Thursday, September 30, 2010

Perbedaan antara GILA dan BODOH.



Ada selingan dari Milis sebelah. Inilah kisahnya.

Seorang sopir truk  melakukan pengiriman barang ke Rumah Sakit Jiwa. Ia menemukan
ban kempes ketika hendak pulang ke rumah. Dia mendongkrak truk dan mengambil
ban yang kempes. Ketika ia akan memasang ban serep, ia menjatuhkan semua baut ke dalam saluran air. Ia panik ketika tidak dapat mengambil baut-baut itu kembali

Seorang pasien  berjalan melewatinya  dan bertanya kepada supir itu  apa yang terjadi?
Supir menceritakan semua hal yang terjadi.

Pasien itu menertawakannya dan berkata "Engkau tidak bisa memperbaiki masalah yang sederhana, tak heran Anda ditakdirkan untuk menjadi sopir truk. "
Kemudian ia berkata kepada Supir itu ”Ambil satu baut masing-masing dari 3 ban lainnya dan pasanglah ke ban serep ini.  Pergilah ke bengkel terdekat dan mengganti yang baut yang sudah terpakai.”
Sopir sangat terkesan dan bertanya "Anda begitu pintar tapi kenapa Anda ada di Rumah Sakit Jiwa "

Pasien menjawab " Helloooooooo ....., saya tinggal di sini karena aku GILA, tapi tidak BODOH ! "

Simak
Baca secara fonetik

Pembayaran melalui PayPal




Untu membayar harga barang yang kita beli di dunia nyata dapat berupa: pembayaran cash ( kontan ), Kartu Kredit, Transver melalui mein ATM.

Pembayaran  pembelan barang di Internet dapat melalui: Tranver uang melalui mesin ATM, Kartu Kredit dan PayPal.

Meskipun penggunaan Kartu Kredit  cukup praktis, tetapi mengandung resiko terjadinya pembobolan Kartu Kredit oleh pihak penjual barang atau orang lain.
Beberapa tahun yang lalau saya membeli software melalui Internet seharga $19 US.
Tagihan Kartu Kredit saya pada bulan berikutnya  ada sebanyak 2 kali penagihan  dengan julah yang sama dan dari penarik yang sama. Pasti ini dari Penjual Sofware  yang saya beli.

Saya mengirim email pelaporan bahwa software sudah diterima ( via download dam pemberin password melalui email ) dan ada 2 kali penagihan Kartu Kredit saya. Setelah di cek ( saya menunggu 2 hari ) saya mendapat email balasan. Penjual mengaku adanya penagihan sebanayak 2 kali dan akan dikembalikan ke Kartu Kredit saya.

Bulan berikutnya pada laporan Kartu Kredit saya, benar sudah ada pengembalian uang $19 US. Untuk proses semuanya  saya harus menunggu selama sekitar 2 bulan. Sejak saat itu saya malas membeli barang via Kartu Kredit di Internet. Untuk belanja di mal terdekat kami masih biasa membayar melalui Kartu Kredit.

Keuntungan pembayaran dengan Kartu Kredit:
  1. Pembayaran terjadi pada bulan berikutnya dan dapat nyicil ( BCA dan Mandiri bank ada penawaran cicilan 6 dan 12 bulan dengan bunga 0% pada pembelianbarang tertentu mislanya handphone.
  2. Praktis, tidak perlu membawa uang kontan.
  3. Menaikan gensi seseorang, karena tidak semua oranag dapat memiliki Kartu sakti ini o.k. ada persyaratan tertentu yang sulit dimiliki oleh seseorang.

Kerugiannya:
Dapat terjadi pembobolan Kartu Kredit oleh penjual yang nakal ( ketika saya membeli sebuah Cincin di sebuah Toko di P. Lombok yang dibayar dengan kartu Kredit Visa,  saat saya kembali ke rumah kartu ini tidak dapat dipakai o.k. terkena pemblokiran oleh Pusat Kartu Kredit saya. Jawaban via telepon mengabarkan bahwa ketika terjadi transaksi yang terakhir saya lakukan ( di P. Lombok tadi ) ada upaya untuk pembobolan oleh pihak Toko penjual cincin tadi dan akhirnya Pusat Kartu Kredit saya memblokir Kartu Kredit tsb sebagai pengamanannya. Saya sempat terkejut juga. Dianggap aman tetapi akhirnya jadi bermasalah.

Kemarin ketika saya googling di Internet untuk mencari informasi Paypal, suatu  cara pembayaran dan penarikan uang denga cara yang lebih aman dan biaya ringan.

Silahkan anda berkunjung ke website : http://withdraw.indonesiapal.com , untuk mendownload ebuah ebook how to withdraw PayPal in Indonesia, secara gratis yang dibuat oleh Pak Supriyadi Slamet Widodo. Website PayPal  dapat juga anda kunjungi yaitu: http://www.paypal.com


Ada banyak artikel yang membahas PayPal ini baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, tetapi saya merasa ebook tsb  sangat baik dan mudah diikuti, sampai akhirnya saya dapat mempunyai Rekening PayPal untuk membayar harga barang yang dijual di Internet tanpa saya harus memberitahukan nomer Kartu Kredit saya.

Apa yang dapat dilakukan dengan PayPal?

Dengan PayPal anda dapat:

  1. Berbelanja Online di lebih 190 Negara dan Wilayah.
  2. Membayar seuatu dan mengirim uang, tanpa memberikan informasi keuangan.
  3. Checkout dengan cepat di ratusan Toko Online favorit (bukan hanya eBay!)
  4. Menerima pembayaran dengan Kartu Kredit di situs Web anda.
  5. Memberikan donasi ke Lembaga Amal favorit.
  6. Membuat Toko Online dan menerima pembayaran.
  7. Membuat Rekening pelajar untuk membantu kaum remaja mengelola keuangan secara lebih bijak.
  8. Menggunakan Kartu Kredit dan mendapatkan hadiah.

PayPal menggunakan teknologi anti-penipuan terkini untuk membantu memastikan transaksi yang lebih aman dan melindungi Anda 100%, terhadap pembayaran tanpa otorisasi yang dikirim dari rekening Anda. Demikian PayPal menjanjikan ( http://www.paypal.com ).

Semoga posting ini dapat bermanfaat bagi anda. Selamat berbelanja dengan aman.-

Sunday, September 26, 2010

Sudah terjawab




“Ketuklah pintu, maka pintu akan dibukakan. Mintalah maka engkau akan mendapatkannya.”
Begitulah tertulis dalam Alkitab.

---

Pagi ini saya menyiapkan sebuah Surat dan Print out artikel dari P2KB IDI Online. Surat ini akan saya berikan kepada Teman Sejawat saya, seorang Kepala Puskemas yang berjarak sekitar 1 Km dari rumah kami.

Saya membatin “Saya membutuhkan ( meminta ) seseorang yang dapat mengantarkan Surat ini, tapi siapa ya?”

Kalau saya pagi ini sekitar pukul 07.00 sebelum pergi ke tempat praktik, saya menuju Puskesmas tsb, apakah Teman saya itu sudah berada di tempat? Mungkin ia belum datang.

