Tuesday, August 31, 2010

Mobil sebagai petunjuk



Saat ini banyak pasien yang mengambil suatu petunjuk tentang keberadaan dokter dengan melihat mobil yang diparkir di tempat dokter, terutama di tempat praktik pribadi. Untuk Dokter yang bertugas di Rumah Sakit, pasien akan sulit mengambil petunjuk tsb sebab  ada banyak mobil yang diparkir di halaman Rumah Sakit. Bila tidak ada mobil dokter di tempat parkir, maka pasti dokter tidak ada / belum datang.

Petunjuk ini sebenarnya tidak mutlak 100 % benar sebab Dokter datang ke tempat praktik / tempat tugas dapat diantar oleh supir / isteri / suami dan mobil tidak diparkir di tempat praktik / tempat tugas.

Itulah suatu petunjuk atau patokan yang dianut sebagian besar para pasien yang ingin berobat. Bila tidak terlihat mobil dokter, maka dianggap dokter tidak praktik. Ini tidak benar. Dokter dapat saja datang dengan diantar oleh orang lain atau datang menggunakan kendaraan lain seperti sepeda motor, sepeda atau becak sebagai angkutan umum. Alasan yang terakhir ini tidak masuk dalam agenda para pasien.

---

Tadi pagi Ibu M, 35 tahun datang berobat ke tempat praktik saya.
“Dok, kemarin pagi kok tidak praktik sih?” ia berkata

Saya menjawab “Lho, kemarin saya buka praktik kok!”

“Saya tidak melihat mobil Dokter.”

“Lho, saya kan dapat datang diantar isteri saya dan mobilnya  digunakan oleh iteri saya untuk keperluan lain.”

“O…gitu, Dok.” Pasien  menjawab.

“Ibu lain kali kalau tidak melihat mobil kami, Ibu  dapat bertanya kepada orang yang ada di dalam rumah ini. Ibu boleh bertanya, gratis kok. Mau bertanya, sesat di jalan lho.” Kata saya.”

---

Pak B, 40 tahun berkata “Dok, dokter kemarin tidak praktik ya?”

Saya menjawab “Kemarin saya buka pratik. Saya menggunakan mobil isteri saya, sebab mobil saya masuk bengkel untuk suatu perbaikan.”

“O…saya kira dokter tidak buka praktik, sebab saya tidak melihat mobil dokter. Jadi saya  datang  lagi hari ini.” Kata Pak B.

---

Itulah sekedar contoh yang menunjang bahwa sebuah mobil dapat dijadikan petunjuk apakah seorang Dokter ada di tempat praktik atau tidak.

Kalau Dokter tsb tidak mempunyai mobil, apa yang dapat dijadikan petunjuk bagi para pasiennya? Apa lagi kalau pasien malu bertanya atau tidak mau bertanya. Kalau tidak ada mobil, langsung lewat saja dari tempat praktik. Kapan bisa sembuh?

Kalau dokternya naik speda motor, pasien  pernah  nyeletuk “Huh…dokternya tidak bonafid” atau berkomntar ” ah…dokter tidak pantes naik sepeda” dll.

Lho, sebenarnya pasien  perlu dokter atau perlu mobil? Dokter bisa datang  dengan  cara apa saja termasuk: jalan kaki, naik sepeda, naik sepeda motor, naik becak, naik mobil,  di antar supir dll.-

Sunday, August 29, 2010

Traffic jam



Traffic jam atau kemacetan lalu-lintas, terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia pada saat ini. Tiada hari tanpa macet. Bahkan saat ini di kota-kota kecilpun sudah terjadi termasuk di kota kami, Cirebon, Jabar.

Sudah banyak upaya yang diberlakukan, tetapi hasilnya  nyaris tidak ada.
Kemacetan lalu-lintas akan berdampak:
  1. Banyak bahan bakar dengan harga yang makin tinggi akan  terbuang sia-sia

  2. Banyak waktu yang terbuang, apalagi kalau  falsafah “time in money” diberlakukan ketat.

  3. Membuat susah orang-orang yang harus tiba di suatu tempat dengan cepat ( wanita hamil yang mau melahirkan, korban kecelakaan lalu-lintas, rapat penting dan mendesak, mobil pemadam kebakaran dll ).

  4. Membuat banyak orang menjadi Stres terutama pasien Hipertensi, murid-murid sekolah, para karyawan.


---

Kemarin siang saya dan isteri terjebak macet dalam perjalanan pulang kerumah, 200 meter sebelum sebuah lintasan kereta api.

Dalam keadaan sehari-hari saja lintasan ini  sering membuat macet setiap 30 menit sebab harus mendahulukan rangkaian kereta api rutin yang akan melintas.
Ada 3 sedan yang menghindari kemacetan tadi dengan berbelok kanan, ke arah yang sebaliknya ( dan ini membuat kedaan makin macet lagi ). Suara klason mobil-mobil besahutan. Menambah masalah baru dengan timbulnya suara bising ini.

Setiap mobil jalan merayap mendekati lintasan kereta api. 100 meter dari lintasan k.a. ini saya melihat ada sebuah truk pengangkut kontainer berputar yang berisi adukan semen diparkir di tepi jalan. Truk ini sudah mengambil setengah ruas jalan raya yang sudah sempit dan jalan makin sempit sehingga tidak heran membuat traffic jam .

Rupanya truk itu akan menumpahkan adukan semen untuk membuat / memperbaiki lintasan kereta api. Ada angkutan kota, becak, sepeda motor  dan semerawutnya para supir, tentu saja akan membuat petugas makin pusing dan hanya dapat mengawasi traffic jam ini. Mau bagaimana lagi? seorang polisi lalu lintas yang bertugas tetapi nyaris tidak banyak membantu mengatasi traffic jam ini. Jalan makin sempit, jumlah kendaraan ( sedan, minibus angkutan

Saya bertanya  dalam hati “Mengapa tidak dilakukan pada malam hari saja, dimana arus lalu lintas sepi?” Biaya  lebih mahalnya ongkos karyawan akan terkompensasi dengan tidak terjadinya traffic jam pada siang hari. Seperti yang saya lihat di sebuah negara tetangga dekat.

Tahun 1993 kami pernah mengunjungi  negara tetangga  tadi. Ketika malam hari pukul 20.00 kami berjalan kaki di sebuah trotoir jalan ( yang nyaman dilewati pejalan kaki dan tidak dipakai untuk tempat berjualan seperti di negara kita ), saya melihat beberapa petugas sedang memperbaiki jalan raya hotmix.

