baru kali itulah saya menghadapi pasien seperti itu.

Kok ada ya pasien seperti itu. Aneh tapi nyata.-

Tuesday, September 8, 2009

Terima kasih Ibu


Kalau artikel “Kaya (2)” berkisah tentang ucapan terima kasih kepada Ayah, maka kali ini saya posting artikel “Terima kasih Ibu.”

---

Joni ( bukan nama sebenarnya ) seorang anak laki-laki, 6 tahun. Ia mempunyai seorang adik perempuan E, 2 tahun.

Ayah dan Ibu Joni merupakan pasangan sebuah keluarga yang sederhana, tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Segala sesuatu mereka lakukan sendiri ( self service ). Tidak jarang Ibu Joni minta bantuan kepada putranya, Joni. Ibu Joni sering meminta Joni, untuk mengambil jemuran yang sudah kering, meminta bantuan Joni untuk menjaga adiknya yang duduk diatas kursi rodanya dan lain-lain tugas.

Suatu saat Joni mersa jengkel kepada Ibunya karena banyak tugas yang dilakukannya dianggap tidak mendapat upah, padahal setiap hari Ibu Joni memberikan makan sehari 3 kali, setiap hari Ibu Joni memeriksa home work ( pekerjaan rumah ) yang diberikan oleh Guru SD Joni dll.

Joni membuat rincian upah yang seharusnya di terima Joni.

Joni menulis:

Hutang Ibu kepada Joni:

Membereskan tempat tidur: Rp. 10.000,-, Menjaga adik Rp. 5.000,-, Mengambil air minum untuk makan bersama Rp, 2.500,- Menyapu lantai rumah Rp. 5.000,- Jumlah: Rp. 22.500,-

Joni  menyerahkan daftar perincian hutang itu kepada Ibunya dan berkata “Ibu, tolong  bayar hutang Ibu kepada Joni. Uang itu akan Joni pergunakan untuk memberi sebuah buku cerita.”

Ibu Joni semula terkejut kalau Joni  mengatakan bahwa ia punya hutang kepada Joni. Hutang apa ya?

Setelah membaca daftar hutang itu, Ibu Joni sambil terenyum, mengambil kertas itu dan di lembar sebaliknya Ibu Joni segera menuliskan:

Hutang Joni kepada Ibu:

Biaya hamil dan melahirkan Joni: Rp. 0,-, Biaya menyusui Joni selama 1 tahun : Rp. 0,-, Biaya memandikan Joni selama 2 tahun : Rp. 0,-, Menjahit Baju Joni yang robek: Rp. 0,-, Biaya lain-lain: Rp. 0,-, Jumlah hutang semuanya : Rp. 0,-

Joni segera membaca tulisan Ibunya.

Ketika Joni membaca jumlah semuanya : Rp. 0,-,   Joni segera  memeluk Ibunya  dan berkata “ Oh Ibu…… maafkan Joni ya. Ternyata, sebenarnya hutang Joni kepada Ibu jauh lebih besar dan Ibu tidak pernah menagih kepada Joni. Maafkan Joni ya Bu.”

Ibu Joni tersenyum dan membelai kepala Joni. Sambil menyerahkan uang Rp. 22.500,- Ibu Joni berkata “Ambillah uang ini untuk membeli buku cerita itu.”

Joni menangis dipangkuan Ibunya dan berkata terputus-putus “Ibu baik sekali kepada Joni. Joni sayaaaaaaaaaang kepada Ibu. Maafkan Joni ya Bu.”

Dalam hati Ibu Joni berkata “Ya Tuhan terima kasih saya sudah memberikan yang terbaik kepada putra kami. Tuhan selalu memberkati kami. Amin.”

----

Monday, September 7, 2009

Kematian


Orang bijak berkata “Hiduplah kini seolah-olah engkau akan meninggal besok hari.”

Apa artinya?

Bila besok meninggal, maka hari ini semua urusan harus diselesaikan termasuk: hutang piutang, minta maaf atas segala kesalahan, dll.

Besok bisa berarti: nanti malam, 1 hari kemudian, 1 tahun kemudian dst.

Tidak ada seorangpun yang tau, kapan besok itu.

Batas antara hidup dan mati, itu tipis. Paling tidak menurut pikiran saya. Mohon maaf bila beda pendapat.

---

Tiap hari  ada yang lahir dan ada pula yang meninggal dunia.

Saya lebih sering melihat yang meninggal dunia.

