Saturday, September 8, 2012

Siapkah Kita Menerima Kemegahan Majapahit Kembali?

Oleh Mahandis Y.Thamrin

Foto oleh Dwi Oblo


CAHAYA MATAHARI PAGI NAN CERAH ITU MEMANTUL DI WAJAH YUSMAINI Eriawati. Dia tampak semringah berdiri di tepi kotak ekskavasi, berkemeja kotak-kotak biru lengan panjang. Scarf mini bermotif bunga melilit di lehernya. Perempuan ramah ini mengajak saya berjalan menembus semak dan pepohonan rindang meninggalkan timnya. Kami berjalan menuju deretan linggan, gubuk beratap terpal tempat batu bata tradisional dicetak dan dibakar. Para pembuat batu bata itu telah meninggalkan ceruk-ceruk tanah hasil galian yang di dalamnya berserak hamparan batu bata kuno, pecahan tembikar dan keramik.

Eriawati lalu memunguti pecahan keramik seladon hijau mengilat asal China abad ke-14. “Di sinilah kami memperkirakan permukiman golongan atas Majapahit,” ungkapnya sambil berjongkok di ceruk penuh batu bata kuno, “karena keramik-keramiknya berkualitas bagus.”

Beberapa langkah kemudian dia menemukan lagi sebuah pecahan tembikar, sebuah jambangan besar dengan ragam hias nan raya, juga sisa-sisa unsur rumah zaman Majapahit lainnya. “Nah ini ukel besar!” seru Eriawati sambil membungkuk. “Ini salah satu bukti bahwa di sini pernah berdiri bangunan-bangunan besar yang menggunakan genting.”

Eriawati adalah ahli arkeologi dari Pusat Arkeologi Nasional. Selama 2007-2012, dia dan timnya meneliti struktur bangunan tinggalan Kota Majapahit di Desa Sentonorejo, Trowulan, sekitar sepuluh kilometer dari Mojokerto, Jawa Timur. Selain itu, timnya juga menyurvei permukiman kuno di tepian kanal Majapahit.

Dia mengatakan, di kawasan Trowulan, ahli arkeologi harus berpacu dengan perusakan lahan yang digarap pemilik kebun atau pembuat bata. Apabila terlambat, data arkeologi kemegahan Majapahit itu akan rusak, bahkan lenyap. “Beberapa tahun lalu kami melakukan ekskavasi di sekitar sini,” kata Eriawati seraya menunjuk salah satu ceruk yang meluas. “Di samping persis ayunan cangkul pembuat batu bata yang mengikis lapis demi lapis di tanah yang kaya artefak zaman Majapahit itu.”

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.