Rupanya pada siang hari ada petugas lain yang  sudah memberi tanda dengan kapur putih, dimana ada jalan yang aspal hotmix-nya terkelupas yang perlu segera diperbaiki. Petugas yang malam hari segera bekerja dengan menumpahkan campuran aspal hotmix dan segera diratakan dengan sebuah slender ( alat penggiling jalan ). Pekerjaan rutin ini  tidak memakan waktu lama dan tidak membuat traffic jam. Kerjanya sangat efektip dan cepat  karena dikerjaan oleh petugas yang profesional yang sudah rutin melakukannya.

Jalan raya yang rusak berat, karena sudah lama tidak diperbaiki tentu akan memakan waktu dan biaya yang besar dan waktu yang lebih lama dan tentu akan membuat arus lalu lintas sangat terganggu seperti di jalur Pantura menjelang Hari Raya Idul Fitri tiap tahun.

Jalan  yang rusak dan segera diperbaiki,  akan membuat pekerjaan lebih ringan, lebih cepat, biaya tidak besar dan tidak ada traffic jam. Suatu cara kerja  yang efektip dan bermanfaat bagi semua pengguna jalan raya. Tidak ada kemarahan dan bisingnya bunyi klakson mobil yang tidak perlu. Di negara  tetangga tadi, saya jarang mendengar bunyi klakson mobil. Kalau ada bunyi klakson mobil pasti ada yang tidak beres.-

Saturday, August 28, 2010

Sudah berobat tetapi belum sembuh juga




Pagi ini datang berobat Pak  A, 53 tahun.
Ia mengeluh: demam sejak 3 hari yang lalu, sakit tenggorokan dan batuk, tanpa dahak.

Tekanan darah  dalam batas normal, bunyi Jantung dan pernafasan: normal, Suhu tubuh sedikit meninggi, dinding Tenggorokan: merah / hiperemis.
Dibuat Diagnosa ( penentuan penyakit ): Pharyngitis acut ( radang tenggorok akut  ).

Saya bertanya “Bapak bekerja dimana?”

Pak A menjawab “Saya mengajar, Dok”

“O..kalau  mengajar, pekerjaan Bapak, Guru? Peserta Askes?” saya bertanya lagi.

Ia menjawab “Benar, dok.”

“Mengapa Bapak tidak menggunakan fasilitas Askes saja, agar tidak usah mengeluarkan biaya berobat?”

“Saya sudah berobat ke Puskesmas terdekat, tapi belum sembuh demamnya. Saya juga sudah berobat ke Dokter yang buka praktik dekat rumah kami, tapi demamnya masih ada, dok.”

Wah…sudah berobat kok masih belum reda juga demamnya.
Saya buatkan sebah resep: antibiotika kapsul, anti flu tablet dan tablet obat batuk dan berpesan kepada Pak A, agar banyak minum dan cukup istirahat.

Setelah pasien meninggalkan ruang periksa, timbul pertanyaan di benak saya “Mengapa sudah berobat di 2 pelayanan kesehatan tetapi, demam dan  sakit tenggorokannya belum reda? Apakah obatnya tidak tepat atau ada faktor lain?” Obat-obat yang saya resepkan juga kurang lebih mungkin sama dengan  tenaga kesehatan sebelumnya.

Apakah ada faktor sugesti terhadap saya?
Saya tidak yakin benar, sebab pasien belum pernah datang berobat sebelumnya.
Mungkin ada relasi atau familinya yang pernah berobat kepada saya dan ternyata sembuh? Semoga.-

Friday, August 27, 2010

Saat bantuan tiba




Siang ini pukul 13.30 saya mengantar isteri pergi ke salah satu bank di kota kami untuk sebuah urusan perbankan. Setiba di halaman parkir isteri saya segera memasuki Bank tsb. Saya mencari tempat parkir dan memasang kunci pengaman mobil kami.

Ketika saya memasuki Bank ini, saya melihat isteri saya sudah berada di sebuah antrian yang cukup panjang. Hebat Bank ini, hampir tutup ( pk. 15.00 ) masih banyak nasabah yang berada dalam antrian.

Saya mencari kursi kosong untuk duduk. Setelah 10 menit, istri saya sudah berada di depan salah satu loket teller.  Setelah berbicara sejenak, konon isteri saya  salah antri. Seharusnya  antri di antrian di sebelah kiri yang dapat untuk menerima uang transferan.

Isteri saya yang tidak tahu salah antri, mendongkol karena sudah antri cukup lama tapi harus antri lagi di antrian yang lain. Untuk masuk dalam antrian ini, setiap nasabah harus mengambil nomer antrian di mesin khusus. Sang Satpam ikut membantu mengambil nomer antrian. Nomernya D444, nomer yang sudah boleh masuk antrian baru nomer D397. Jadi harus menunggu 53 orang nasabah lagi. Cukup lama, meskipun ada  banyak Loket yang masih melayani.

Isteri saya berniat mengurungkan antri, sebab pasti akan menuggu lama lagi. Ia menyesal sudah ikut salah antrian tadi sehigga buang waktu.

Saya menghibur dengan berkata “Sabarlah. Kita sudah datang ke Bank ini, tunggulah sampai urusan selesai. Biar saya temani disini.”

Isteri saya akhirnya setuju dan duduk di bangku yang kosong yang tersedia bagi nasabah –nasabah yang menunggu nomer antrian. Sekira 8 menit kemudian, seorang wanita, 35 tahun yang sedang berdiri dalam antrian bertanya kepada saya “ Om ..berapa nomer antriannya?”

Saya menjawab dengan bahasa tubuh  sambil mengangkat  4 jari tangan kanan saya sebanyaka 4 kali yang berarti nomer 444. Nomer antrianya adalah: D435.

Wanita itu berkata lagi “Om, pakai saja nomer antrian teman saya yang batal ikut antrian. Ini  kertasnya.” Saya lihat bernomer D 436. Jadi dapat menghemat waktu antrian sebanyak 8 orang nasabah. Lumayan juga nih.

Saya berkata “Terima kasih.” Sambil menerima kertas antrian itu.

Segeralah isteri saya  ikut antri dibelakang wanita itu sambil berkata “ Terima kasih ya.”

Tidak sampai 10 menit kemudian, urusan isteri saya di Bank ini sudah selesai. Wajah isteri saya lebih cerah dari sebelumnya. Urusan di Banknya selesai sudah.

---

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah:
  1. Sikap sabar sering kali ada manfaatnya.

  2. Orang yang sabar sering kali mendapat hikmahnya, misalnya datang bantuan / pertolongan dari orang lain yang tidak terduga.

Mengapa wanita itu peduli kepada kami? Kami tidak tahu jawabannya. Kami tidak saling mengenal, bahkan  kami belum pernah melihat sebelumnya.

