MENGHADAPI UJIAN Dari : Pak Seri
Perjalanan Hidup :
Adakalanya perjalanan hidup seseorang adalah untuk mencari jati diri, jati diri mungkin kurang dipahami oleh sebagian orang karena kebanyakan orang dalam menjalani hidup berdasarkan prinsip ikut alur (mengikuti takdir), dalam kaitannya dengan hal ini dapat digaris bawahi bahwa jati diri kadang dapat digunakan untuk menentukan langkah dalam mengarungi bahtera hidup, dengan adanya suatu prinsip maka seseorang akan mudah dalam merencanakan masa depannya, apakah akan ikut alur ataukah sesuai dengan planning. Pilhan itu kadang harus ditentukan sekarang juga karna Sesutu yang terjadi dalam hidup kadang-kadang tidak sesuai dengan rencana.Tetapi perlu diingat bahwa itulah hidup rencana diperlukan (tidak mutlak 100%) tapi harus diimbangi kepasrahan.
Kepasrahan atau ikhtiar diperlukan untuk mengurangi atau menekan rasa kecewa menghadapi hasil dari suatu kejadian, sebagian orang menganggap bahwa hasil akhir dari suatu tindakan, dalam hal ini adalah kegagalan adalah suatu aib atau ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan kasus. Akibatnya frustasi, penyesalan adalah expresi yang ditampakkan dalam menghadapi ketidakpuasan hasil, dampak lebih jauh lagi adalah rasa takut menghadapi momen yang sama (menolak) dengan asumsi pernah gagal. Sebagian orang lagi menganggap bahwa kegagalan hasil adalah upaya untuk meningkatkan kualitas diri dan untuk meningkatkan kematangan dalam perencanaan, karna dirinya sadar bahwa ada factor x dalam suatu perencanaan, selain itu kegagalan diartikannya sebagai sebuah kritik diri untuk pencapaian maxsimum (optimalize performance) maksudnya ia menganggap bahwa dia kurang memaksimalkan kemampuannya. Tekad, ulet, tahan banting, ikhlas dan sebagainya adalah suatu contoh yang perlu dimaksimumkan dalam menghadapi moment, akibatnya dia merasa tertantang untuk menghadapi sutu moment yang sama karena sudah adanya kesiapan dan kematangan dalam hidup. Terlepas dari perbedaan sebagian orang tadi dapat diambil sutu kesimpulan bahwa kegagalan perencanaan adalah suatu yang normal dalam hidup, tinggal bagaimanakah sikap/menyikapinya? karena dalam suatu perencanaan ada suatu perencanaan yang lebih tinggi dan kita harus mempercayainya karena itu telah nyata dan sering terjadi dalam hidup. Kasus :
Suatu ketika ada seorang manager yang ingin mengadakan suatu meeting tentang promosi produknya (beras) kepada para higher consument (Thailand) ia ingin merencanakan pertemuan itu diadakan dikota Klaten lebih tepatnya Delanggu karena memang daerah tersebut penghasil beras terbesar di Jawa Tengah dan merupakan pusat dalam pengembangbiakan bibit beras berkaulitas tinggi, enak dan harum (rajalele). Manager sudah mempersiapkan segala-galanya dan bisa diartikan perencanaan itu terbilang sempurna karna selain factor real (tempat, peralatan, beras, petani, dsb) dan unreal (padi yang siap dipanen) akan dipromosikanya. Sehari sebelum pertemuan dilaksanakan terjadi hujan dan menyapu sawah yang siap panen tersebut, akibatnya banyak padi yang rusak dan program pemanenan langsung itu urung dilaksanakan karena tak ada lahan yang bisa dipanen, walaupun meeting itu terbilang sukses dan pihak Thailand menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan manager itu, tapi ada kekecewaaan yang mendalam pada manager karena ia merasa gagal menyelenggarakan panen langsung, dan kegagalan ini dapat dikatakan sebagai factor x (sesuatu yang tidak direncanakan). Kasus yang lain ada serang pemuda sebut saja jowir dia ingin