Dalam Blog ini, saya pernah menulis karakter Pasien dan karakter Dokter. Pada Posting kali ini, saya menulis karakter manusia, tidak melihat apa profesinya atau jabatannya. Selama hidup, saya menjumpai banyak karakter manusia, antara lain:
1. Keep smiling:
Banyak senyum. Diomelin, apalagi dipuji, ia tersenyum. Saya pernah mempunyai Staf ketika saya bekerja di salah satu Puskesmas. Bila bertemu dengan saya, Nn S tersenyum sebagai sapaan terhadap atasannya. Bila mendapat tugas yang menyenangkan, ia tersenyum juga. Pernah suatu saat, tugas yang diberikan kepadanya belum selesai pada waktunya. Saya menegurnya. Ia tersenyum, merasa bersalah. Niat saya akan memarahinya, akhirnya saya batalkan. Toh ia sudah mengakui kesalahannya
2. Sombong:
Merasa dirinya lebih kaya dari saya sering tidak menganggap saya sebagai orang yang layak diajak bicara. Entah mengapa.
Suatu pagi, datang sepasang suami isteri naik mobil yang lebih bagus dari mobil kami yang diparkir di depan rumah kami. Mereka membawa putrinya, 8 tahun yang sakit dan ingin berobat kepada isteri saya ( yang juga dokter umum ).
Ketika saya membukakan pintu rumah kami, saya mendengar sang isteri bertanya “Dokternya, ada?” Padahal ia sedang berhadapan dengan seorang dokter di rumahnya sendiri ( saya ). Maksudnya apakah Ibu dokter ada? ( isteri saya ).
Saya yang berpakaian T Shirt dan celana pendek, disangkanya pembantu Ibu Dokter ( mungkin beum kenal siapa saya ).
“Ada, siapa yang mau berobat?” taya saya sekedar basa-basi.
Sang ibu menunjuk putrinya yang berpakaian seragam SD ( baju putih, rok merah ).
Komunikasi tidak lancar. Sang ibu hemat bicara. Saya menilai orang ini kok sombong ya. Mungkin ia panik o.k. putrinya sedang sakit atau emang ia sombong.
3. Malu-malu mau:
Suatu saat saya menggantikan praktik siteri saya yang sedang bertugas mengikuti Rapat Kantor di Jakarta.
Ibu mengutarakan maksudnya untuk suntik ulang KB setiap 3 bulan satu kali.
Ibu M bertanya ‘Ibu Dokternya mana?” Padahal asisten kami di Ruamng Tunggu sudah memberitahukan bahwa Ibu dokter hari itu tidak raktik.
“Isteri saya sedang keluar kota. Sore ini saya yang menggantikannya,” jawab saya.
“Saya ingin suntik ulang KB”, kata Ibu M.
“Boleh, silahkan Ibu saya ukur tekanan darahnya dulu,” jawab saya.
“Saya tidak mau kalau sama Pak dokter.”
“Kenapa? Disini ada buku catatannya, ada obat suntik KB-nya dan ada dokter yang akan menyuntik Ibu,” kata saya.
“Saya malu”, katanya
“O.k. kalau begitu suntik KB-nya d lengan atas saja ya,” saya memberi solusi.
“Tidak mau, saya malu.”
Astaga, suntik di lengan atas ( bukan di bokong ) juga malu.
“Ya sudah. Kalau begitu Ibu tunggu saja isteri saya pulang 2 hari lagi atau minta bantuan Dokter wanita lain attau ibu jangan campur dulu dengan suami,” kata saya.
“Suami saya nanti malam pulang dari Jakarta, ia bekerja disana dan 1 bulan sekali pulang ke Cirebon,” katanya dengan sedih.
“Kalau begitu, suami Ibu pakai Kondom saja dulu, o.k. saat ini Ibu tidak terlindungi obat KB,” kata saya.
Ibu M terdiam beberapa saat, lalu ia memohon kepada saya, katanya “Ya sudah, tapi disuntiknya di lengan atas ya, dok.”
“O.k.” kata saya.
Beberapa menit kemudian tindakan menyuntik obat KB selesai. Ibu M tidak perlu memperlihatkan bokongnya.
4. Enak diajak bicara:
Saya duduk di Satsiun k.a. Gambir, Jakarta menunggu kereta api yang akan membawa saya ke kota Cirebon.
Di sebelah saya duduk seorang Bapak K menunggu kereta api yang sama.
Pak K ini seorang PNS yang 2 tahun lagi Pensiun dari suatu Departemen.
Sebentar saja kami sudah akrab, apalagi ketika ia mengetahui bahwa saya adalah mantan PNS yang sudah Pensiun Dini TMT 1 April 2000. Pak K ini mempunyai kepribadian yang Extrovert, mudah dan enak diajak bicara dan periang.
5. Tertutup:
Kebalikan dari kepribadian di atas ada orang yang tertutup ( Introvert ). Mereka sulit diajak bicara, menutup diri. Kita sulit bergaul dengan mereka. Suasana hatinya Melancholis, sedih. Kalau ditanya jawabnya pendek “Iya “ atau “Tidak “ saja. Mereka tidak banyak mempunyai teman.
6. Berbelit-belit:
Ada orang yang kalau ditanya jawabannya berbelit-belit, padahal sebagai dokter ingin membantu apa yang diderita pasiennya.
Kalau sudah begini, biasanya ( hampir selalu ) ia menyembunyikan sesuatu. Ia mempunyai rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Saya mengajukan suatu pertanyaan pancingan agar ia menjawab atau berupaya menjawab pertanyaan saya.
Dalam menghadapi kasus G.O. pasien pria biasanya tidak mau perbuatannya dengan wanita lain diketahui oleh orang lain tidak peduli itu adalah dokter yang akan mengobatinya.
Saya mengajukan pertanyaan “Kapan anda berhubungan dengan wanita yang bukan isteri sendiri?”
Sang pasien balik bertanya “Kok dokter tahu saya melakukannya? Dari siapa dokter tahu?”
Saya jawab “Dari pandangan mata anda!” Pandangan mata orang yang diajak bicara selalu tidak mau tatap muka, patut dicurigai ada sesuatu yang disembunyikannya. Indra ke-6 lah yang perlu digunakan.
7. Lebih pandai menyalahkan orang lain:
Ada orang yang selalu menyalahkan orang lain kalau terjadi suatu kesalahan. Mereka berprinsip “Mesti ada orang yang patut disalahkan atau yang bertanggung jawab.” Tidak peduli ada buktinya atau tidak. Wah gawat kalau menghadapai orang seperti ini.
Setiap orang mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Mereka banyak melihat keburukan-keburukan orang lain, tetapi mereka lupa mencatat kebaikan-kebaikan orang-orang itu. Mereka akan dijauhi dari pergaulan dan sukar mempunyai teman, apalagi sahabat.
---
Setelah membaca posting ini, anda termasuk mempunyai karakter yang mana? Yang ke 4 ? Selamet merenung.