Kalau dia tidak care kepada kami, bisa saja kertas antrian temannya itu dia sobek-sobek. Dari pada dibuang, kok ia mau memberikannya kepada kami. Rasanya  ada suatu kekuatan yang menggerakkan hatinya untuk berbuat baik kepada kami. Kami hanya dapat mengucap “Terima kasih, ya.” Kami sudah ditolongnya.-


Thursday, August 26, 2010

Hobi Fotografi



Tidak seperti 5 -10 tahun yang lalu, maka saat ini harga sebuah Kamera digital sudah lebih terjangkau. Sebuah handphonepun saat ini sudah mempunyai kemampuan kamera digital yang cukup baik dengan kemampuan mengambil foto ukuran 2 sampai 5 megapiksel atau lebih. Kadang saya  bertanya “ini sebuah kamera digital atau sebuah handphone sih?” Bahkan  harga sebuah handphone sudah sangat terjangkau atau dibawah  satu juta rupiahpun kita sudah dapat melakukan  sebuah hobi fotografi, suatu hobi mahal pada  dekade sebelumnya.

Pergi kemana-mana dengan membawa handphone cukup mengasikkan. Kita dapat mengambil foto, suatu objek yang menarik perhatian dan bahkan pasfoto setiap pasien yang datang berobatpun dapat diambil dan di transfer ke Laptop melalui Bluetooth. Kalau mempunyai pasien yang bernama sebut saja Ali, maka Pak Ali yang mana sebab ada banyak pasien yang bernama Ali. Ada Ali Sarman, Ali Herman, ada Ali bin Badrun dll. Dengan melihat pasfotonya maka sering kali saya teringat kembali, oh itu adalah Ali Herman, seorang pasien  yang  low profile, meskipun ia adalah seorang pengusaha sukses.


Bila ada acara Rapat Bulanan dalam Kepengurusan Panti Wreda sering kali acara ini digabung dengan acara memperinati Ulang Tahun  seorang Opa atau Oma yang dtinggal di Panti ini.

Sudah banyak foto yang diambil oleh saya dalam acara-acara tadi,baik untuk arsip Panti maupun untuk arsip pribadi. Kadang ada juga salah seorang anggota Pengurus Panti yang usil dan nyeletuk:  kami sering difoto tapi kok tidak ada cetakannya. Dia lupa bahwa saat ini jarang ada yang gratis. Kalau mau mendapat sebuah foto tentu ada cost yang harus dibayar. Untuk membeli sebuah Kamera digital, sebuah Laptop, sebuah Printer, satu set Tinta berwarna, biaya listrik, perlu dikeluarkan sejumlah dana dan ini tentu tidak gratis.

Dua tahun yang lalu ketika kami menikahkan putra kami, kami harus mengeluarkan dana Rp. 10 juta untuk membuat dokumentasi Foto dan Video pernikahan. Fotografi dapat dijadikan sebagai sumber income bagi yang bergelut dalam bidang ini.

Akhirnya kalau mood saya sedang baik, maka saya  mencetakkan Foto bersama dan setiap anggota Pengurus Panti mendapatkan sebuah cetakan foto mereka secara gratis. Setelah mereka menerimanya, jarang  yang mengucapkan terima kasih. Mungkin ini  merupakan suatu hal yang sudah sewajarnya mereka terima. Ada juga  anggota Pengurus yang memberikan sebuah senyuman saja dan sedikit basa-basi “wah fotonya bagus ya.”

Berbeda dengan Opa / Oma yang  tinggal di Panti.  Setiap  orang yang mendapat cetakan Foto-foto mereka, mereka tidak lupa mengucapakan “Terima kasih, saya sudah diberi foto ini.” Dengan  diiringi sebuah senyuman dan tampak gigi mereka yang sudah banyak ompong dimakan usia mereka. Sebuah foto bagi mereka  dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai arti yang mendalam. Inilah wajahku pada ulang tahunku yang ke 70 atau ke 80 tahun.

Bagi saya foto dapat memberikan arti yang khusus. Dapat merupakan sebuah bukti bahwa saya pernah berada di suatu tempat, baik di dalam negeri maupun diluar negeri. Oleh karena saya yang ambil foto maka jarang ada wajah saya dalam foto-foto yang saya buat. Kalau ada seseorang yang dapat dimintai tolong untuk mengambil foto ( pramusaji sebuah  Rumah  Makan, turist yang bergantian mengambil foto-foto kami dll )  maka ini merupakan suatu keberuntungan bagi saya. sebenarnya  saya dapat menggunakan kaki tiga ( tripod ) dan mengaktipkan pengambilan foto secara otomatis yang dapat menjepret wajah saya  dalam bilangan 10 detik kemudian setelah tombol dipencet. Membawa Tripod kemana-mana tentu akan merepotkan, kecuali saya  mempunyai seorang asisten.

Sering mengambil foto pada acara suatu Sinposium Kedokteran, tidak jarang beberapa Teman Sejawat Dokter yang berkomentar ”Wah seperti seorang Fotografer. Wah ini ada wartawan Pos Kota “ dll komentar yang konyol. Mengambil Foto, apalagi dalam suatu acara yang jarang terjadi ( Pernikahan, Simposium, Ulang tahun, Bencana alam dll ) merupakan suatu aktifitas yang halal dan tidak merugikan banyak orang, tetapi justeru  sangat menguntungkan mereka yang aktip dalam acara tsb yang tentunya  tidak mungkin mengambil foto diri sendiri. Ketika ia mempunyai Foto dalam acara penting, sungguh suatu keberuntungan mereka mempunyai arsip perbadi yang dapat dilihat pada waktu-waktu mendatang, katakanlah 5 -10 tahun ke depan, foto-foto itu masih ada baik dalam memori mereka maupun dalam pandangan mata mereka ketika melihat  Album foto mereka.

Bila anda mempunyai sebuah Handphone atau lebih baik sebuah Kamera digital, manfaatkanlah alat ini dengan semaksimal mungkin. Putra-i anda akan sangat berterima kasih bila anda sebagai orang tuanya mau mengambil dan mencetak foto-foto ulang tahun mereka ketika mereka  masih erusia 1 tahun, 2 tahun , 3 tahun dst sampai 10 tahun seperti yang pernah saya lakukan. Kelak bila mereka sudah berusia dewasa, ketika melihat foto-foto ulang tahun, mereka akan sangat berterima kasih kepada orang tuanya yang sudah care kepada mereka. Sebuah perbuatan  yang sederhana, tetapi mempunyai makna yang sangat mendalam bagi mereka. Kejadian-kejadian itu tidak mungkin akan terulang kembali. Percayalah!