Tahun lalu, saya dipanggil oleh sebuah keluarga. Pasien adalah kepala keluarga ( ayah ). Pasien Tn. B, 65 tahun, terbaring lemah tidak berdaya diatas bed, tubuh kurus.

Tn. B konon menderita Kanker hati ( Carcinoma hepatis ) stadium lanjut. Di rawat di sebuah RS di kota kami selama kurang lebih 1 bulan. Akhirnya pihak RS menganjurkan Tn. B dibawa pulang saja, sebab penyakitnya sudah sangat parah dan sulit disembuhkan. Alasan lain: agar biaya perawatan tidak membengkak.

Ketika saya ditanya “Apakah Ayah kami masih ada harapan sembuh?”

Saya menjawab “Harapan selalu ada bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Semoga Tuhan memberi mujizat. Banyak berdoa ya.”

Keesokan harinya, saya mendapat kabar dari putrinya, bahwa ayah mereka sudah tidak ada. Saya segera membuat Surat Keterangan Kematian untuk keperluan pemakaman.

---

Beberapa tahun sebelum saya  pensiun dini ( April 2000 ) saya masih dapat berbicara dan bersalaman dengan Pak R, karyawan Dinas Kesehatan.

Pagi pk. 07.30 saya berkunjung ke rumahnya untuk bertanya dimana lokasi Pak W, karyawan Dinas Kesehatan juga. Kami sempat ngobrol sejenak.

Pk. 14.30 kami di kantor Dinas Kesehatan kaget dan tidak percaya akan berita duka. Pak R dan supir kendaraan Dinas tertabrak kereta api di lintasan k.a. di daerah Indramayu. Mobil tsb mendadak mogok di atas lintasan k.a.

Pagi masih hidup, menjelang sore sudah meninggalkan kami semua. Kami keluarga Dinas Kesehatan merasa kehilangan atas kepergian Pak S.

---

Itulah yang dimaksud dengan tipisnya batas antara hidup dan mati.

Orang bijak berkata “Hiduplah dalam kebenaran dan banyak menolong orang lain.

Maut akan menjemput kita semua, tidak peduli seberapa besarnya kekayaan kita dan seberapa tinggi kedudukan yang kita miliki. Bila sudah saatnya, pergilah kita satu demi satu, menghadap kehadiratNya.-

Tabungan.


Orang bijak berkata tabungkanlah 10 % dari uangmu, agar dalam keadaan darurat engkau masih memiliki uang. Pada saat ini  orang yang mengerti dan memahami nasehat tsb pasti akan menabung. Tempat yang cukup aman saat ini adalah sebuah Bank.

---

Seorang tukang cat yang bekerja  di rumah kami yang sudah kami kenal, Pak D ngomel-ngomel pada saat  ia akan pulang setelah bekerja di rumah kami.

“Dok saya menyesal nabung uang di Bank”, kata Pak D.

“Lho, kenapa Pak?” jawab saya.

“Tabungan saya tidak dapat diambil lagi setelah saya menyimpan uang di sebuah Bank.” kata Pak D.

Ia melanjutkan “Beberapa bulan yang lalu saya menabung Rp. 100.000,- di Bank A. Oleh karena saya ada keperluan, saya beberapa kali mengambil uang  tabungan saya melalui ATM. Suatu saat layar TV ( maksudnya layer monitor ) di mesin ATM menampilkan huruf “Saldo anda tidak mencukupi”, padahal kalau dihitung masih ada sekitar Rp. 10.000,- Saya jengkel, lalu menghadapt petugas Bank. Ibu petugas berkata “Memang saldo Bapak tidak cukup, sebab telah beberapa kali diambil dan Bapak tidak pernah menabung atau menyimpan uang lagi di Bank kami. Jadi tidak ada lagi sisa uang Bapak yang juga telah dipakai untuk biaya administrai Bank setiap bulannya. Bapak harus menabung lagi kalau  Bapak ingin ambil uang via mesin ATM.”

Pak D melanjutkan “Jangankan untuk menabung, untuk hidup sehari-hari saja saya sudah kewalahan. Saya mau menutup tabungan saya saja.”

Akhirnya Pak D  tidak pernah lagi berurusan dengan Bank manapun juga sampai saat ini.

“Pak, kalau  lebih banyak ambil uang, dari pada banyak menyimpan uang, lalu dari mana uang itu ada?” saya berkata sambil guyon.