belajar bahasa inggris karena ia tertarik kerja di Australia yang notabenenya dia harus menguasai bahasa inggris (Toefel point minimal 500) jowir bingung kerena dia tidak mempunyai uang untuk kursus selain itu waktu yang dimilikinya tidak cukup untuk melaksanakan kursus itu, maklum ia harus kerja dua shift untuk mendapatkan uang tambahan, tapi ia tidak putus semangat ,tekadnya bulat ia belajar autodidak dengan buku panduan sukses toefel yang dibelinya di Sriwedari, Surakarta. Pagi ketika ia mau berangkat kerja sepedamotor yang biasa ditungganginya rusak dengan terpaksa ia harus naik bus, didalam bus ada seorang turis (orang luar negeri) menghampirinya dan menanyakan tentang keraton Surakarta dengan bahasa Indonesia yang lumayan mahir, karena pernah menjadi tukang kebun keraton, ia bisa menjelaskan kepada turis itu, akhirnya terjadilah pembicaraan panjang lebar dan menyangkut keinginannya untuk belajar bahasa ingris, turis itu bersedia menjadi teman komunikasi terutama dalam hal conversation, karena motel tempat ia menginap dekat rumahnya. Hari yang lain ia bertemu dengan dosen UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) jurusan fakultas bahasa inggris dan mau mengajarinya kapan saja, selain itu dirumahnya sudah tersedia kamus terlengkap bahasa inggris yang dibelikan ayahnya karena ada special offer sampai 50%, tak henti-hentinya ia bersyukur atas karunia-Nya atas nikmat yang diberikan kepadanya dan dalam hal ini ia juga menyebut sebagai factor X (sesutau yang tidak terduga).
Dari dua kejadian tersebut dapat dipahami bahwa rencana adalah hal mutlak yang diperlukan tetapi harus dimbangi dengan usaha dan keikhlasan, hal itu (ikhlas dan usaha) menjadikan masalah menjadi sederhana dan mungkin bisa menekan rasa menyakitkan akibat kegagalan karena usaha dan ikhlas ditambah dengan perencanaan yang matang menjadikan kita optimis dalam melangkah. Selain itu dengan menyandarkan kedua sifat itu dalam kepribadian membuat rasa tenteram dalam hati sehingga bisa dijadikan counter (obat/terapi) bagi hati. Pada dasarnya manusia mempunyai sifat tidak puas dan ingin menjadi nomor satu dalam hidupnya, sehingga egoistic dan individual tanpa disadari sering muncul dalam diri, untuk itu dua sifat tersebut dapat digunakan untuk memberantas contoh penyakit tersebut, karena kepasrahan akan menjadikan kita lebih arif dalam menyelesaikan masalah karena menjadikannya sadar bahwa ia adalah seorang makhluk yang tidak bisa terlepas dari rasa kekurangan, sedangkan ikhlas sendiri adalah wujud dari kepasrahan. Untuk itu sebagai seorang muslim harus mencontoh akhlak rosululloh SAW yang dalam tindak-tanduknya tidak terlepas dari dua sifat tersebut.
Factor x sering terjadi dalam hidup kita baik disadari ataupun tidak, dan sekali lagi kita harus mengimaninya, karena itulah yang dimaksud sebagai rencana yang lebih tinggi daripada rencana yang kita buat yaitu rencana dari Alloh SWT (Tuhan manusia ) atau beriman pada qada dan qadar Alloh SWT. Factor itu harus disikapi secara bijaksana karena semua yang terjadi dalam diri manusia telah ditentukan dan telah ditulis dalam kitab lauful mahfudz yang disimpan dalam ‘arsi, dan hikmah yang ada adalah menjadikan kita belajar untuk berkhusnudzon (berprasangka baik) kepada setiap kejadian. Dan menjadikannya suatu prinsip bahwa dalam suatu kejadian yang menimpa diri kita terlepas baik ataupun buruk kejadian itu pasti bermanfaat dalam diri kita, tinggal bagaimanakah kita menyikapinya. Semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.