Jadi segeralah memiliki sebuah Kamera digital dan mempelajari Fotografi lewat sebuah buku atau belajar dari Internet yang sudah menjamur pada saat ini. Kejadian-kejadian penting itu tidak mungkin dapat terulang kembali. Kalau  tidak sekarang, kapan lagi?

Tuesday, August 24, 2010

Tidak ingin diketahui penyakitnya


Salah satu tugas tenaga kesehatan adalah membuat / menjaga orang-orang lain tetap sehat ( tindakan preventif / pencegahan ). Bila ada yang sakit akan diberi pengobatan / terapi ( tindakan kuratif / pengobatan ). Bila ada yang belum jelas, diberi penjelasan agar tidak menjadi sakit ( tindakan promotif ).

Meskipun demikian masih saja ada beberapa  pasien yang kadang kala tidak ingin penyakitnya diketahui atau merasa takut kalau ternyata  didalam tubuhnya diketahui ada penyakit. Padahal main cepat diketahui (  di diagnosa ), makin cepat diterapi, dan makin cepat disembuhkan. Bila  makin lama tidak ter-diagnosa,  maka  komplikasi ( penyulit ) penyakit akan terjadi, penyakit makin parah dan biaya yang dikeluarkan akan makin membesar.

Saat ini sering kali sakit merupakan kemewahan bagi kebanyakan orang. Belum semua orang terlindungi oleh Asuransi Kesehatan yang dapat melindungi kesehatan setiap warga negara. Meskipun sudah terlindungi oleh Asuransi Kesehatan, bukan berarti kita  boleh bertindak semena-mena terhadap tubuh kita. Kita tetap harus menjaga dan merawat tubuh  agar kita tetap sehat dan bila sakit cepat berobat.

Sering kali  masyarakat bila sakit segan berobat secepatnya. Setelah penyakit makin parah, barulah berobat. Mengapa demikian? Sebab  bila sakit, mereka tidak dapat bekerja. Bila tidak bekerja, mereka tidak akan menerima upah kerja yang dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Akhirnya mereka  berpendapat “tidak ada waktu untuk sakit”, no time to be ill. Artinya tiap hari dianggap selalu sehat yang tentunya  tidak selalu benar.

---

Kemarin datang berobat Ibu MS, 50 tahun. Keluhannya bila batuk atau ngedan  ia merasa tidak nyaman, sedikit nyeri di daerah bawah pusar sejak 2 minggu ( mungkin lebih karena tidak dirasakan benar ).Tekanan darah dan lain-lain dalam batas normal. Tidak ada penyakit sebelumnya. Pasien belum minum obat atau berobat kemanapun. Pekerjaan karyawan sebuah perusahaan. Sudah 1 tahun berhenti haid ( menopause ). Tidak ada perdarahan per vaginam. B.a.k. dan b.a.b. tidak ada keluhan. Tidak ada demam.

Ketika dilakukan pemeriksaan perabaan ( palpasi ) daerah perut, teraba suatu benda yang besar dibawah pusar setinggi kehamilan 4-5 bulan, pinggiran benjolan sampai ke daerah kanan panggul. Permukaan benjolan rata, tidak nyeri tekan, sukar digerakkan ( nonmoveable ).

Saya terkejut juga dan penasaran, apakah saya perabaan saya salah. Saya ulangi tindakan palpasi dengan lembut. Benjolan itu tetap teraba jelas.

Akhirnya saya membuat suatu kesimpulan adanya tumor intra abdomen ( benjolan di dalam perut ). Semoga pemeriksaan saya ini salah.

Saya menganjurkan untuk membuat pemeriksaan penunjang yaitu USG lower abdomen ( Ultra Sono Grafi  perut bagian bawah ) di Laboratorium Klinik terdekat.

Ketika saya membat Surat Pengantar, sang pasien berkata “Dok, saya minta diberi resep obat saja dahulu.”

Saya menjawab “Mengapa, Bu. Kalau  hasil USG-nya normal itulah yang kita harapkan, Kalau hasil USG menunukan adanya kelainan dalam tubuh Ibu, maka  penyakitnya dapat segera diatasi.”

Pasien menjawab “Sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, bagaimana kalau saya harus dirawat di Rumah Sakit? Saya tidak mau begitu.”

Glek... Saya tidak menyangka mendapat jawaban asien demikian. Apakah ini  “no time to be ill” seperti diatas? Pasien lebih mementingkan suatu Hari Raya yang setiap tahun dirayakan dari pada memperhatikan kesehatan tubuhnya yang kali ini harus diketahui dan ditangani dengan baik sehingga tahun-tahun berikutnya, pasien dapat merayakannya dengan baik. Pasien tidak mau penyakitnya diketahui saat ini. Minta resep obat saja.

Dalam seni mengobati yang benar adalah mengobati sebab penyakit ( benjolan dalam perut ) bukan gejala penyakit ( mengobati rasa tidak nyaman / sakit di bawah perut ). Kalau ini yang dilakukan maka setelah efek tablet obat anti nyeri habis dalam waktu beberapa jam, maka rasa tidak nyaman itu akan terulang kembali. Akhirnya penyakit tidak sembuh juga.

Di dalam hidup ada banyak pilihan. Pilihan mana yang akan kita ambil, itu terserah kepada kita. Kita sebaiknya harus bijaksana mengambil keputusan. Skala prioritas pertama-lah yang harus kita ambil. Yang tidak penting, dapat dilakukan di lain waktu. Dalam keadaan gawat darurat, maka tindakan life saving-lah yang nomer satu. Yang lain-lain dapat dikerjakan setelah tindakan life saving dilakukan.

Akhirnya  saya mengambil solusi: diberikan sebuah resep obat dan memberikan sebuah Surat Pengantar untk membuat USG kapan pasien ada waktu dan ada kemauan, dengan sebuah pesan tolong saya diberitahu hasil pemeriksaan USG tsb. Bila hasilnya ada yang tidak beres, saya dapat segera merujuk kepada Dokter Ahlinya. Kalau hasilnya dalam batas normal, itulah yang kita harapkan. Bagaimana pendapat anda?

Seperti yang pernah saya katakan, untuk berbuat baikpun ternyata tidak mudah. Ada batu sandungan di depan kita.

Dalam waktu beberapa hari kedepan, saya berharap agar pasien mau membuat dan memberitahukan hasil USG  tadi. Semoga.

Saturday, August 21, 2010

Sakit pinggang




Sakit pinggang sering disebut sebagai Lumbago. Dalam bahasa sehari-hari  pasien menyebutkan lara boyok ( bahasa Jawa ).

