Para ahli kesehatan masyarakat sedang berdebat tentang sirkumsisi pada laki-laki sebagai salah satu senjata ampuh untuk melawan infeksi HIV di Afrika. Studi terkini telah menunjukkan bahwa sirkumsisi menurunkan angka rata-rata infeksi antara 50 - 60 % pada laki-laki heteroseksual Afrika. Para ahli memperkirakan lebih dari 3 juta nyawa dapat diselamatkan di Sub-Sahara Afrika saja jika prosedur ini digunakan secara luas. Namun, ada skeptisme tentang hal ini, bahwa usaha untuk meningkatkan skala program sirkumsisi di benua yang memiliki jumlah dokter perkapita paling sedikit ini, akan menyedot dana dari program kesehatan penting yang lain.
Bagaimana sirkumsisi dapat mencegah penyebaran HIV belum sepenuhnya dimengerti, tetapi para ilmuwan meyakini bahwa kulit ujung penis (preputium/ kulup:red) berperan sebagai tempat penampungan HIV, mengandung sekresi, meningkatkan waktu kontak antara virus dan sel-sel target yang membatasi mukosa preputium. Bukti awal penelitian efek perlindungan sirkumsisi berawal pada akhir tahun 1980-an. Peneliti di Asia dan Afrika menemukan bahwa rata-rata prevalensi HIV menurun drastis diantara daerah yang berdekatan, seringkali paling rendah di daerah dimana sirkumsisi dipraktekkan. Lebih dari 40 penelitian observasional dilakukan, tetapi sebagian besar peneliti tetap skeptis tentang hasilnya. Hingga pada tahun 2002, Bertran Auvert, seorang Professor kesehatan Masyarakat di Universitas Versailles, melakukan sebuah penelitian uji acak terkontrol pertama tentang sirkumsisi di Orange Farm, Afrika Selatan, suatu komunitas dengan angka rata- rata sirkumsisi yg rendah dan prevalensi HIV yg tinggi. Setelah 12 bulan analisa intern, lembaga pemantau keselamatan dan data menghentikan penelitian. Datanya sungguhjelas, sirkumsisi menurunkan angka rata-rata infeksi HIV pada laki-laki heterosexual sampai 60 %
Sumber : New English Journal Medical
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.