Ketika saya mengayuh sepeda ( sambil berolah-raga ) menuju tempat praktik, saya berpapasan dengan sebuah Becak yang mengantarkan seorang Bapak. Penumpang ini berpakaian seragam PNS. Ternyata ia adalah Teman Sejawat saya yang akan saya kirimi Surat. Lho ..kok ia naik Becak ( apa salahnya seorang dokter naik Becak atau Sepeda? ).

Saya berteriak “Pak Herman….Pak Herman….( bukan nama sebenarnya ).
Becak itu berhenti. Segera saya menyampaikan Surat itu kepadanya.
“Pak Herman, ini Surat dari saya. Bacalah. Tolong kabari saya nanti ya” kata saya.
“Terima kasih, Pak Basuki” jawabnya.

Keinginan saya untuk mengantarkan Surat untuk Teman Sejawat saya sudah terkabul, bahkan langsung diterima oleh ybs. Begitu cepat jawabannya!

Apakah ini suatu kebetulan?
Apakah Tuhan yang mengaturnya bagi permintaan saya?
Saya tidak tahu, tetapi saya yakin Tuhan sudah menjawab  permintaan saya.

Banyak hal dalam hidup saya bukan rencana saya yang terjadi, tetapi hal lain yang terjadi dan bahkan lebih baik dari pada rencana saya semula.
Saya yakini semuanya itu berkat uluran tangan Tuhan Yang Maha Pengasih.-

---

Bila engkau mengetuk sebuah Pintu yang tidak terbuka, Tuhan akan membukakan Pintu yang kedua yang mungkin jauh lebih baik bagimu. Amin.

Saturday, September 25, 2010

Memperbesar teks di Bowser Mozilla Firefox



Ketika Pak Mn memasuki Ruang Periksa, kebetulan saya sedang browsing di Internet.
Ia melihat tampilan Monitor saya.
Ia berkata “Dok, kalau saya sedang browsing pakai Firefox, tampilan teksnya  tidak cukup besar sehingga mata saya  cepat lelah. Kalau di layar monitor dokter, kok tampilan Firefoxnya enak dibaca. Bagaimana caranya agar teks lebih besr?”

Sambil guyon saya  bertanya  kepada calon pasien saya ini “Bapak mau berobat atau mau berkonsultasi tentang Komputer?”

Pak Mn menjawab “He…he… dua-duanya dok.”

Saya menjawab dengan guyon “Kalau begitu bayarnya dobel nih. Pak, saya ini bukan ahli Komputer, mengapa Bapak ingin belajar dari saya? Kalau masalah teks tadi, saya juga  sebelumnya sering mengeluh teks yang  terlalu kecil. Lalu saya membaca buku Komputer dan saya praktekkan di Komputer saya. Bapak dapat mempelajari dari buku itu. Bapak mau pinjam?”

“Wah …saya mana ada waktu, Dok” kata Pak Mn yang pedagang.

“Pak,  setiap orang mempunyai waktu yang sama yaitu 24 jam per hari. Rasanya tidak seorangpun yang mempunyai waktu lebih atau kurang dari 24 jam per hari. Masalahnya  ia mau belajar atau tidak?” kata saya.

Rupanya ia  ingin mendapatkan sesuatu secara Instan atau seketika. Sim salabim…semua teks di Monitornya menjadi lebih besar.

Wajak Pak Mn murung, khawatir kalau keinginannya tidak terkabul.

“Ya sudah, saya beritahu caranya ya.” kata saya kemudian.

Wajah Pak Mn tampak lebih cerah.

“Bapak perhatikan pada Toolbar yang ada di bagian atas monitor pada Browser Mozilla Firefox versi 3,6 yang sudah terinstal di Komputer saya.
Klik Menu View ( tampilan ), lalu klik Zoom In  untuk memperbesar penampilan. Bila masih belum besar, Klik lagi sesuai dengan keingian kita. Zoom yang semula 100%, dapat diatur menjadi 125 % atau 150 % tergantung keinginan  kita. Bila kita tutup Firefox ini dan kita buka lagi maka tampilan yang terakhirlah yang akan muncul. Artinya kalau teks yang cukup besar itu sudah tercapai, maka itu akan tetap sebesar itu tampilannya. Nah…itu saja caranya, pak. Bagaimana? Ada pertanyaan?” kata saya kepada Pak Mn.

“Wah…mudah ya dok.” Kata Pak Mn.

“Iya mudah, kalau tahu caranya. Kalau tidak tahu caranya, maka sampai kapanpun ukuran teks itu  akan tetap kecil.” kata saya.

“Nah, keluhan Bapak sebenarnya apa? Saya yakin  keluhan Bapak  bukan teks yang kekecilan kan?” saya bertanya kepada Pak Mn.

“He..he..Keluhan saya  cuma batuk pilek aja dok.”kata Pak Mn.

Ah… itu sih gampang, kata saya dalam hati.-

---

Untuk mendapatkan sesuatu, seringkali kita harus belajar secara autodidak.

Multi Talenta



Tiap orang mempunyai kemampuan, kecakapan atau talenta tertentu.
Talent yang dimiliki tiap orang berbeda-beda. Tidak jarang ada orang yang mempunyai banyak talenta atau multi talenta.

Sekecil apapun talenta itu, kalau dikembangan dan dimanfaatkan dengan baik, sering kali dapat menunjang hidupnya dan juga keluarganya.

Ada orang yang pandai menjahit. Dengan modal sebuah mesin jahit, Pak A banyak mengerjakan jahitan pelanggannya. Menjelang hari Raya, pekerjaannya menumpuk dan sering kali tidak dapat menerima lagi permintaan pelanggannya. Dengan dibantu seorang asisten penjahit dan mencicil sebuah mesin jahit lagi, usaha Pak A berkembang pesat.

Meskipun ia mempunyai talenta menjahit, ia tidak berniat membeli sepeda motor kreditan, sebab Pak A tidak dapat mengendarai sepeda motor. Ia puas mengendarai sepeda ontel yang dimiliki sejak ia belum menikah. Kesibukan menjahit setiap hari, membuat pak A tidak mengembangkan talenta-talenta lainnya yang ia miliki, termasuk talenta mengendarai sepeda motor meskipun ia mampu membelinya.

---

Berbeda dengan Pak A yang sudah berusia 40 tahun, Nn B yang duduk di bangku SMP kelas III mempunyai talenta yang berbeda. Sejak SD Nn. B mempunyai prestasi belajar di sekolahnya cukup baik dan tidak pernah tinggal kelas.

Sejak kelas II SMP, B menunjukkan talenta yang terpendam. Ia mulai gemar mempelajari bahasa Inggris. Hal ini menyebabkan ia dapat bicara dalam bahasa Inggris terutama dengan salah satu familinya yang berasal dari Amrik.

Setiap kali Mr. K dan kelaurganya berkunjung ke kota dimana Nn. B tinggal, mereka selalu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dalam setiap pertemuan keluarga B, selalu menjadi penerjemah.