Bila ditemukan keluhan tsb dokter mesti membuat Diagnosa banding ( differential diagnose ) antara lain: peradangan Ginjal, Batu Saluran Kencing, ganguan tulang belakang dan gangguan otot pinggang. Satu persatu DD ini dikeluarkan dan akhirnya  didapat sebuah Diagnose ( penentuan penyakit ). Hal ini tidak mudah, apalagi bila pasien tidak dapat bekerja sama dengan dokter untuk membuat sebuah Diagnose penyakitnya. Untuk membuat Diagnose sering kali dokter harus meminta hasil pemeriksaan penunjang ( Foto Rontgen, USG, dll ) yang memerlukan biaya pemeriksaan yang harus pasien bayar.

---

Pagi ini datang berobat Ibu S, 35 tahun, seorag karyawati sebuah perusahaan swasta.
Ibu S mengeluh sakit pinggang sejak 2 hari yang lalu, tidak sedang Haid, tidak ada trauma / benturan pada pinggang sebelumnya, tidak ada demam, tidak ada mual / muntah.

Ibu S bekerja sejak 3 tahun sebagai operator komputer pada perusahaan tsb.

“Sebelah mana yang terasa nyeri?” saya bertanya sambil memeriksa pinggang pasien dalam posisi berbaring diatas bed pemeriksaan.

“Disini, Dok.” jawab Ibu S sambil menunjuk daerah pinggang sebelah kanan.

Saya bertanya lagi ”Apakah disini juga terasa nyeri?” sambil menekan pinggang sebelah kiri.

“Iya disitu juga  terasa sedikit nyeri.” Katanya.

Tekanan darah Ibu S dalam batas normal, 120/80 mmHg.

“Apakah anda sudah minum obat?” tanya saya kepada Ibu S.

“Belum, Dok.” Jawabnya.

Kalau belum minum obat, maka keluhan pasien tidak begitu serius, pikir saya. Kalau sudah mencoba minum sesuatu obat, maka keuhan nyerinya  cukup mengganggu kenyamanan pasien.

Saya bertanya lagi untuk mencari penyebab keluhan pasien ini.

“Ibu, apakah  posisi tubuh anda ketika bekerja selam jam kerja cukup nyaman?”

“Biasa saja, Dok”

“Apakah tinggi jok kursi  yang diduduki Ibu cukup nyaman sehingga bahu ibu  dalam keadaan releks / santai?”

“Tidak. Kursi saya itu rasanya  kurang cocok sehingga  sering kali bahu saya juga terasa tidak nyaman. Saya bekerja ngetik dan melakukan data entry di komputer kantor. Akhirnya pingang saya terasa nyeri.” Ibu S menjelaskan.

“Ibu, seharusnya jok kursi anda sedemikian rupa tingginya sehingga bahu terasa nyaman dan lengan atas ibu membentuk sudut  90 derajat terhadap lengan bawah. Jadi  bahu anda dalam keadaan releks. Ketika bekerja juga  punggung anda harus bersender kepda punggung kursi anda  juga dalam posisi tegak lurus, tidak miring ke kiri atau ke kanan. Anda harus mempunyai kursi yang ergonomis,  tinggi jok kursi dapat disetel ketinggiannya sehingga anda dapat duduk dengan nyaman. Kalau memungkinkan anda  harus ganti kursi anda dengan kursi yang tadi saya katakan atau anda harus mengganjal bokong anda dengan sebah bantal agar anda dapat duduk dengan nyaman selama jam kerja. Kalau posisi duduk anda tidak tegak lurus maka pinggang akan miring sedikit ke kiri atau ke kanan dan ini akan menyebabkan sakit pingang atau Lumbago. Otot-otot penegak tubuh akan mengalami tegang / spasme dalam waktu yang lama sehingga akan memberikan rasa nyeri pada pinggang anda.”

“O.. gitu ya dok. Baiklah besok saya akan minta ganti kursinya  dengan kursi yang dokter  sebutkan tadi.”

Saya memberikan resep obat berupa krim obat gosok, 1 macam tablet anti nyeri dan 1 macam vitamin neurotropik ( B kompleks ).

---

Keluhan Lumbago ini sering dikeluhkan oleh Sekretaris, Supir,  dan profesi lain yang banyak duduk. Untuk menghindari keluhan tadi sudah selayaknya bila mereka mempunyai kursi yang ergonomis, yang nyaman diduduki.

Itulah sebabnya  ada seorang bijak yang memberi nasihat kepada saya “Milikilah sebuah kursi yang nyaman ketika anda membaca koran, buku atau menghadapi  pasien “
Masuk akal juga pencerahannya. Kalau tidak maka saya pasti akan sering mengeluh Lumbago. Kursi yang ergonomis ( dapat disetel tinggi joknya ) itu harganya ternyata tidak murah bagi pensiunan seperti saya. Apa boleh buat, saya  harus membelinya dengan uang tabungan saya.

Thursday, August 19, 2010

Darah Tinggi




Penyakit Darah Tinggi atau Hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita oleh pasien-pasien yang datang berobat.

Kemarin sore Pak M, 50 tahun datang berobat karena obat anti Hipertensinya habis. Tekanan darahnya: 150/80 mmHg, masih tinggi juga ayang seharusnya 120-130/80 mmHg.

Saya bertanya “Pak, apakah obat darah tingginya diminum teratur tidak?”

Istri Pak M yang turut mengantar suaminya menjawab “Nah, itu dia Dok. Obat kadang-kadang lupa diminum. Masih tinggi ya, Dok?”

Saya berkata “Iya tekanan adarah Bapak masih tinggi. Pak, untuk mencegah komplikasi Darah Tinggi, obat harus teratur diminum. Juga harus menghindari beberapa pantangan agar tekanan darah Bapak tidak tinggi.”

Pak M menjawab “Padahal saya sudah mengurangi yang asin-asin, Dok.”

“Makanan yang berminyak / berlemak seperti Sop Buntut, Empal Gentong apa masih tetap dimakan?” saya bertanya.

“Ah..itu kesukaan saya, Dok.”

Saya menjelaskan lagi “Pak M, untuk mengobati penyakit Bapak, selain obat-obat harus diminum juga pantangan harus dijauhi  seperti makanan yang asin atau berlemak. Makanan asin akan meninggikan tekanan darah dan makanan berlemak akan meninggikan kadar Kolesterol darah yang tidak baik bagi pasien darah Tinggi.”

Pak M mengeluh “Dulu keika saya sekolah, tidak punya uang untuk membeli makanan kesukaan saya. Sekarang di usia produktif dan punya uang, tapi tetap tidak bisa makan makanan kesukaan saya. Hidup kok tidak nyaman ya, Dok.”

