Pagi ini datang berobat Pak A, 53 tahun.
Ia mengeluh: demam sejak 3 hari yang lalu, sakit tenggorokan dan batuk, tanpa dahak.
Tekanan darah dalam batas normal, bunyi Jantung dan pernafasan: normal, Suhu tubuh sedikit meninggi, dinding Tenggorokan: merah / hiperemis.
Dibuat Diagnosa ( penentuan penyakit ): Pharyngitis acut ( radang tenggorok akut ).
Saya bertanya “Bapak bekerja dimana?”
Pak A menjawab “Saya mengajar, Dok”
“O..kalau mengajar, pekerjaan Bapak, Guru? Peserta Askes?” saya bertanya lagi.
Ia menjawab “Benar, dok.”
“Mengapa Bapak tidak menggunakan fasilitas Askes saja, agar tidak usah mengeluarkan biaya berobat?”
“Saya sudah berobat ke Puskesmas terdekat, tapi belum sembuh demamnya. Saya juga sudah berobat ke Dokter yang buka praktik dekat rumah kami, tapi demamnya masih ada, dok.”
Wah…sudah berobat kok masih belum reda juga demamnya.
Saya buatkan sebah resep: antibiotika kapsul, anti flu tablet dan tablet obat batuk dan berpesan kepada Pak A, agar banyak minum dan cukup istirahat.
Setelah pasien meninggalkan ruang periksa, timbul pertanyaan di benak saya “Mengapa sudah berobat di 2 pelayanan kesehatan tetapi, demam dan sakit tenggorokannya belum reda? Apakah obatnya tidak tepat atau ada faktor lain?” Obat-obat yang saya resepkan juga kurang lebih mungkin sama dengan tenaga kesehatan sebelumnya.
Apakah ada faktor sugesti terhadap saya?
Saya tidak yakin benar, sebab pasien belum pernah datang berobat sebelumnya.
Mungkin ada relasi atau familinya yang pernah berobat kepada saya dan ternyata sembuh? Semoga.-
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.