Apa rahasia Nn. B dengan cepat dapat menguasai bahasa Ingris secara autodidak ini?
Ternyata ia belajar dari tayangan Film di TV yang biasanya produksi Amrik yng sudah diberi teks Indonsia. Dengan mendengarkan dialog ( listening ), membaca ( reading ), berbicara ( speaking ) dn berlatih menulis ( writing ). Kemampuan bahasa Inggrisnya berkembang pesat. Tidak jarang kalau bertemu dengan saya, kami berupaya agar kami berkomunikasi in English.

Saat ini B sedang  mengikuti kursus bahasa Mandarin bersama teman-temannya. Dengan bantuan seorang Laose ( guru ), semoga kemampuan berbahasa Mandarin dapat dimilikinya juga.

Selain itu Nn. B ini mempunyai kemampuan lain yaitu memainkan alat musik Organ. Dalam setiap acara perayaan di sekolahnya, B turut aktip sebagai Oranist. Tidak heran bila nilai pelajaran Kesenian selalu mendapat nilai yang terbaik di kelasnya.

Saya yakin kedua orang tuanya  bangga  dan menyayangi putri tunggalnya. Kepada ayahnya Pak S, sahabat saya, beberapa artikel  yang menarik sering saya berikan kepadanya.
Ketika ia bertanya”Darimana artikel ini?”, saya jawab “Dari Internet melalui Komputer.”
Rupanya artikel-artikel  yang sering dalam bahasa Inggris tsb dibaca juga oleh Nn. B, karena ayahnya konon tidak mahir English.

Nn. B akhirnya berkeinginan dapat mengakses Internet dimana saja dan kapan saja. Dari uang tabungan Pak S ini membelikan 1 set Komputer untuk putrinya. Manfaat Komputer dan Internet dirasa banyak manfaatnya, sehingga bila orang tuanya mendapat resep obat dari Dokter Keluarganya, Nn.B ini kemudian mencari apa isi obat yang diresepkan tadi. Mereka mempunyai  Dokter baru lagi yaitu Internet.

Bagi mereka saat ini Internet merupakan nara sumber yang mudah diakses. Bahasa Inggris? tidak masalah bagi Nn. B. Nah…orang tua mana yang tidak bangga mempunyai putri seperti Nn.B?

Nn. B dengan kemampuan menguasai bahasa Inggris, kelak Mandarin, pemain Organ, menguasi Komputer & Internet, sudah saya anggap sebagai seorang yang bermulti talenta.

Kalau boleh saya sarankan kepada orang tuanya, tidak ada salahnya kalau Nn. B juga menekuni kemampuan masak-memasak ( cooking ). Sebagai seorang wanita sudah sewajarnya juga pandai memasak, bukan? Sering kali Cinta datang dari mulut ( makan ) dan turun ke hati.

Dengan sebuah talenta saja, dapat dijadikan modal untuk mencari nafkah.
Misalnya: ada  sebuah keluarga tetangga kami yang mengirim seorang putrinya belajar bahasa Mandarin disebuah kota di RRC.

Selesai study, ia menjadi Laose ( guru ) di perguruan Tinggi dimana ia belajar. Dari honornya sebagai Laose, ia dapat hidup di RRC dan ia jarang pulang ke Indonesia.

Pelajar-pelajar Indonesia yang study dan bekerja di luar negeri, banyak yang menetap tinggal di negara dimana mereka belajar. Ini menunjukkan bahwa bila seseorang yang sekolah di suatu negara dan jarang pulang ke negara asalnya berarti dengan kemampuan talenta yang dimilikinya dapat menunjang hidup mereka di negara tsb.

Janganlah heran bila kita mengirim putra/i belajar ke luar negeri, akhirnya mereka kelak tidak akan kembali ke kampung halamannya.

---

Tekunilah talenta yang kita miliki dan perhatian apa yang terjadi.

Friday, September 24, 2010

Cuek




Kemarin pagi sekitar pukul 08.00 saya berjalan kaki menuju tempat praktik kedua yang juga menjadi tempat pratik isteri saya  pada sore hari. Oleh karena jaraknya hanya sekitar 300 meter, sering kali saya  berjalan kaki atau naik sepeda menuju kesana.

Ditengah perjalanan saat saya berjalan di jalur trotoir  jalan, ada seorang bapak pengendara sepeda motor menyapa saya “Met pagi, Dok.”

Saya tidak tahu siapa bapak itu. Beberapa detik kemudian saya hanya dapat melihat punggungnya tanpa dapat melihat wajahnya.

Beberapa saat kemudian, bapak itu sudah tiba di depan tempat praktik saya tadi. Dari jarak 75 meter saya  melihatnya seolah ia menunggu kedatangan saya.

Benar ketika saya berhadapannya dengan bapak ini, saya mengenalnya sebagai Pak S, pasien lama saya.

Saya berkata “Met pagi, pak.”
Pak S menjawab “Met, pagi, Dok. Saya mau berobat karena Diare.”

Setelah membukakan Ruang Tunggu dan mempersilahkannya masuk ke Ruang Periksa, pertanyaan pertama saya adalah “ Pak, tadi Bapak naik sepeda motor melewati saya yang berjalan kaki. Kalau Bapak ingin cepat dilayani oleh saya, mengapa Bapak tidak menawarkan saya untuk dibonceng sepeda motor Bapak?”

Tidak ada rasa bersalah atau penyesalan yang tampak dari wajahnya.
Ia cuek saja dan berkata “Semula saya ingin begitu, tetapi  saya ragu apakah dokter mau naik sepeda motor saya.”

Astaga…jangankan naik sepeda motor, naik sepeda saja saya lakukan  hampir setiap hari, yang saya anggap sebagai olah raga rutin saya. Lalu apa salahnya saya naik sepeda motor? Katakanlah untuk berbuat suatu kebaikan, mengapa tidak ditawarkan dahulu kepada saya untuk ikut  naik sepeda motornya. Hal ini tidak ia lakukan dan ia sudah memutuskan bahwa saya  pasti tidak mau naik sepeda motornya.

Saya bukannya ingin naik sepeda motor itu,  karena jarak tempuh saya juga hanya tinggal 100 meter lagi. Tidak masalah kalau saya tetap berjalan kaki.

Masalahnya mengapa seseorang yang ingin mendapat bantuan dari saya tetapi sedikitpun tidak mau memberikan tumpangan kepada orang  yang akan dimintai bantuannya.

Setelah mendapat pelayanan pemeriksaan dan sebuah suntikan, Pak S meninggalkan  Ruang Periksa setelah ia mengucapkan “Terima kasih, Dok.”

Sampai disitu saya mempunyai kesan tersendiri terhadap pasien yang satu ini. Pagi itu saya mendapat sebuah pengalaman batin lagi. Selamat pagi.

Have a nice day. Ciao.-

Inilah Penyebab dan Gejala Nyeri di Leher

Penyebab paling umum nyeri leher adalah kelaianan pada jaringan lunak yang terkait pada cedera atau pemakaian dan aus yang berkepanjangan. Pada kasus yang jarang, infeksi atau tumor bisa menyebabkan sakit leher. Pada beberapa orang, masalah leher dapat menjadi sumber rasa sakit di punggung atas, bahu, atau lengan. Untuk atlet dan orang-orang dengan gaya hidup aktif, kemungkinan memiliki

Wednesday, September 22, 2010

Happyness



Happyness atau kebahagiaan bagi tiap orang berbeda pengertiannya.
Pandangan umum kalau sudah mempunyai banyak uang, mereka  akan merasa bahagia.
Apakah hal ini benar? Belum tentu.