Saya menjawab “Pak, hidup itu banyak pilihan. Keputusan ada di tangan kita sendiri. Makanan yang enak ada dalam makanan yang berminyak. Mau makan yang enak-enak, tapi akhirnya jatuh sakit atau makan yang kurang enak tetapi tetap sehat?”

“Kalau boleh menawar, ingin makan yang enak-enak dan tetap sehat, Dok. He…he…” kata Pak M yang gemar makanan kuliner itu.

“Boleh Pak, tapi makan enaknya sebulan sekali saja dan dokternya diajak makan juga,” guyon saya.

“Setuju, Dok, tunggu undangan makan dari saya, ya,” kata Pak M.

Ah…Pak M ini ada-ada saja.-

Wednesday, August 18, 2010

Sakit Maag




Kemarin malam  saya mendapat panggilan ke rumah pasien.

Ibu. L, 55 tahun, mengeluh nyeri di daerah ulu hati sejak beberapa jam yang lalu.
Ibu L dan keluarga mempunyai sebuah toko kelontong yang lumayan laris.

Oleh karena sehari sebelumnya Ibu L ini tidak mengeluh tentang ulu hatinya, maka saya bertanya tentang pola makan hari ini.

“Ibu, tadi siang  Ibu makan pukul berapa?” saya bertanya.

“Siang ini saya makan pukul 15.30, Dok.” Ia menjawab.

“Itu makan siang atau makan malam?” Saya bertanya kembali. Jadi ia terlambat makan siang yang seharusnya pukul 12.00 – 13.00.

“Ibu, anda telat makan siangnya, sehingga perut sudah kosong benar dan asam Lambung akan mengiritasi dinding Lambung, sehingga Lambung mengkerut ( spasme ) dan ini terasa nyeri di ulu hati.” Saya menjelaskan.

“Iya, Dok, habis bagaimana? Saya kan harus melayani para pembeli sehingga tidak sempat makan.” Ibu L membela diri. Hebat, untuk makan siang saja tidak sempat. Tokonya laris benar. Kalau begitu untuk apa cari uang banyak-banyak, kalau makan saja tidak sempat.

“Kalau tidak sempat makan, Ibu kan bisa makan Snak / Roti sambil melayani para pembeli. Atur-atur saja agar perut Ibu  dapat diisi makanan kecil. Jadi perut tidak kosong. Sekarang Ibu ada gangguan pada Maag-nya.” Kata saya.

“Baiklah, mulai besok saya akan lebih memperhatikan waktu makan saya. Pola makan yang baik itu yang bagaimana, Dok?” ibu L bertanya sambil menerima sehelai resep obat yang harus dibeli di apotik terdekat. Rasanya pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Kalau perut lapar, ya segera makan. Kalau mata ngantuk, ya segera tidur. Tubuh kita  akan memberikan peringatan kepada kita, bila tubuh kekurangan sesuatu ( makanan, tidur dll ).

“Pola makan yang baik adalah makan pagi pukul 06.00, makan siang pukul 12.00 dan makan malam pukul 18.00. Pukul 10.00 dan 15.00 makan Snak. Setelah kita makan, maka dalam waktu 3 jam perut kita akan kosong, sebab makanan akan masuk ke dalam usus. Jadi kalau makan pagi pukul 06.00. Maka pukul 09.00 perut sudah kosong, Jadi kalau makan Snak pukul 10.00, asam Lambung dapat dinetralisir oleh makanan dan tidak membuat nyeri ulu hati.”

“Pola makan yang tidak teratur akan mempengaruhi pencernaan kita. Bila ada Stres, misalnya banyak pembeli yang berhutang maka pikiran Ibu juga  akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi Lambung Ibu juga  dan dapat memperberat keluhan nyeri ulu hati anda.”

---

Ada orang yang mampu membeli makanan, tetapi makanan itu tidak sempat dimakan dan ia menderita sakit Maag. Ada orang yang tidak mampu membeli makanan, sehingga sering mengeluh sakit Maag karena perutnya lebih sering kosong dari pada berisi makanan. Makanannya sih teratur: sehari makan, sehari tidak makan. Akhirnya mengeluh sakit Maag juga.

Kalau perut kosong, akan mengeluh tidak bisa berpikir dan mudah tersinggung / marah, seperti keadaan saat ini di sekitar kita. Susah cari pekerjaan, sehingga uang sulit di dapat, akhirnya perut sering kosong dan menderita sakit Maag.

Oleh karena itu saya sering berpikir penting yang mana: beli makanan atau beli pakaian?
Akhirnya saya mengambil jawaban penting beli makanan dahulu untuk mempertahankan hidup. Beli pakaian, nanti kalau masih ada sisa uang. Pakaian bukan tidak penting, tetapi skala prioritas nomer satu adalah beli makanan.



Saturday, August 14, 2010

Sakit gigi.




Saya bukan seorang Dokter Gigi ( Dentis ), tetapi kisah dibawah ini cukup menarik.

---

Pasien langganan saya Pak A, 65 tahun suatu hari curhat kepada saya.
Pak A berkata “Dok. Gigi geraham saya yang kanan bawah, terasa sakit ketika saya makan.”

Saya bertanya “Sudah berapa lama?”

“Sudah seminggu, Dok. Jadi saya tidak dapat menikmati makanan saya”

Saya mengambil  sebuah lampu senter dan minta agar pak A membuka mulutnya. Saya ingin melihat ada apa dengan Gerahamnya. Pada bagian kanan bawah saya melihat Geraham 2 ( Molar 2, kanan bawah ) terisi tambalan berwarna putih ( terbuat dari bahan porselin? ).  Tampaknya tambalan itu  masih baik. Ketika ditekan geraham tsb terasa nyeri. Bila tidak ditekan / dipakai mengunyah makanan tidak terasa nyeri.

Pak A berkisah. Beberapa tahun yang lalu gigi tsb mengeluarkan nanah dan berbau. Oleh Drg B, katanya diinsisi ( dibuat lubang ) pada Fistel ( saluran mengandung nanah ) pada gusinya untuk mengeluarkan nanah yang berada dalam  saluran tsb. Rupanya terjadi Ginggivitis ( radang gusi ) dan komplikasi terjadi sebah Fistel. Dengan minum kaps. Antibiotika, fistel dan radang tsb membaik.

Ketika geraham tsb bermasalah lagi. Caries dentis pada Molar 2 ini dilakukan penambalan dengan bahan poselin sehingga tampak putih. Beberapa tahun kemudian yaitu saat ini, Pak A, mengeluh lagi dengan M2 nya itu.

