Bagian jalan di tengah dihotmix, tetapi kiri kanan tepi jalan dibiarkan bertahun-tahun begitu.
Musim kemarau membuat debu dari pinggir jalan di depan rumah kami berterbangan dan membuat lantai teras rumah kami penuh dengan debu. Kami rarus rajin membersihkan debu itu. Daun-daun kering dari tiga pohon Buah Kersen yang tumbuh di halaman kosong di sebelah rumah membuat lantai bertambah kotor. Sehari 4-5 kali kami harus menyapu lantai itu, suatu pekerjaan tambahan yang tidak nyaman.
Penyebab debu banyak berterbangan karena jalan aspal di depan rumah kami sudah banyak yang berlubang ( rusak ). Lubang-lubang itu oleh penduduk sekitar ditimbuni dengan brankal ( pecahan batu bata dan tanah ), dengan demikian jalan menjadi rata.
Saat siang hari teriknya matahari membuat tanah mengering dan debu berterbangan akibat banyak kendaraan Angkutan kota yang melintas jalan. Keadaan membuat jalan menjadi rata ( tidak berlubang-lubang ) tetapi banyak debu menghinggapi rumah di tepi jalan itu. Susana tetap tidak nyaman.
Akhirnya Dewa Penolong datang juga.
3 hari yang lalu Petugas PU sibuk membersihkan timbunan tanah brankal itu dengan menimbunnya dengan batu split ( batu kecil-becil ), dikucuri aspal cair dan ditimbun dengan pasir. Setelah itu dilindas dengan alat penggilas jalan ( stomwal ). Jalan aspal di sepanjang jalan tempat tinggal kami sudah rata, tetapi mengapa tidak diberi Hotmix ( pasir bercampur aspal yang dilindas alat penggilas jalan ) seperti yang kami lihat di beberapa jalan yang juga sedang diperbaiki. Sepertinya perbaikan ini tanggung. Keadaan ini lebih baik dari pada lubang-lubang di jalan hanya ditimbun dengan tanah brankal yang menyebabkan debu berterbangan.
Pagi ini saya melihat ada 2 kendaraan penggilas jalan dan sebuah dumptruk ( truk pengangkut tanah / aspal hotmix ) yang diparkir di depan rumah kami.
Wah..mungkin jalan aspal di depan rumah kami akan di hotmix juga. Baguslah kalau akan di hotmix.
Para petugas PU sibuk melakukan tugas masing-masing. Seperti tahun-tahun yang lalu, kalau jalan di depan rumah kami diperbaiki dengan menimbun Hotmix, biasanya hanya bagian jalan yang di tengah saja. Bagian pinggir kalan ( kiri dan kanan selebar 60 Cm ) tidak disentuh apapun alias tidak sekalian dihotmix. Dibiarkan begitu saja. Jadi debu akan berterbangan juga tertiup hembusan angin Angkot yang lewat.
Penasaran juga saya dan menghampiri Petugas.
Saya bertanya kepada salah seorang Petugas yang sedang ngobrol dengan supir Truk. “Pak, apakah pinggir jalan ini akan dihotmix juga? Bertahun-tahun pelebaran jalan sudah dilakukan tetapi tepi jalan itu kok tidak dipelihara dengan memberi aspal atau di hotmix?”
Petugas itu menjawab “Kami hanya akan memberi hotmix pada tengah jalan saja berdasar tugas yang kami terima.”
Saya melanjutkan “Pak, kalau jalan dibagian tengah ini milik Negara, tentu tepi jalan ini juga milik Negara, tetapi kenapa tidak dipelihara, minimal diberi batu dan aspal agar jalan itu keras dan tidak berdebu? Selama kami tinggal disini bertahun-tahun tepi jalan ini dibiarkan begitu saja, tetap jalan itu tertutup tanah. Jalan dilebarin tetapi tidak dikeraskan dengan aspal.”
Petugas berkata lagi dengan enteng “Anggarannya hanya untuk jalan dibagian tengah saja, Pak.”
Saya nimbrung “Lalu tepi jalannya diapain?”
Petugas tidak dapat menjawab pertanyaan saya.
Saya juga tidak dapat menjawab pertanyaan saya “Kenapa pinggir jalan itu tidak sekalian dihotmix?”
Kalau dananya tidak cukup mengapa tidak minta tambahan anggaran dalam APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) Kota Cirebon? Pajak yang di dapat dari rakyat seharusnya dikembalikan lagi kepada rakyat dalam bentuk antara lain perbaikan jalan yang memadai, pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, pencegahan banjir dll.
Selamat siang.-
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.