Bahagia tidak ditentukan oleh  jumlah uang yang ada di dalam Rekening Banknya, tetapi apa yang mereka miliki disekitarnya.

---

Kemarin sore datang Pak CP, 78 tahun ke tempat praktik saya dengan  membawa sebuah sepeda pinjaman dari temannya. Wajahnya  suram, sesuram sore itu dengan cuaca mendung akan turun hujan. Tiap hari Minggu ia sering mengikuti kebaktian pagi di Gereja kami.

Setelah saya persilahkan Pak CP masuk dan duduk, saya bertanya kepadanya “Bapak mau berobat?”

Pak CP menjawab “Dok, saya tidak sakit, tapi mau ngobrol tentang hidup saya.”

“Silahkan Bapak berkisah. Santai saja. Saya siap mendengarkan,” kata saya.
Saya terharu juga. Dalam usia 78 tahun, ia  terpaksa naik sepeda pinjaman temannya untuk mendatangi tempat saya yang berjarak sekitar 2 Km dari tempat sewa kamarnya

Pak CP mulai berkisah atau curhat kepada saya “Bulan yang lalu saya diminta oleh salah seorang anaknya untuk  tinggal di rumahnya di Jakarta. Papah tinggal saja di rumah kami dari pada hidup sendirian di kota Cirebon ( isterinya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu ) kata anak saya yang tinggal di Jakarta

Dari 10 orang anak kami, dia yang minta saya tinggal di rumahnya. Maksudnya sih baik. Tidur di sebuah kamar tersediri, makan-minum cukup, hari Minggu pergi ke Gereja bersama-sama naik mobil. Meskipun demikian saya tidak punya teman di kota Jakarta, semua teman ada di kota Cirebon. Jadi saya tidak betah hidup di Jakarta. Saya lebih senang hidup di kota Cirebon, meskipun hidup seadanya.

Saya sudah bicara sama anak saya itu agar  saya diijinkan hidup di Cirebon saja, sewa kamar sederhana. Saya lebih baik diberi sedikit uang untuk dapat menikmati sisa hidup saya. Kalau diminta tinggal di Jakarta, saya tidak mau sebab saya tidak betah.

Sekarang saya datang kesini, tolong agar dokter beri saya sebuah Surat yang menyatakan bahwa saya tidak betah tingal di Jakarta dan biarkan saya tinggal di Cirebon saja. Tolonglah, dok.”

Saya berpikir keras. Permintaannya tidak biasanya. Kalau diminta membuat Surat Keterangan Sakit atau Surat Keterangan Kematian, bisa saya kerjakan kalau datanya benar, tetapi kalau buat Surat tsb, rasanya saya tidak bisa turut campur urusan dalam negeri keluarga Pak CP. Saya tidak berwenang membuat Surat yang dimaksud Pak CP.

Lalu saya berkata kepada Pak CP “Pak,  kalau Surat itu, saya tidak dapat membuatnya sebab ini urusan intern keluarga Bapak. Saya tidak bisa turut campur urusan keluarga. Kalau saya diminta memberikan advis secara kekeluargaan dalam suatu pertemuan antara  Bapak, saya dan anak Bapak, saya bisa lakukan. Nanti saya tukar pikiran tentang kemauan Bapak yang ingin tinggal di Cirebon dari pada tinggal di Jakarta.”

Wajah Pak CP makin suram, sedih karena  saya  yang diharapkan mau membuat Surat tsb, menyatakan tidak bersedia membuatnya. Saya juga tidak punya jawaban atas pertanyaan saya  “Mengapa saya selaku dokter praktik yang diminta bantuannya dan bukan orang lain  atau anggota keluarganya yang lain yang lebih berwenang?”

Oleh karena ia tidak mendapat surat  yang dimintanya, maka saya memberi alternatif jalan keluar.

Saya melanjutkan “Pak, begini saja, saya punya Plan A. Bapak selaku orang tua, bicara secara baik-baik. Dahulu ketika anak-anak Bapak masih kecil, Bapak selaku Orang tua membesarkan dan menyekolahkan semua anak-anak sampai jadi orang. Sekarang di masa tua, sudah kewajiban anak-anak yang merawat orang tuanya. Kalau Bapak merasa lebih bahagia tinggal di kota Cirebon, mintalah kepada semua anak-anak agar  mereka memberikan iuran dana setiap bulannya. Kalau saja Rp. 100.000,- setiap anak, kali 10 orang,  maka jumlahnya Rp. 1 juta / bulan. Syukur kalau ada anak yang mau  kasih lebih banyak. Uang Rp. 100.000,- per anak pada saat ini rasanya tidak terlalu besar, tetapi bagi Bapak mungkin cukup untuk hidup sederhana.”

Pak CP  secara spontan  menjawab “Kalau dapat Rp. 1 juta / bulan itu, berarti lebih dari cukup bagi saya, Dok.”

“Iya, bicarakan saja masalah ini dengan anak-anak Bapak. Kalau anak-anak Bapak punya hati nurani,  rasanya tidak sulit-sulit amat sih,” kata saya memberikan dorongan semangat kepada Pk CP.

“Kalau  anak-anak kami tidak bersedia, bagaimana dok?”

“Kalau  tidak dapat terlaksana, saya masih ada Plan B, pak”, kata saya.

“Kalau boleh saya tahu, apa Plan B itu, dok?” Pak CP  ngebet ingin tahu.

“Bapak masuk ke Panti Wreda Kasih milik Gereja kami saya,” kata saya dengan tenang.

“Bapak tidak usah mikirin lagi, makanan tinggal makan, kamar tidur tidak usah sewa, mau mandi banyak air bersih, kalau sakit ada yang kasih obat, mau ke Gereja ikut mobil Gereja bersama warga Panti yang lain. Bapak mau kan? Itulah Plan B saya,” saya menjelaskan kepadanya. Selanjutnya nanti saya yang akan memperjuangkan agar Pak CP ini bisa hidup di Panti Wreda. Itupun kalau dia mau. Untuk berbuat baikpun, tidak mudah. Ada batu sandungan di depan kita.

“Yah sudah…. saya mau coba Plan A dokter lebih dahulu ya. Sekarang saya  permisi mau pulang sebab sudah jam 17.30. Saya mau makan,” kata Pak CP terburu-buru meninggalkan Ruang Periksa pasien. Basa-basi atau memang ia sudah lapar sih?

Hati saya geli. Kalau  ada orang yang masih ingin makan, berarti ia masih punya semangat untuk hidup. Kalau sudah 2-3 hari tidak mau makan, berarti ini gawat sebab mungkin ia sudah termasuk orang yang waiting list, yang tinggal tunggu jemputan.

Nah  oleh karena itu janganlah lupa mengisi perut, sebab kalau perut kosong kita akan sulit  tidur dan beraktivitas lainnya.

Sunday, September 19, 2010

Honesty




Honesty atau kejujuran, saat ini merupakan suatu barang yang langka.
Apakah masih ada kejujuran pada  masa sekarang? Ternyata masih ada!