Pak bertanya “Mengapa ya dok gigi saya kok sakit lagi padahal tambalannya baik.”

Saya menjawab berdasar pengalaman gigi geraham saya beberapa tahun yang lalu juga memberika gejala yang persis sama .

“Kalau tambalan gigi baik dan kalau ditekan / mengunyah makanan terasa sakit, kemungkianan besar ada gangguan pada ujung akar giginya.” Kata saya.

“Jadi apa yang harus saya lakukan?” Pak A bertanya.

“Anda harus datang kepada Dokter langganan anda, untuk minta dibuatkan Foto pada gigi geraham tsb. Dari Foto gigi tsb akan tampak ujung akar giginya. Mungkin sekali terdapat Granuloma. Pada Foto gigi akan tampak  lingkaran kecil berwarna agak hitam di ujung akar geraham tsb. Kalau benar Granuloma, terapi terbaik adalah  dicabut ( ekstraksi ). Ini pendapat saya, pendapat Doter gigi mungkin akan berbeda.” Saya menerangkan.

Drg B langganan Pak A, setuju membuat Foto gigi.
Sebelum Pak A menunjukkan Foto gigi kepada Drg-nya, ia menunjukkannya kepada saya untuk minta pendapat saya ( aneh juga ya saya dokter umum dan bukan dokter gigi tetapi ia minta pendapat saya ).

Saya melihat foto gigi gerahamnya. Ujung akar geraham itu tidak jelas, seolah bersatu dengan tulang rahang bawahnya. Pada usia lanjut, biasanya tulang sudah melekat erat dengan tulang rahang. Saya tidak melihat gambaran sebuah Granuloma pada akar Gerahamnya.

Saya berkata “Tampaknya tidak ada Granuloma. Anda  berkonsultasi saja dengan Drg B. Nanti beliau yang akan memutuskan dan mengobati geraham ini.”

Pak A akhirnya ditangan oleh Drg B.
Oleh Drg B tambalan pada M2 itu dibongkar dan dilanjutkan dengan membuka saluran pada akar geraham tsb. Katanya ada radang pada saluran akar geraham tsb yang membuat  rasa nyeri bila mengunyah atau tertekan. ( gejalanya mirip dengan Granuloma yaitu nyeri bila mengunyah makanan atau geraham tertekan ). Setelah dirasa bersih saluran itu diberi zat kimia yang baunya seperti bau kaporit. Dan geraham itu diberi tambalan sementara. 1 minggu kemudian Pak A diminta datang kembali ke Drg B.

Kemarin Pak A curhat lagi kepada saya dan berkisah tentang pengalaman berobat kepada Drg B. Biayanya cukup besar, tapi biarlah dari pada gigi saya dicabut, he…he…katanya.
Dari kisahnya itu saya mendapat pengalaman dan ilmu  tentang Geraham yang bermasalah.

Oleh karena itu kita sebaiknya membersihkan gigi dengan menggosoknya secara teratur setelah makan dan memeriksakan gigi kepada Dokter Gigi setiap 6 bulan 1 kali. Mirip-mirip men-tune up mobil kita setiap 6 bulan 1 kali di bengkel mobil. He…he…




Kebaikan




Tadi pagi ketika para Tukang datang untuk bekerja memperbaiki plafod rumah kami, saya memberikan sejumlah uang untuk makan siang para Tukang yang sebagian tidak puasa.

Sambil menerima uang makan, Pak O, 45 tahun berkata “Ah..Bapak orang baik. Kami belum bekerja sudah diberi uang”, sambil tersenyum cerah secerah sinar matahari pagi ini.

Saya terkejut juga mendengar ucapannya. Setiap hari saya  memberikan uang sebagai upah mereka bekerja, tetapi tidak pernah berkata seperti itu.

Secara spontan saya menjawab “Ah… saya manusia biasa saja, pak. Kalau tidak  makan bagi yang tidak berpuasa bagaimana ada kekuatan untuk bekerja nanti siang. Tuhan juga baik kepada kita. Belum berbakti kepadaNya, Tuhan sudah berbaik hati mau memberikan kehidupan bagi kita semua yang baru diahirkan dari rahim Ibu kita masing-masing.”

Pak O tersenyum “Benar ya Pak. Kita semua harus berbuat baik kepada sesama.”

Saya menjawab “Betul, Pak. Nah… sekarang Bapak dan kawan-kawan bekerjalah yang baik dan benar agar nanti mendapat berkat ( honor ) lagi dari saya.”

Pagi ini  saya mendapat sebuah pengalaman batin yang baru lagi.

Marilah kita isi hari-hari kita dengan berkarya. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin.

5 Tips Agar Terhindar Dari Gigitan Nyamuk

Selain bisa menularkan penyakit berbahaya, gigitan nyamuk dapat meninggalkan bercak kemerahan yang bisa mengganggu penampilan. Sebenarnya tidak sulit untuk menghindarinya, sebab ada banyak cara yang bisa dilakukan.Dikutip dari Telegraph, Selasa (10/8/2010), beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut.1. Sesuaikan warna pakaianPakaian dengan warna yang kuat, baik gelap maupun

Friday, August 13, 2010

Jalan santai menyambut 17 Agustus 2010




Mengikuti berita di “Warta Jemaat” gereja kami pada tanggal 14 Agustus 2010, Sabtu akan diadakan acara jalan santai menyambut 17 Agustus 2010. Pendaftaran dibuka bagi anak dan dewasa. Saya ragu-ragu mengikuti acara ini sebab usia  kami sudah tidak termasuk anak dan dewasa lagi,  sudah termasuk Lansia. Jumlah peserta dibatasi sampai 125 orang. Mungkin jatah pembagian Kaos Oblong dan Nasi Kotak tersedia sejumlah itu.

Akhirnya saya turut mendaftar juga via telepon ke Tata Usaha gereja kami. Ibu M  yang menerima telepon saya, membolehkan saya dan isteri mengikuti acara jalan santai ini.

Pada saatnya para peserta memasuki Gedung Yakin untuk menikuti pedaftran ulang dan menerima sebuah T Shirt berlogo gereja kami. Masing-masing peserta memakai  T shirt tsb. Waktu sudah menunjukkan 05.35 pagi untuk  dimulai pemanasan badan dengan mengikuti Senam yang dipimpin oleh seorang Ibu Instruktur mengikuti suara lagu Senam dari sebuah sound system. 15 menit kemudian tubuh kami mulai panas dan berkeringat.

05.50 kami berdoa yang dipimpin oleh Pak S. sebelum  jalan santai.
Tepat pukul 06.00 kami meninggalkan Gedung Yakin dan mulai berjalan santai mengikuti route jalan raya yang sudah biasa kami lakukan setiap tahun bila ada acara jalan santai demikian.

