Friday, September 14, 2012

Hokky Pecahkan Rahasia Batik dengan Teori Kompleks

image: jpmi.or.id

TEMPO.CO Jakarta - Hokky Situngkir berhasil memecahkan rahasia batik, sebuah lagu daerah, Candi Borobudur dan pergerakan saham dengan memakai teori kompleksitas. Kini, Hokky sedang melakukan penelitian aspek arkeologi-astronomi situs purbakala Gunung Padang di Cianjur dengan teori kompleksitas.

Perkenalan Hokky dengan teori kompleksitas bermula dari kegiatannya berselancar mencari referensi di Internet tentang konflik horizontal di berbagai negara pada 2000. Aktivis mahasiswa Institute Teknologi Bandung ini melakukannya karena merasa ada yang keliru dengan segala macam teori sosial berikut ideologi yang dikupas setiap hari dalam diskusi.

Pencarian lulusan jurusan Teknik ELektro ITB 2001 ini awalnya berfokus pada tulisan Elisabeth Jean Wood, pengajar ilmu politik Yale University, di salah satu buletin yang dikeluarkan Santa Fe Institute.

Wood memetakan konflik antaretnis yang melibatkan kelompok bersenjata di El Salvador dengan menggunakan game theory. Wood yang berlatar belakang matematikawan menggarap kajian sosial dengan menggunakan pendakatan berbagai ilmu.

Penelusuran lebih mendalam di Internet membuatnya bertemu dengan teori kompleksitas yang dikembangkan Santa Fe Institute, lembaga riset di Santa Fe, New Mexico, Amerika Serikat. Teori yang ini lahir pada akhir abad ke-20 ini merangkul berbagai disiplin ilmu untuk menjelaskan suatu persoalan.

Begitu terpesonanya oleh teori ini, Hokky mendirikan Bandung Fe Institute, mengambil nama Santa Fe Institute. Riset awalnya adalah meneliti batik. Dia ingin membuktikan batik bukan ornamen tetapi lukisan yang disejajarkan dengan karya Leonardo da Vinci, Raphael, atau Michelangelo.

Hipotesisnya berangkat dari pertanyaan, di mana karya lukis orang Jawa ketika membuat Candi Borobudur yang begitu kompleks. Dia kemudian mewawancarai akademisi dan penggiat seni lalu berburu aneka motif batik ke museum-museum.

Pola batik kemudian diterjemahkan dalam rumus fraktal atau matematika. Hasilnya kemudian dimodifikasi dengan bantuan komputer sehingga menghasilkan desain pola baru yang sangat beragam, baik dilihat dari grafis, warna, ukuran, sudut maupun perulangannya. Proses pembuatan motif batik fraktal dapat memecahkan masalah keterbatasan motif batik dan dapat menghasilkan banyak motif secara cepat.

"Kami mendapati keunikan dalam dimensi fraktal batik dan menunjukkan bahwa batik adalah lukisan." ujar Hokky seperti dalam Majalah Tempo edisi 13 Agustus 2012.

Menurut Hokky, pola fraktal juga terlihat pada pigmentasi kerang, pola sulir cangkang kerang, bentuk-bentuk rumit bunga salju, atau pertumbuhan sel kanker. Termasuk beberapa pola pergerakan harga saham dan indeks dalam ekonomi.

Cara berpikir dengan pendekatan goemetri fraktal ini kemudian digunakannya untuk membuktikan pengukuran di setiap sudut candi Borubudur. Selain itu, dia juga menggunakannya untuk menganalisis lagu-lagu daerah.

Ketekunan Hokky menemukan ini membuatnya mendapat julukan "Bapak Kompleksitas Indonesia" dari profesor Yohanes Surya.

RINA WIDIASTUTI



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.