Pak Mario Teguh dalam acara “Golden way” yang ditayangkan oleh Metro TV setiap hari Minggu pukul 19.05 – 20.00, minggu yang lalu  berkata “ Orang yang jujur dalam perkara kecil akan jujur juga dalam perkara besar. Orang yang tidak jujur dalam perkara kecil, apalagi dalam perkara besar.”

Dalam hati saya melanjutkan ucapan bijak itu dengan “Kalau jumlah uang yang kecil saja ditilep, apalagi jumlah uang jang besar.”

---

Kisah nyata ini saya alami sendiri.
Beberapa tahun yang lalu saya mengalami hal ini.
Suatu sore sekitar pukul 16.30 ketika saya akan masuk ke dalam minibus saya  untuk dimasukkan ke dalam halaman rumah kami, saya berhadapan dengan dua orang anak laki-laki yang sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan Pertama.

Ia berkata sambil menyodorkan sebuah Kartu “Pak, Kartu ini punya Bapak.”
Saya melihat Kartu Kredit dari sebuah Bank milik saya di tangannya.
Saya heran bagaimana  Kartu itu yang semula  berada dalam kantung baju saya sekarang ada ditangan orang lain?

Saya bertanya kepada anak tsb “Darimana adik, menemukan Kartu ini?”
“Disini “ katanya sambil menunjuk ke arah dimana kami sedang berdiri yaitu di depan pintu halaman rumah kami.
“O… terima kasih ya.” kata saya.
Secara spontan saya mengambil selembar uang kertas dan berkata kepadanya “Dik, ini ada uang untuk adik. Terima kasih ya sudah menemukan Kartu saya ini.”

“Tidak usah, Pak Dokter.” ia berkata dengan sopan dan wajah  tersenyum.
“Enggak apa-apa, terimalah sebagai ucapan terima kasih saya kepada adik,” saya tetap ingin memberikan sesuai sebagai ucapan terima kasih kepadanya.

“Jangan, Pak. Kami kebetulan lewat disini dan menemukannya. Saya melihat ada nama Bapak di Kartu ini dan cocok dengan nama yang  seperti di papan nama praktik Dokter,” katanya sambil berjalan meninggalkan saya.

Saya tertegun. Dari mana ia menemukan Kartu Kredit saya  yang sebelumnya berada di kantong baju saya. Saya berpikir keras. O..rupanya ketika saya  turun dari mobil, saya memasukkan Kunci mobil yang berdompet kecil ke dalam kantung baju saya yang berisi Kartu Kredit saya yang baru saya gunakan untuk mengambil uang di mesin ATM. Ketika saya akan masuk ke dalam mobil kembali, saya mengambil dompet  dan kunci mobil. Ketika dompet itu dikeluarkan, Kartu Kredit yang terbuat dari plastik itu melekat di dompet tadi dan terjatuh ke trotoir rumah kami dimana kami tadi berdiri. Anak tadi kebetulan lewat dan menemukan Kartu Kredit itu berada di trotoir.

Dapat dibayangkan kalau Kartu Kredit itu berada ditangan orang yang bermaksud tidak baik, maka saya akan menanggung kerugian yang besar  karena Kartu Kredit saya sudah dibobol orang jahat.

Untuk meminta agar Kartu Kredit itu diblokir, juga memerlukan waktu. Panggilan ke nomer telepon Pusat Kartu Kredit tsb juga memerlukan suatu perjuangan yang panjang sebab sering kali kita harus bicara dengan mesin penjawab telepon yang sering kali sulit tersambung akibat sibuknya lalu lintas komunikasi terhadap sebuah telepon yang harus menerima  keluhan-keluhan  dari sekian banyak pemegang Kartu Kredit yang ada dinegara  kita ini. Waktu berjalan terus dan mungkin saja Kartu Kredit saya sudah dipakai belanja dengan jumlah yang aduhai, sebelum saya sempat memblokir Kartu Kredit itu.

Kejujurannya  membuat anak tadi mengembalikan Kartu Kredit itu kepada saya tanpa pamrih. Diberi uang sebagai balas jasapun, ia menolaknya. Sungguh suatu kejujuran tanpa pamrih. Ini membuktikan kepada saya pribadi bahwa  saat ini masih ada kejujuran diantara kita. Amin.

Hal ini saya terima apakah karena saya juga sering kali berbuat hal yang sama kepada orang-orang lain? Semoga demikian.

---

“Tuluslah dalam suatu kebaikan. Lalu perhatikan apa yang terjadi” ( Mario Teguh )





Traffic accident



Sebenarnya sejak tadi pagi  kisah nyata ini malas saya tulis.

---

Traffic accident atau kecelakaan lalu lintas setiap hari banyak terjadi di jalan raya. Hal ini juga terjadi saat arus mudik dan arus balik menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri di semua jalan raya.

Korban-korban berjatuhan di saat hari yang semestinya membahagiakan mereka tetapi sebaliknya hanya penyesalan dan kematian yang terjadi. Meskipun kita sudah berhati-hati mengendarai kendaraan kita, kecelakaan dapat terjadi akibat ulah pengendara lain yang ugal-ugalan mengendarai kendaraannya  karena  ngantuk,  mabuk, bicara di handphone atau hal lain.

Di banyak negara  dilarang bicara di Handphone saat mengendarai kendaraan dan akan mendapat sangsi berat. Ternyata  peraturan tetap peraturan dan setiap saat selalu ada yang melanggarnya. Kami sering melihat ada banyak penyebrang jalan raya, melintas sambil bicara via Handphone mereka. Kalau tertabrak kendaraan yang melintas, siapa yang salah? Peraturan dibuat bukan untuk ditaati tetapi untuk dilanggar.

Ketika saya mengunjungi Blog saya, teringat lagi kisah nyata kami pada pagi ini, sehingga saya memutuskan untuk  posting  artikel kisah nyata ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Amin.

---

Sepulang dari Kebaktian pagi di Gereja, mobil kami meluncur ke rumah kami.
Ketika  sekitar 75 meter dari sebuah pertigaan jalan raya, saya dan isteri saya jelas-jelas  melihat ada  sebuah Sepeda motor yang dikendarai oeh seorang Bapak yang membonceng  seorang wanita ( mungkin isterinya ) berada di jalur Kiri.

Ketika tiba di titik 50 meter dari pertigaan jalan, kami melihat Sepeda motor itu berbelok ke Kanan dan berada  persis di tengah pertigaan jalan raya atau di depan mobil kami. Kami kaget luar biasa, mengapa Sepeda motor itu melintas ke arah Kanan tanpa mereka memberi tanda akan berbelok arah ke kanan ( menyalakan lampu Sein atau melambaikan tangan ke kanan ). Konyol juga nih Sepeda motor.

