16 Des 2010 pk. 20.30 saya diminta datang ke rumah seorang pasien.
Pak T, 45 tahun mengatakan bahwa kakak perempuannya, Ibu. K, 71 tahun, mengeluh sakit perut sejak 1 bulan yang lalu. Katanya ia menderita turun peranakannya ( saya tidak yakin, sebab ia belum pernah bersuami / berkeluarga, belum pernah melahirkan bayi, kok rahimnya turun ).
Ketika saya datang dan masuk ke kamarnya , Ibu K sedang menghadapi seporsi makan malamnya. Ia tampaknya tidak selera makan, karena perutnya tidak nyaman. Kasihan juga sejak 1 bulan ia sakit perutnya.
Saya memeriksanya: tekanan darahnya normal, Bunyi Jantung dan Paru: normal, Mata: lensa keruh ( katarak ke 2 mata ).
Ketika saya melakukan Palpasi ( periksa raba pada daerah Abdomen ( perut ) Hati dan Lmpa tidak teraba / membesar, dinding perut lemas, terlihat tumor ( benjolan ) di daerah Lipat paha Kiri sebesar telur Bebek. Pada pemeriksaan Auskultasi denga alat Stetoskop terdengar bising usus. Ah…ini Hernita inguinalis ( lipat paha ) sinistra ( kiri ) Reponibilis ( usus masih dapat keluar dan masuk ke dalam rongga perut ). Bukan turun peranakannya ( Rahim yang turun ) sebab tidak tampak tumor ( benjolan ) yang keluar dari organ vitalnya.
Sang pasien berkata bahwa benjolan itu akan membesar bila ia berdiri dan akan mengecil bila ia berbaring.Cocok dengan gejala Hernia yang masih reponibel.
Saya berkata kepada Pak T bahwa kakaknya menderita Hernia lipat paha kiri yang perlu dioperasi. Tidak ada cara lain selain menjahit / menutup ( operasi Herniotomi ) lubang pada dinding perutnya agar Usus tidak keluar masuk melalui lubang itu.
Saya membuatkan Surat Pengantar ke Bagian Bedah RS Umum setempat.
Pak T berkata “Dok, minta diberi resep obat sajalah.” Rupanya dia bingung tentang biaya ke RS, apalagi kalau harus dioperasi.
Saya berikan sebuah resep obat penahan sakit ( tetapi tidak akan menyembuhkan penyakitnya, hanya mengurangi rasa sakitnya saja / pain killer ).
Therapy of choice, pengobatan pilihannya tetap harus dilakukan Herniotomi ( oprasi Hernia ).
Kalau sudah bicara masalah dana, maka saya tidak dapat berbuat banyak, sebab diluar kewenangan saya. Seperti yang sering saya tulis bahwa untuk berbuat baikpun ( menyembuhkan penyakit pasien ) tidak mudah, ada banyak batu sandungan di depan kita ( tidak punya uang, tidak ada yang dapat menunggu pasien di RS dsb ).
Semoga hasil perundingan antar keluarga Ibu K dapat memberi solusi kesehatannya. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.