Sunday, January 1, 2012

Berlibur di Sydney (15)



1 Januari 2012.

-         -  Bertemu dengan teman-teman lama:

Saya terbangun di hari pertama tahun 2012 pukul 06.05 Sydney time.
Tidak terasa umur saya dan umur semua orang bertambah 1 tahun lagi. Kami bersyukur kepada Tuhan kalau kami diberkati dan diberi kesehatan untuk dapat melayani diri sendiri dan melayani / menolong orang-orang lain.

Saya , isteri saya dan putri kami mengikuti kebaktian siang pukul 10.30 di Gereja IPC, Kingsford, Sydney. Saat mencari kursi untuk duduk kami disapa oleh teman-teman lama kami. Dokter H dan isteri ( Dokter Y ) yang berdomisili di Indramayu beserta putrinya ( Nn. J ) menyapa dan bersalaman dengan kami.

Surprise…. Kami dapat bertemu dan ngobrol di suatu tempat sejauh 6.000 mil dari daerah kami di Propinsi Jawa Barat dalam keadaan sehat. Saya tidak menyangka dapat bertemu dengan teman-teman kami. Memang pada bulan yang lalu saat kami bertemu dalam suatu Simposium Kedokteran di kota Cirebon, Jawa Barat, tempat kami tinggal, saya betanya kepada dokter H “ Apakah akan titip sesuatu untuk putrinya yang tinggal dan bekerja di kota Sydney?” ( seperti biasa kami saling nitip bila salah satu dari kami akan pergi ke Sydney ). Dokter H menjawab “Tidak, sebab kami juga akan berangkat ke Sydney”.
Ternyata benar kami bertemu di saat kebaktian di Gereja IPC ini.

Ada salah satu Bapak dengan usia diatas kami yang dengan akbrab meyambut kami ( mengkin beliau adalah salah satu Majelis Jemaat IPC ), saat kami akan memasuki gedung Gereja ini dan berkata “Wah..siang ini ada banyak dokter ( kok beliau tahu kalau kami ini dokter ya ), saya mau konsultasi kulit saya nih.” Dokter H dan isterinya, dokter J, rupanya sudah memasuki gedung ini. Jadi minimal ada 4 orang dokter dalam gedung ini. Mungkin juga masih ada dokter lain.

Saya menjawab “Boleh, Om, mumpung gratis.” Gerrrr….kami tertawa bersama-sama. Ternyata ini hanya guyonan belaka, beliau tidak sakit apa-apa. Beliau memberikan kepada kami, masing-masing sebuah Jam dinding ( bingkisan akhir tahun kepada semua pengunjung IPC dalam rangka H.U.T. IPC Randwick ke 23, 20-8-2011 dan Peresmian Gedung Gereja IPC Randwick di Kingsford ). Kami berterima kasih atas pemberian yang tulus ini dan bermanfaat ini.





Dalam kotbahnya Pdt JS ini memberikan contoh ilustrasi yang kocak.
Ada seseorang yang ditanya oleh seorang Pendeta, “Bila anda mendapat lotre ( undian ) sebesar $ 1 juta, anda akan berbuat apa?”. Orang yang ditanya menjawab, “Saya akan membeli ni dan itu, dan sisanya yang 50% akan saya sumbangkan kepada Bapak Pendeta”. Setelah mendengar jawaban itu, sang Pendeta  tiba-tiba pingsan.

Gerrrrrr…semua yang hadir dalam Kebaktian ini tertawa. Ternyata Pendeta juga bisa mengalami Stres dan kemudian pingsan.

Ini hanya sebuah ilustrasi. Bagaimana kalau seandainya ini benar-benar  terjadi?  Mungkin juga saya dan anda akan mengalami hal yang sama.

Selesai mendengarkan kotbah dari Bpk. Pdt JS, kami ngobrol dengan Pak JS yang kocak ini dan berkenalan dengan Majelis Jemaat dari Gereja IPC ini.