Laju mobil kami sebenarnya tidak teralu cepat, sekitar 40 Km/jam saja. Secara reflex saya menginjak pedal Rem mobil kami secara maksimal. Terdengar denyit suara keras akibat gesekan karet 4 ban mobil kami dengan permukaan Aspal jalan raya. Saat itu jarak Sepeda motor dan mobil kami sekitar 5 – 10 meter, cukup dekat. Pada detik berikutnya Sepeda motor itu sudah tidak berada di depan mobil kami. Saya melambatkan laju mobil kami dan melihat ke arah mereka. Kami melihat sang Bapak dan Wanita itu menengok ke arah kami. Mungkin mereka marah dan menyalahkan kami, sebab nyaris Sepeda motor mereka tertabrak mobil kami. Paling enak kalau menyalahkan orang lain. Mestinya coba introspeksi diri sendiri dahulu.

Mengapa  ketika mereka berada di jalur Kiri, mendadak berbelok arah ke Kanan ( nyaris tegak lurus ). Bila mau belok ke Kanan, kalau saya yang mengendarai Sepeda motor itu, maka saya akan bertindak:
  1. Berada di jalur sebelah Kanan untuk bersiap-siap  akan berbelok ke kanan
  2. Memberi tanda dengan menyalakan lampu Sein sebelah kanan
  3. Kalau perlu melambaikan tangan kanan ke arah Kanan.

agar kendaraan-kendaraan lain yang berada di belakang saya mengerti bahwa saya akan belok Kanan.

Kalau berada di jalur Kiri, lalu mendadak berbelok ke arah Kanan dan saat itu ada kendaraan yang meluncur cepat. Apa jadinya?  Benar!  terjadilah Traffic accident. Siapa yang salah? Ceritanya jadi panjang…..

Pada kisah nyata pagi itu, kami  bersyukur bahwa Traffic accident tadi tidak terjadi.
Kalau rem mobil kami tidak bekerja dengan baik atau saya terlambat beberapa detik menginjak pedal rem, maka cerita ini bisa berbeda.

Kami bersyukur kami dan mereka  terhindar dari Traffic accident.

---

Dalam kehidupan, paling mudah  menyalahkan orang lain, sedangkan kebaikan orang lain kita lupakan.

Mengapa?

Oleh karena perlu dicari siapa yang salah, padahal kita sendiri yang bersalah, tetapi tidak mau disalahkan orang lain.

Friday, September 17, 2010

Tidak nyambung




Dalam keseharian saya  sering menjumpai suatu hal yang sering kali tidak nyambung.
Kisah-kisah dibawah ini  dapat dijadikan contoh seperti topik posting  saya kali ini.

---

Suatu pagi sekitar pukul 05.45 saya menerima panggilan telepon rumah.
Sebenarnya masih terlalu pagi untuk pasien datang berobat. Terjadilah dialog ini.
“Halo, met pagi”, kata saya
“Met pagi, Pak. Bisa bicara dengan dokter H ( isteri saya ),” seorang wanita bertanya.
Saya belum menjawab pertanyaannya dan balik bertanya “Ini siapa ya?” ( maksud saya  bertanya nama anda siapa? ).
“Saya pasien Ibu dokter.”
“Maaf, anda siapa?” saya balik bertanya
“Pasiennya yang di jalan Anu.” ( rupanya ia tidak mau mengatakan siapa namanya. Kalaupun ia  asal menyebut sebuah nama, toh saya tidak tahu apakah itu nama asli atau asal sebut sebuah nama ).
“Pasien isteri saya, ada banyak. Nama anda siapa? Kalau isteri saya bertanya, dari siapa telepon ini. Lalu saya bilang dari siapa ya? Ibu kok tidak mau menyebutkan nama anda sendiri?” kata saya.
“Saya pasiennya yang sering berobat!” ia berbicara lagi.
Habislah sudah kesabaran saya dan berkata “Baiklah. Ada keperluan apa Ibu?
“Saya mau berobat, apakah bisa sekarang?” ia bertanya.
Oleh karena  kami belum siap untuk melayani pasien, saya menjawab “Kalau Ibu mau berobat silahkan datang pukul 07.00 sebentar lagi ya.”
“Kalau sekarang tidak bisa?’ suara itu masuk ke telinga kiri saya. Aduh…bicara dengannya kok tidak nyambung ya. Sepertinya ada yang salah, tapi siapa yang salah? Isteri saya sedang berada di dalam kamar mandi yang tidak mungkin untuk menerima panggilan telepon  rumah yang jaraknya cukup jauh dari kamar mandi.
Saya letakkan telepon rumah itu karena terdengar nada musik, tanda ada SMS yang masuk ke handphone saya. SMS dari putra kami  yang  bekerja dan tinggal di kota Sydney. Waktu menunjukan pukul 06.05, berarti disana sudah pukul 09.05 pagi, biasanya ia sudah berada di Rumah Sakit tempat ia bekerja.

--

Suatu pagi ketika saya dan supir mobil Gereja kami akan menuju ke Panti Wreda, kami bermaksud untuk membeli 2 macam obat untuk saya sendiri di sebuah Apotik A.
Saya menunggu di dalam mobil dan membekali sejumlah uang dan sebuah resep kepada Pak U, sang supir.
Tidak lama kemudian ia datang dan berkata “Dok, katanya uangnya kurang.”
“Kurang berapa? Lho kok  harga 2 obat ini lebih mahal dari Apotik B!”
Biasanya seharga Rp. 120.000,- ini kok Rp. 168.000,- Kok bedanya  cukup besar.
Saya turun dari mobil dan langsung menemui pegawai Apotik A “mbak apakah benar ini harganya segini?” Mestinya ia tahu kalau ia sedang berhadapan dengan dokter yang menulis resep itu, karena dalam kolom Pro ( untuk )  tertulis U.p. ( usus propium )  untuk pemakaian sendiri atau untuk dokter ybs. Sang pegawai menyerahkan obat dan resep tadi kepada pegawai lain, tanpa berkata apa-apa kepada saya. Mangkel juga. Tamu yang akan membeli obat atau akan memberi uang kok dicuekin saja! Padahal di Apotik  A ini belum banyak orang yang belanja. Saya melihat pegawai lain tadi membalik-balik sebuah buku ( mungkin buku daftar obat ). Lalu ia membuka-buka  sebuah buku lain. Bolak-balik, lama juga saya berdiri di Ruang Apotik A ini. Hampir 10 menit, masih belum ada kejelasan apakah harga itu benar atau tidak benar. Sudah waktunya saya memeriksa kesehatan para Oma dan Opa di Panti Wreda. Akhirnya saya meninggalkan Apotik A dan masuk ke dalam mobil dan minta agar mobil segera  meluncur ke Panti.
Sang supir bertanya “Bagaimana Dok obatnya?”
“Entahlah kok lama sekali memeriksa harga obat itu. Saya putuskan tidak jadi membeli obat disitu. Saya akan beli di Apotik B saja, langganan saya via telepon saja nanti siang.” saya menjawab.
Kok tidak nyambung ya.
Sebagai pembeli saya tidak mendapat pelayanan yang semestinya. Semua resep yang saya buat untuk warga Panti, masuk ke Apotik A itu. Saya sudah turut andil dalam menghidupi kelangsungan Apotik A tsb, tetapi  ketika saya akan membeli ( bukan meminta ), saya tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya dengan cepat tanggap.
Kalau di Ruang O.k. ( Operasi Kamer ) saat mau melakukan operasi terhadap pasien, bila terjadi seperti itu, maka  saya membatin ”Wah…pasienya keburu meninggal nih.” ( lama tidak ditangani dengan cepat tanggap ).