“Ini Pak uang hasil kerja Bapak hari ini” kata saya sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan. “Barangkali Bapak mau menabung lagi di Bank”

“Enggak usahlah, saya mau beli beras dan lauk pauk untuk keluarga. Terima kasih, Dok, saya pamit pulang dulu.” kata Pak D.

“Baik, Pak, hati-hati di jalan ya” kata saya.

---

Itulah sekelumit kisah seorang Pak D  tentang  tabungan di Bank.

Ternyata menabung merupakan hal yang mudah bagi sebagian orang dan sukar bagi kebanyakan orang seperti Pak D.

CaRa DowNLoAd Video di Facebook

Begini nich cara download video di facebook, browser yang digunakan harus mozilla firefox. Belium punya? silakan download disini.Buka browser anda (Mozilla FireFox)Klik : https://addons.mozilla.org/en-US/firefox/addon/9614 > Klik Add to FireFox > Instal dech!setelah proses instalasi selesai, restart browser anda (Mozilla Firefox)Login ke account facebook anda, cari/pilih video yang akan di

PasANg MeSiN PeNcaRi Mp3, Video, LiRik di BLog AndA

Tambahkan mesin pencari Mp3, Video, Lirik di Blog Anda. Salah satu servise anda untuk pengunjung blog, ini mungkin akan membuat pengunjung untuk datang berkali – kali ke blog anda. Caranya gampang kok, berikut stepnya.Klik : http://www.mafiasearch.comKlik Embed Our Search [?]Kopi dan pastekan kode “Embed Our Search” di widget blog anda, untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah.Cara pasang

CaRA GaMpANg MeNcARi FiLe di InteRNet

Sudah dapat dipastikan, jika anda mecari file di internet pasti menggunakan google.com, yahoo.com, bing.com Tapi dengan menggunakan search engine biasa akan “berbelit-belit’ dech untuk mendapatkan file yang anda inginkan, karena hasil dari searching biasanya tidak langsung ke link download file yang dicari.Berikut cara gampang mencari file di internet, karena search engine khusus file ini akan

Terima kasih (2)


Tadi pagi Ny. C, 69 tahun datang berobat. Pasien saya ini sudah menjadi langganan. Ia diantar oleh putranya, Tn. H, 43 tahun.

Keluhannya seperti layaknya pasien yang sudah sepuh, nyeri pada kedua lututnya sejak 1 bulan yang lalu, obs. Arthralgia genu.

Untuk  berbaring di atas bed pemeriksaan yang  agak tinggi dari permukaan lantai, saya sediakan sebuah bangku kecil ( dingklik, bhs Jawa ) sebagai tempat injakan kaki ketika akan naik ke bed tadi.

Ketika  pasien sepuh akan diperiksa atau sesudah diperiksa, saya turut membantu, paling tidak mendampingi para pasien untuk baik / turun dari bed.

Pagi itu seperti biasa saya melakukan hal yang rutin itu bagi saya. Putranya tenang-tenang saja duduk manis di kursi, membiarkan sang dokter ( saya ) membantu ibunya  naik dan turun dari bed pemeriksaan. Mestinya  anggota keluarganya yang melakukannya, Karena saya tidak mempunyai perawat untuk hal itu. Saya pikir itu hal yang sudah sepatutnya dilakukan saya.

Ny. C merasa  terbantu oleh tindakan saya dan dengan wajah yang  cerah berkata “Terima kasih, Dokter sudah membantu saya.”

Saya menjawab “Tidak apa-apa Tante. Saya bantu agar Tante mudah naik dan turun dari bed ini.”

Alasan yang paling utama sebenarnya bukan ingin mendapat ucapan terima kasih dari pasien-pasien  saya ketika naik & turun dari bed, tetapi ada alasan lain yaitu saya khawatir kalau-kalau ( belum pernah terjadi sih ) mereka terjatuh dan karena tulang sudah keropos terjadilah patah tulang leher tulang paha ( fracture collum femoris ).

Patah tulang ini akan sangat menyakitkan pasien lansia, perlu biaya terapi  yang cukup mahal, sekitar 20 jutaan. Dari pada saya di klaim oleh keluarga pasien, lebih baik saya mencegahnya dengan membantu ( diminta atau tidak ) para pasien lansia naik & turun dari bed pemeriksaan tadi. Alasan itulah yang tidak dimengerti oleh mereka.

Semoga tidak ada pasien saya yang menderita ketika naik dan turun bed pemeriksaan. Amin.

---