2 hari yang lalu datang berobat Pak E, 55 tahun.
“Apa keluhan anda?” saya bertanya kepada sang pasien.
Pasien menjawab “Saya ingin periksa, Dok. Saya ada Batuk, tapi kadang-kadang saja.”
Saya bertanya lagi “ Anda merokok?”
“Tidak, Dok” ia menjawab.
“Sudah berapa lama keluhan batuknya?”
”Sekitar 2 bulanan, Dok.”
”Sekitar 2 bulanan, Dok.”
Pada pemeriksaan Fisik, semua dalam batas normal.
Saya sarankan untuk periksa Darah ( LED, Laju Endap Darah ), Hb, Jumlah Lekosit ( sel Darah Putih ) dan buat Foto Thorax ( Jantung, Paru-paru ) untuk memastikan Diagnosa penyakit Pak E.
2 hari kemudian, Pak E datang kembali dengan membawa hasil pemeriksaan yang saya sarankan.
Hasil pemeriksaan Foto Thorax: pembacaan Foto dari TS Radiolog ( Ahli Rontgen ) menyatakan TB Paru, aktip, kedua paru.
Hasil darah LED: lebih dari 100 mm/jam ( normal < 10 mm/jam ). Hasil LED yg meninggi menunjang adanya proses kronis dalam tubh pasien.
Hasil Gula Darah puasa dan 2 jam setelah makan: juga lebih tinggi dari nilai normal alias ia juga menderita penyakit Diabetes Mellitus ( Kencing Manis ).
Penyakit TB Paru dan D.M. ini sering terjadi berbarengan. Saya selalu meminta pemeriksaan penunjang untuk membuat Diagnosa ke 2 penyakit ini. Bila ada TB paru, mesti periksa DM dan sebaliknya bila ada pasien DM mesti periksa juga Foto Thorax. Bila keduanya ada, maka kedua penyakit ini mesti diterapi berbarengan, agar peyakitnya tuntas.
Yang repot bila pasien menolak untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Sebabnya bisa : tidak ada dana atau takut penyakitnya ketahuan ( agak aneh ya, penyakit kok disembunyikan, bukannya segera diterapi agar sembuh ).
“Saya tidak pernah merokok, kok bisa kena TB Paru, Dok?” pasien bertanya.
“Berdasar Statistik Kedokteran seorang perokok lebih besar kemungkinannya akan menderita Bronhitis kronis, TB Paru atau Kanker paru. Orang yang bukan perokok bisa saja menderita TB paru karena terinfeksi dari orang lain yang dekat yang menderita TB paru ( anggota keluarga, teman sekantor, dll ).
“Jadi sebaiknya saya bagaimana, Dok?” pasien bertanya lebih lanjut.
“Anda mesti minum obat TB Paru dan DM . Untuk TB Paru minimal 6 bulan agar tuntas dan untuk DM bisa untuk selamanya. Selain itu sebaiknya semua anggota keluarga anda dibuat Foto Thorax dan pemeriksaan darahnya untuk menyelidik apakah mereka juga menderita TB Paru atau tidak. Bila benar menderita, mesti diterapi juga agar sembuh dan tidak menjadi sumber penuaran bagi orang-orang lain disekitar anda. Pasien juga harus control secara teratur kepada dokter yang merawatnya.” saya menjelaskan kepada Pak E.
“Ada pantangan untuk saya, Dok?”
“”Pantangan yang utama adalah jangan merokok baik aktip maupun pasip. Makanan yang bergizi terutama cukup Protein ( Susu, Telur, Ikan dll ) dan berobat teratur.”
Dalam praktik sehari-hari ternyata pasien yang menderita TB paru, cukup banyak. Kalau sosial ekonominya baik , bukan masalah besar. Bila pasien tidak mampu, maka ini masalah besar dan diupayakan agar brobat ke Puskesmas terdekat untuk minta pengoabtan gratis atau terjangkau.
Segera saya memberikan resep obat bagi Pak E dan mempersilahkan Pak E meninggalkan Ruang Periksa, agar saya dapat memeriksa pasien lain.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.