---

Ketika saya pulang dari tugsa pelayanan di Panti Wreda, isteri saya melaporkan bahwa tadi ada seorang Ibu dari kota C ( 15 Km dari kota kami ) yang bermaksud berobat kepada saya saat itu juga ( sekitar pukul 10.00 pagi ).
Oleh karena saya tidak berada di tempat dan baru pulang pukul 12.00, maka isteri saya menyarankan agar datang saja ke temat praktik nanti sore pukul 16.00. Ia menyetujui  usulan isteri saya.
Ketika saya praktik sore sampai malam haripun, ia tidak datang dan  tidak ada pasien yang  berasal dari kota C tsb. Mungkin ia sudah berobat ke tempat lain, karena  saya yakin disana ada banyak Teman Sejawat Dokter yang buka praktik.
Lagi-lagi tidak nyambung.
Pasien seharusnya menunggu dokter, tetapi kali ini dokter yang harus menunggu pasien. Keadaan sudah terbalik. Ditunggu-pun pasien tidak datang. Tidak nyambung, persis seperti topik posting saya kali ini!

---

Suatu sore saat saya buka praktik, seorang Bapak ngomel-ngomel kepada saya.
“Ini bagaiman, dok. Sakit anak saya belum sembuh juga, padahal obatnya sudah diminumkan,” ia berbicara.
“Lho, Pak  putra Bapak kapan berobatnya?” saya bertanya.
“Ini kan obat  dari resep dokter untuk anak yang sama. Sudah diminumkan 2 kali puyernya tapi panasnya belum turun juga. Bagaimana ini, dok?”
Saya lihat Catatan pasien tsb. Benar ia pernah berobat, tetapi ia berobat  hampir 1 tahun yang lalu, bukan 1-2 hari yang lalu. Lalu dari mana resep obat itu?
Kalau resep itu diulang ( mestinya  tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter ), maka dosis obat semuanya tidak sesuai karena pasien sudah bertambah besar umurnya dan  tentunya dosis obat akan bertambah  besar sesuai dengan usia  pasien. Kalau diberikan dosis yang kecil maka  mungkin sekali  efek pengobatan tidak akan tercapai alias demam tidak turun dan juga mungkin perlu obat antibiotika atau obat yang lain. Jadi pengulangan  resep dengan berbeda usia dan berbeda penyakitnya  ( dulu Flu, sekarang Demam Berdarah atau lainnya ) tidak menjamin semua penyakit dapat sembuh dengan sebuah resep obat yang sama. Tidak nyambung.
Tapi Bapak itu tidak mau mengerti dan menyalahkan dokternya. Setelah  dijelaskan, baru mengerti. 
Pada kasus yang hampir sama, akhirnya saya mengerti kalau Ortunya itu tidak mau memberikan doctor fee, bila anaknya sakit lagi. Lalu dicari alasan bahwa penyakitnya tidak sembuh, dengan harapan dibebaskan dari doctor fee. Kalau ia bicara baik-baik, dan mood saya sedang baik, maka  saya tidak berkeberatan kalau ia minta digratiskan. Tidak ada salahnya untuk berbuat suatu kebaikan.
Sering kali sikap sabar dan mau mendengarkan ( itulah sebabnya  kita  mempunyai 2 Telinga dan hanya 1 Mulut, untuk lebih banyak mendengar dari pada banyak bicara ) banyak manfaatnya bagi kita semua. Amin.

G.O.



Bakteri G.O.


Seminggu yang lalu datang berobat seorang karyawan sebuah toko kelontong.
Keluhan Pak L, 30 tahun,  nyeri saat b.a.k. setelah ML dengan seorang PSK. Pagi hari pada CD-nya tampak bercak warma kuning dan bau amis, tidak sedap. Tetesan selamat pagi ( good morning drip ) ini khas untuk penyakit G.O. ( Gonorrhoe, Kencing Nanah ) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.

Penyakit ini dapat berpindah keada orang lain dengan cara ML atau hubungan seksual. Penyakit ini menyerang saluran kencing dan menyebabkan peradangan / infeksi pada saluran kencing ( Urethritis acuta ). Ciri khas penyakit ini adalah 2-3 hari melakukan setelah ML, maka pagi hari terdapat good mornng drip dan rasa nyeri saat b.a.k. ( dysuria ). Sering kali pasien berobat karena tidah tahan menderita dysuria ini.

Urethritis ini  ada 2 macam yaitu Urethritis gonorrhoica (yang disebabkan bakteri G.O. ) dan Urethritis nongonorrhoica ( yang disebabkan bukan oleh bakteri G.O. tetapi oleh Chlamydia trachomatis yang paling sering ). Bila tidak mendapat terapi yang tepat dan penyakit menjadi khronis maka dapat memberikan komplikasi antara lain berupa Radang Testis / biji kemaluan ( Orchitis ). Rusaknya pabrik penghasil sel-sel mani ( spermatozoa ) ini dapat membuat pasien menjadi mandul. Produksi spermatozoa sangat menurun atau tidak ada sama sekali. Bagaimana hendak membuahi Ovum ( sel telur ) isterinya kalau tidak punya spermatozoa?

Pasien sudah minum 2 kapsul Amoxycilin  500 mg yang dibeli dari sebuah Apotik dekat rumahnya. Keluhan pasien  masih belum sembuh ( tentu saja belum sembuh sebab dosis tidak cukup dan sudah banyak kuman penyebabnya yang resisten terhadap kapsul A ). Sebenarnya kaps A.ini adalah antibotica of choice ( a.b. terbaik ), tetapi karena masalah resistensi maka kaps. A sudah tidak dipakai lagi dan diganti  a.b. yang lain.

Sebagai Plan A, saya memberikan resep tablet Ciprofloxacin 500 mg , 10 tablet, 2 kali 1 tab/hari. Meskipun dalam literatur cukup 1 tablet saja. Selain itu diberikan  juga Doksisiklin kaps, 2 kali 1 kaps. selama 7 hari untuk mengatasi Chlamydia. Pasien dianjurkan agar tidak melakukan ML dahulu sebelum penyakitnya sembuh sebab dapat menularkan kepada pasangannya / isterinya.

Setelah obat habis pasien datang kembali dengan keluhan masih ada good morning drip.

Ah... ternyata bakteri penyebabnya ternyata juga sudah resisten terhadap obat Cipro yang saya berikan. Hal ini bisa saja terjadi o.k. pasien sering minum obat golongan Antibiotika yang dibelinya sendiri tanpa mengindahkan dosis yang cukup untuk membunuh bakteri penyebabnya. Kemungkinan lain pasien melakukan ML lagi sehingga ia terinfeksi lagi dengan bakteri yang sama. Hal ini disangkal oleh pasien yang katanya khawatir  tertular lagi dan sudah jera dengan penyakit ini sebab rasa sakit yang tidak tertahankan sewaktu ia b.a.k.