-          - Pendapat  tiap orang bisa berbeda-beda:

Setiap akhir Kebaktian, selalu diadakan acara ramah-tamah yang biasanya berupa minum Teh / Kopi dan Roti / Biskuit. Pagi ini  kami mendapat makan siang berupa perasmanan Nasi Gudeg. Silahkan ambil sendiri ( self service ) Steam rice, gudeg ( khas Yogya ), Telur rebus, Kerecek / kulit kerbau dan lain-lain. Mungkin sekali kokinya berasal darikota Yogya sehingga dapat menyajikan Nasi Gudeg. 


Kami tidak membayangkan kalau dikota Sydney kami masih dapat menimati Nasi Gudeg. Luar biasa. Kami sangat berterima kasih mendapat berkat jasmani ini.
Saat saya memberi komentar kepada putri kami, ia  menjawab “Gudegnya terlalu manis”. Ya emang makanan Yogya atau Jateng  lebih terasa manis dari pada makanan Jawa Barat yang terasa lebih asin dari pada manis.

Saat akan makan siang / malam saya sering ditanya oleh putra / putri kami “Pah, ingin makan apa?”
Saya menawab “Mau makan Gado-gado / Pekpek Palembang / Mie Kocok Bandung” ( semua makanan Indonesia sudah banyak dijual di kota ini yang dijual oleh orang-orang Indonesia yang tinggal disini ).
Mereka selalu menjawab “Pah, makanan Indonesia sebaiknya nanti saja kalau berada di Indonesia. Sekarang cicipilah makanan yang belum pernah dicicipi misalnya makanan Jepang / Korea / Thailand dan sebagainya.”


Perut saya tidak mudah dapat menerima makanan yang tidak biasa saya santap. Suatu saat saya  makan bersama dan ada makanan Jepang yang favorit yaitu Sashimi, ikan Salmon mentah yang warna dagingnya Merah muda yang diiris tipis-tipis, dicocol kecap Jepang. Rasanya? Konon nikmat.


Saya mencoba sepotong Ikan Salmon mentah itu. Perut mendadak mual dan muntah. Semua  tertawa. Konyol juga nih. Udah menderita ditertawai lagi. Akhirnya saya  mengambil makanan lain yang Kuning. “Apakah ini?”
“Yang itu, Kuning telur rebus.” 


Ya lumayanlah, meskipun hanya secuil dari pada irisan Salmon mentah. Bila Salmon digoreng, diberi sedikit Garam dan Merica, rasanya memang enak, gurih dan saya suka. Dimakan dengan Steam Rice, emang nikmat.

Soal selera, pasti berbeda bagi tiap orang.

Suatu saat setelah menikmati makan malam. Saya berkata pelan-pelan kepada isteri saya, “Makanan itu kok hambar ya, tidak ada rasanya, kurang asin”. Istri saya menjawab “Ah itu enak sekali, saya cocok.”

Ya sudah, mau apa lagi. Selera orang berbeda-beda. Yang satu cocok dengan ini dan yang lain tidak cocok dan mesti diberikan yang lain.

Contoh yang lain:
-         
      Tidak semua obat cocok bagi setiap pasien. Untuk penyakit Tipes perut ( Typhus abdominalis ), antibiotika Thiamphenikol merupakan antibiotica of choice. Bisa juga diterapi dengan antibiotika golongan yang lain misalnya golongan Quinolon. Jadi dokter tidak bisa memberikan Thiamphenikol kepada semua pasien yang menderita Tipes perut, kalau pasiennya alergi atau tidak tahan? Mesti diberi antibiotika  yang lain.
-         
      Penisilin merupakan antbiotica of choice untuk penyakit Gonorrhoe ( Kecing Nanah ). Kalau pasien alergi terhadap antibiotika ini maka mesti diberikan  antbiotika yang lain. Mesti ditanyakan dalam anamnesa apakah yang bersangkutan punya alergi terhadap Penisilin atau tidak? Dan ini mesti dicatat dalam Catatan Medis pasien ( Medical Record ).

Selamat malam.-


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.