melayani penjualan korset untuk nyeri punggung, penyangga tulang belakang, sepatu orthopaedi, koreksi kaki pengkor pada balita, kaki palsu, tangan palsu, dll
Thursday, March 4, 2010
Benci isteri
Kemarin sore datang berobat Pak Karim ( bukan nama sebenarnya ), 38 tahun.
Keluhannya susah tidur sejak 1 minggu yang lalu.
Dari anamnesa ( tanya jawab penyakit terhadap pasien ) dapat disimpulkan bahwa Pak K, adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta, bekerja sejak 5 tahun lalu, dengan pendapatan yang cukup untuk hidup bersama seorang isteri dan 2 orang anak ( putra 3,5 tahun dan putri 2 tahun ). 2 minggu terkahir Pak K mengeluh bahwa isterinya kurang memperhatikan dirinya sebagai suami dan lebih memperhatikan ke 2 anak-anak mereka. Istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kebutuhan sehari-hari Pak K sering kali harus menyediakannya sendiri, tidak seperti biasanya, misalnya harus mengerjakan sendiri untuk makan siang dan malam, menyetrika pakaian seragam dll.
Pak K akhirnya mengalami susah tidur ( insomnia ). Keadaan ini membuat Pak K merasa tidak nyaman dan berkonsultasi kepada Dokter untuk mendapatkan solusinya. Pak K tidak menghendaki tablet / obat tidur yang dapat dibeli di apotik, sebab itu bukan solusi terbaik katanya.
Dari pemeriksaan Fisik Pak K, saya mendapatkan Tekanan darah, keadaan Jantung, dll dalam batas normal. Bila Jasmani tidak ada masalah, maka biasanya Rohanilah yang ada masalah yaitu adanya rasa jengkel dan akhirnya ia membenci isterinya yang makin hari makin tidak memperhatikan dirinya lagi.
Saya berpikir sang isteri setiap hari harus merawat dan membesarkan 2 orang anak maka waktu, tenaga dan pikirannya akan tersedot bagi 2 anaknya. Tugas seorang Ibu Rumah Tangga adalah 24 jam sehari demi keluarganya. Jadi sebenarnya tugas seorang isteri berat.
Faktor kelelahan akan membuat seolah-olah ia sudah tidak mau memperhatikan suami tercintanya lagi, padahal tidak. Dalam keluarga Pak ini rupanya terjadi miskomunikasi sehingga sang suai merasa benci terhadap isterinya sendiri dan timbulah gangguan Insomnia. Ah..ketemu solusinya nih. Jadi penyakit Pak K dibuat sendiri.
Kalau untuk kebutuhan pribadi Pak K sebenarnya dapat dikerjakan secara self service sehingga dapat membantu tugas isterinya yang sudah repot setiap hati, dari pagi sampai pagi berikutnya. Pak K tidak perlu membenci isterinya, tetapi justru harus membantu tugas isterinya dalam membesarkan kedua anak-anak mereka.
Akhirnya P K bertanya kepada saya “Kalau Dokter menjadi saya, apakah yang akan Dokter sikapi terhadap isteri dokter?”
Lama saya berpikir ( karena tidak menyangka pasien akan mengajukan pertanyaan seperti ini ), lalu menjawab pertanyaannya “ Kalau saya menghadapi masalah keluarga ini, maka saya bukan membenci isteri tetapi bahkan saya harus berterima kasih kepada isteri saya, Pak.”
Pak K bertanya lagi “Kenapa, Dok.”
Saya menjawab dengan lebih santai “Pak K, ada banyak pasangan yang sudah menikah lebih dari 5 tahun, tetapi belum satupun anak kandung yang mereka miliki. Anda baru menikah 4 tahun, sudah mempunyai 2 anak-anak yang dalam kondisi sehat dan tidak cacad. Bukankah itu suatu anugerah dari Tuhan? Saya justru akan berterima kasih kepada isteri karena tanpa keberadaan isteri, maka saya tidak akan mempunyai keturunan. Isterilah yang mengandung dan melahirkan anak-anak. Tanggung jawab bersama anatara isteri dan suami untuk membesarkan dan memelihara anak-anak kita bukan? Itulah sebabnya saya harus berterima kasih kepada isteri yang sudah melahirkan mereka.”
Saya melihat wajah Pak K menjadi lebih cerah. Secerah sinar lampu di ruang periksa saya.
Aha….jawaban saya telak menjawab dan memberikan solusi bagi Insomnia Pak K, pasien saya ini. Tanpa minum obat tidur, Pak K dapat tidur dengan nyenyak. Ia bersyukur sudah mempunyai isteri dan 2 orang anak-anak yang tumbuh sehat.
Bagaimana pendapat anda?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.