Plan B  saya lakukan dengan memberikan injeksi 2 gram K, 1 gram di bokong kiri dan 1 gram di bokong kanan setelah masing-masing dilarutkan dalam 2 cc Aquabidestilata. Dengan suntikan K ini  jarang pasien  balik lagi alias sembuh. Kalau ia tertular lagi maka ia dapat menderita G.O. lagi. Jadi tidak ada kekebalan terhadap penyakit yang sering dialami oleh pasien ( pria atau wanita ) yang melakukan ML dan salah satu pasangannya mengidap kuman G.O.

Sudah banyak pasien yang datang berobat dengan keluhan good morning drip dan mendapat injeksi K 2 gram. Saya belum pernah melakukan Plan C untuk penyakit yang satu ini. Plan C dapat berupa injeksi antibiotik lain yang lebih  cocok dan tentunya lebih mahal. Harga obat-obatan sat ini sudah tergolong mahal, kecuali obat generik. Sayangnya tidak semua obat sudah tersedia generiknya.

Ciri khas penyakit ini adalah pasien tidak kapok untuk melakukan ML lagi dengan  orang yang bukan pasangan resminya. Bila seorang suami mendapat penyakit ini maka pasangannya  / isterinya juga harus diberikan terapi agar  tidak saling menularkan ( mencegah Ping Pong Phenomen, bolak balik tertular lagi bila  tidak semuanya diterapi ). Masalahnya bagaimana sang suami memberitahukan bahwa ia terkena GO dan isterinya  harus mendapatkan injeksi yang sama, padahal isterinya merasa tidak berbuat salah. Dapat ditebak betapa murkanya sang isteri terhadap suaminya yang sudah sakit terkena murka isterinya lagi. Perceraianpun sudah diambang pintu perkawinan mereka.

Kalau setiap bulan harus  memberikan injeksi obat yang sama pada pasien yang sama dengan penyakit yang sama, sering kali saya merasa bahwa upaya pencegahan berupa penyuluhan pribadi yang saya berikan kepada mereka  tidak  berguna sama sekali. Akhirnya saya merasa cape deh……..

Dalam kehidupan ada banyak pilihan dan keputusan terbaik ada di tangan kita sendiri.

Orang bijak pernah berkata “Berpikirlah dahulu sebelum bertindak dan bukan bertindak dahulu kemudian berpikir.”

Kalau diambil yang terakhir, maka sesal kemudian tidak ada gunanya lagi, bukan?-

Pasien lama



Dr. Basuki Pramana, no. 5 dari Kiri.

Tadi pagi datang berobat Pak C, 63 tahun. Umurnya 7 bulan lebih tua dari pada umur saya. Umur saya sebaya dengan umur Pak C. Pak C diantar oleh isterinya dengan naik becak.

Dari anamnesa ( riwayat penyakit ) dll, pembicaraan kami  nampak lebih santai. Menurut pengakuan Pak C yang mantan PNS dan pensiunan Guru SD P, ia sering berobat dan diperiksa oleh saya yang saat itu  bekerja di Puskesmas P.

Ketika pertama kali Kak C melihat wajah saya di Ruang Periksa, Pak C menyatakan bahwa ia masih mngenal wajah saya yang sudah familier dalam penglihatannya.

“Ah….. masa sih Pak, saya kan sudah bertambah tua dan wajah saya tentu sudah banyak berubah bila dibandingkan ketika saya  masih bekerja di Puskesmas P” kata saya.

Pak C dengan wajah sayu menjawab “Ah….wajah dokter, tidak banyak berubah sejak dahulu. Itulah sebabnya saya masih dapat mengenal dengan baik bahwa ini benar Pak dokter Basuki yang  dulu di Puskesmas P. “ Tampak wajah Pak C ini seperti orang yang berumur 10 tahun lebih tua dari umur yang sebenarnya. Kesulitan  hidupnya  rupanya membuat wajah Pak C ini lebih tua dari yang sebenarnya. Betapa hebatnya pengaruh lingkungan hidup dan  kesulitan hidup mempengaruhi wajah seseorang. Istri Pak C yang juga  seorang PNS dan mengajar di sebuah SD tampak masih segar.

Luar biasa ingatan Pak C ini. Saya  berhenti dari Puskesmas P ini pada tahun 1996. Setelah itu saya bekerja di Lapas Kelas I Cirebon selama 4 tahun, sebelum saya  mengajukan Pensiun  dini alias APS ( Atas Permintaan Sendiri ). TMT  1 April 2000 saya  Pensiun dini. Sekarang  bulan September 2010. Berarti saya meninggalkan Puskesmas P itu sudah 14 tahun. Jadi minimal Pak C dan saya sudah tidak bertemu selama 14 tahun.

Dalam kurun waktu 14 tahun pasti sudah banyak yang berubah di dalam kehidupan kita semua, tapi Pak C masih mengingat wajah saya. Itulah sebabnya saya mengatakan luar biasa ingatan Pak C ini.

Saya bertanya kembali “ Pak C, Bapak sebagai pensiunan PNS tentu mempunyai fasilitas berobat gratis ke Rumah Sakit Umum, karena  terdaftar sebagai peserta Askes ( Asuransi Kesehatan ) mantan Pegawai Negeri Sipil. Mengapa tidak menggunakan fasilitas gratis yang telah  tersedia bagi Bapak?”

Pak C menjawab “ Maunya sih begitu, Dok, tetapi saya sakit tidak tahan kalau harus menunggu antrian yang panjang di RSU. Biarlah saya  berobat kepada dokter saja disini.”

Dalam hati saya membatin “Ya Tuhan… mengapa banyak pensiunan yang peserta Askes yang seharusnya dapat berobat gratis, tetapi lebih rela  berobat di tempat lain, meskipun  biaya pengobatan dan obat harus ditanggung sendiri.”

Keluhan Pak sebenarnya tidak serius. Ia mengeluh badannya lemas dan nafas sedikit sesak. Pada pemeriksan fisik pak C, semua dalam batas normal kecuali berat badan yang underweight atau kurus saja. Sedangkan  tubuh isterinya tampak lebih segar dan lebih gemuk dari suaminya.

Saya membuatkan resep berupa tablet yang mengandung ATP untuk membuat tubuh menjadi lebih segar akibat pasokan energi ini dan tablet Multivitamin.

Ketika  Pak C bertanya “Berapa biaya pemeriksaannya?” Saya  memberikan  diskoun sebanyak 60 % bagi sesama pensiunan PNS. Saya terharu  sudah bertemu dengan Pak C yang masih mengenal saya, meskipun sudah 14 tahun tidak bertemu dan masih ingin diperiksa oleh saya  persis seperti ketika ia berobat di Puskesmas P.

Ketika Pak C dan isterinya meninggalkan Ruang Periksa, saya melihat wajah Pak C lebih cerah, secerah sinar matahari pagi ini.

Ingatan saya  kembali melayang ke moment ketika saya  bekerja di Puskesmas P. Sudah banyak dokter yang bekerja di Puskesmas P menggantikan saya. Saya tidak tahu siapa yang sekarang sedang bertugas disana. Kepada siapapun yang bertugas disana, saya menaruh harapan semoga pelayanan  terbaik dari mereka  dapat memenuhi keinginan para pasien yang datang berobat disana. Amin.