Mekipun sudah dihimbau agar para peserta jalan dengan santai saja, tidak perlu jalan cepat, tetapi masih saja  banyak peserta yang jalan cepat. Entahlah mengapa,  kadang ketentuan selalu dilanggar. Setelah tiba di garis finish, Gedung Yakin toh tetap akan mendapat jatah makanan 1 Nasi Kotak yang berisi Nasi Kuning sebagai sarapan pagi para peserta.

Say adan isteri berjalan dengan santai sambil ngobrol dan bersenda gurau dengan peserta yang kami  sudah lama kenal. Pada saat yang tepat saya mengambil beberapa foto dan minta bantuan seorang relasi untuk mengambil foto kami dengan kamera digital saya. Tanpa terasa kami tiba di garis finish pada pukul 06.45.

Kalau kecepatan jalan kaki 5 Km/jam maka kami sudah berjalan sejauh sekitar 4 Km, selama 45 menit jalan kaki. Mobil Mitsubishi gereja yang dikemudian oleh supir Pak U, yang membawa tim kesehatan, pulang kosong sebab tidak ada perserta jalan santai ini yang sakit selama  mengikuti jalan santai ini. Saya bersyukur tidak ada peserta yang sakit bahkan menjadi sehat sebab sudah ikut olah raga jalan pagi.

Perut sudah lapar minta diisi. Setiba di Gedung Yakin para peserta masing-masing mengambil jatah 1 Nasi Kuning dan 1 Gelas plastik air mineral sebagai sarapan pagi. Pada akhir acara diundi dengan hadiah masing-masing sebuah  bungkusan dan kotak kecil yang di bungkus kertas kado. Sayang kami tidak mengikuti acara pembagaian hadiah ini, sebab hari makin siang dan kami harus kembali pulang ke rumah yang berjarak hanya sekitar 60 meter saja. Kami harus segara mandi dan bersiap menerima pasien masing-masing.

Ah...badan basah oleh keringat dan segar mandi air hangat. Badan terasa segar.
Berbagialah orang yang berbadan sehat sehingga dapat menikmati hidup. Kalau badan sehat, makan dan bekerja juga makin bersemangat. Kalau badan sakit ( apalagi berpenyakit menahun ) maka hidup terasa suram dan tidak bergairah untuk hidup.

Oleh karena itu marilah kita masing-masing menjaga  agar tubuh kita  tetap sehat, antara lain dengan berolah raga secara teratur.

Hup… Satu…Dua…Tiga… tarik nafas……. Dst.

Ah … cape juga nih setelah jalan pagi, tapi badan terasa segar, sesegar air hangat yang menguyur badan saya  ketika mandi.-

Thursday, August 12, 2010

Gaptek




Gaptek atau gagap teknologi ternyata masih banyak dijumpai dalam masyarakat kita.

Sudah banyak orang mulai dari murid SD sampai karyawan kantoran  tiap hari ber-SMS ria, mengetik surat dengan Komputer, membaca koran secara online atau memakai alat Ipad, merancang gambar dengan bantuan Komputer, mengirim surat elektronik ( email ) melalui Internet yang di akses melalui Desktop / Laptop / Smart handphone ( Nokia, Soner, Blackberry dll ).

Meskipun demikian masih banyak dijumpai orang atau teman-teman kita yang gaptek. Mungkin kita merasa heran akan hal tsb, tetapi fakta di lapangan memang masih ada orang yang gaptek ( maaf ).

Sebagai contoh adalah:
  1. Masih banyak orang yang meskipun mampu membeli mobil bagus, tetapi tidak dapat mengirim SMS, padahal handphone yang dimilikinya tergolong produksi terbaru.

  2. Beberapa kenalan saya yang mampu membeli Komputer / Laptop, tetapi belum mampu mengirim Email kepada orang lain atau anak-anaknya yang study di luar negeri ( konon lebih enak kalau bicara langsung via handphonenya ).

  3. Banyak orang yang tidak mampu mengetik surat dengan sepuluh jari menggunakan Mesin Tik, apalagi mengetik diatas Keyboard Komputer / laptop ( masih banyak orang yang mengetik dengan 2 jari atau 4 jari saja ).

  4. Masih banyak orang yang tidak dapat membuat Catatan harian di sebuah Buku, apalagi di sebuah Webblog / Blog.

  5. Masih banyak orang yang tidak dapat mengirim sebuah surat / artikel menggunakan alat Faksimil, padahal di kantornya tersedia alat tsb ( mereka lebih senang kalau minta bantuan Stafnya untuk mengirim fax tsb ).

  6. Banyak kenalan saya yang mampu membeli mobil produksi terakhir  dari merk terkenal, tetapi tidak dapat mengendarai mobil yang dibelinya ( lebih senang kalau meminta bantuan supir untuk mengendarainya ).


Bertentangan dari fakta di atas, kita dapat melihat setiap hari:
  1. Murid  SD tiap saat mengirim SMS kepada temannya sekedar untuk bertanya jawaban soal PR ( Pekerjaan Rumah ) yang diberikan oleh Guru di sekolah.

  2. Banyak orang mengirim SMS dengan tertawa sambil mengemudikan mobil ( yang sangat tidak dianjurkan dan dibeberapa negara dianggap melanggar ketentuan setempat ).

  3. Membaca buku melalui Ebook reader atau alat Ipad.

  4. Membaca Koran setiap pagi melalui Komputer / Laptop secara online ( padahal Koran yang sebenarnya masih belum tiba di antar oleh sang Loper Koran ).

  5. Mendengarkan musik memakai Headphone yang dihubungkan dengan Handphone sambil menyebrang jalan seenaknya.


Itulah sebagai contoh yang kita temui sehari-hari.
Kalau kita tidak mengikuti kemajuan teknologi maka suatu saat kita akan  ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan dan kita dianggap sebagai orang yang ketinggalan jaman. Ibarat orang lain sudah sampai di kota Jakarta, maka kita masih antri untuk membeli tiket kereta api dari kota Cirebon menuju kota Jakarta

Meskipun demikian kita masih saja tidak mau mengikuti kemajuan jaman. Contohnya ketika saya  ingin membeli sepatu yang enak dipakai dengan ujung yang berbentuk bulat, maka sang penjaga toko sepatu menawarkan  sepatu yang ujungnya lancip ( yang tidak nyaman dipakai ) “Ini model baru, pak”. Saya tidak peduli dengan argumentasinya dan berkata “Tapi kaki saya masih model tahun 1948!” Nah lho…..