Itulah headline berita yang saya baca dari KOMPAS pagi ini. Keganasan alam Papua kembali menelan korban, tiga dokter yaitu dr. Hendy prakoso, dr. Boyke Mawoka, dan dr. Wendyansyah Sitompul SpOG menjadi korban yang termasuk diantara 27 korban tenggelamnya kapal Risma Jaya akibat kerusakan (lambung bocor)setelah dihantam ombak besar di perairan Muara kali Aswet distrik Agast Kabupaten Asmat Propinsi Papua pada tanggal 13 Januari 2009.
Jenazah dr. Wendy ditemukan kamis (15/1) pukul 14.00 waktu setempat. Sedangkan dua dokter yang lain sampai saat ini belum ditemukan. Para dokter yang menjadi korban tersebut dalam perjalanan untuk program Save Papua di pedalaman Papua. Mereka menumpang kapal barang setelah bandara Agast yang biasanya digunakan untuk penerbangan di daerah tersebut rusak akibat gempa beberapa waktu yang lalu. Perjalanan Timika ke Asmat membutuhkan waktu 5 jam, namun kapal telah tenggelam ketika mendekati Agast.
Kisah meninggal dan hilangnya dokter dalam melaksanakan tugas ini menambah daftar dokter yang hilang atau meninggal dalam tugas di Papua.Kurang lebih satu tahun yang lalu tepatnya 9 Juni 2007 seorang dokter PTT yang bertugas di Puskesmas Arso III yaitu dr. Muhammad Haris juga meninggal karena kecelakaan di Papua
Kurang lebih satu bulan sejak kejadian itu, kembali satu dokter PTT meninggal dalam tugas di Papua Barat, beliau adalah dr. Erina Natania Nazarudin. Dokter Erina meninggal akibat mobil ambulance yang dikendarainya masuk ke jurang sedalam 20 meter di jalur Fakfak-Kokas Papua Barat pada Minggu, 15 juli 2007 .
Memang kondisi alam di Papua tergolong masih sulit diprediksi, cuaca dapat berubah sewaktu-waktu, ditambah kondisi infrastruktur yang masih sangat minim menambah parah kondisi di Papua. Masih banyak daerah pedalaman di Papua yang hanya bisa dijangkau melalui jalur udara, atau perjalanan melalui sungai yang makan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Kondisi jalur darat juga banyak yang belum memadai kalau tidak bisa dikatakan rusak parah, terutama yang menghubungkan antara kota dengan daerah terpencil seperti Asmat.
Kita mengucapkan duka dan simpati yang sedalam-dalamnya atas musibah ini, para dokter ini adalah sedikit dari dokter yang mau berkorban dengan bersedia bertugas di daerah terpencil seperti pedalaman Papua. Tentunya kejadian ini tidak menyurutkan langkah dokter-dokter yang lain untuk ditugaskan ke Papua oleh Pemerintah. Dan semoga pemerintah kembali memperhatikan nasib para dokter yang telah bersedia ditugaskan di darah terpencil seperti pedalaman ppapua dengan lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan para dokter ini di lapangan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.