Kemarin sore datang berobat pasien langganan saya yang sudah lama tidak berobat. Ibu Juju ( bukan nama sebenarnya ), 57 tahun, ketika melihat ada Laptop di meja kerja saya dan sebuah Desktop dimeja lain, bertanya “ Dok, itu Komputer ya?”
Saya menjawab “Benar, Bu.”
Ibu Juju berkomentar “Saya tidak perlu Komputer. Saya bekerja di Toko saya dari dulu tidak pakai Komputer, Dok.”
Saya menjawab “Kalau mau praktis, pakailah Komputer, Bu.”
“Ah… saya menghitung pun tidak pakai Komputer.”
Saya menjawab dengan sabar “Ibu, dulu Ibu menghitung pakai apa?
“Pakai Swiepoa ( Abakus, alat penghitung yang berasal dari RRC yang terbuat dari butir-butir kayu dalam rangka kayu juga).”
“Sekarang Ibu pakai Kalkulator kan?”, saya pancing dia.
“Betul, sebab Abakus saya sudah usang dan lebih enak pakai Kalkulator.”
Nah ketahuan juga bukan, ia mengikuti kemajuan tehnologi.
Saya berkata lagi “ Ibu, kalau kirim Surat Kilat Khusus atau bayar Pajak Bulanan di Kantor Pos, petugasnya pakai apa? Pakai Komputer bukan?”
Saya melanjutkan “Kalau Ibu beli Tiket Kereta api atau Pesawat terbang, Tiketnya dicetak dengan apa? Pakai Komputer juga bukan?”
Ibu Juju mengangukkan kepalanya.
Saya melanjutkan “Saya juga dulu mengetik surat pakai Mesin Tik biasa, sekarang saya pakai Komputer dan Printer. Kalau mau ambil uang Pensiun, saya datang ke mesin ATM bank saya, sebab sudah uang pensiun saya sudah ditansver dengan Komputer, jadi lebih cepat dan praktis.”
Ibu Juju ngotot dn bertanya “Apa bagusnya Komputer dari pada Mesin Tik biasa?”
Saya menjawab dengan sabar ”Kalau saya salah tik, maka huruf yang salah saya timpa dengan Tipex. Kalau banyak Tipexnya maka kesan si pembaca bahwa saya ini tidak pandai mengetik. Kalau pakai Komputer, maka kesalahan –kesalahan tik dapat diperbaiki dengan cara menghapus huruf tertentu sehingga hasil cetakan di Printer rapih tidak tampak kesalahannya.”
Saya berkata lagi “ Tempo hari ketika Ibu menikahkan putra Ibu yang sulung, mengundang saya. Kartu Undangan itu di buat dengan alat yang namanya Komputer sehingga hasilnya bagus, bahkan ada fotonya segala. Kalau jaman dulu kan tidak bisa diberi foto .”
Ibu Juju lama termenung, berpikir keras lalu berkata “Betul juga ya. Besok saya mau beli Komputer dan ikut Les Komputer. Kasir saya juga akan saya suruh ambil Les komputer agar Toko saya makin maju.”
Saya perlihatkan sebuah gambar yang saya download dari Internet yang menggambarkan 4 orang wanita yang sudah sepuh, tetapi masih getol dengan sebuah Laptop. Ibu Juju terheran-heran melihat gambar itu.
Saya berkomentar “Makanya , Bu jangan kalah sama mereka yang sudah nenek-nenek tapi masih mau berteman dengan Laptop ( komputer jinjing ).”
Wajah Ibu Juju tampak cerah.
Saya melanjutkan dengan berpromosi “ Maaf Bu, saya tidak memaksa agar Ibu membeli Komputer, tetapi kalau Ibu mau maju, milikilah Komputer dan ilmu untuk bekerja dengan Komputer. Percayalah Ibu akan lebih nyaman kalau bekerja dengan Komputer. Juga saat harga Komputer sudah lebih terjangkau. ”
Ibu Juju menjawab “Baik dan terima kasih, Dok atas penjelasan Dokter akan Komputer yang semula saya anti Komputer. Sekarang eh…kok malah jatuh hati kepada Komputer. he..he… Ibu Juju tertawa lepas.
“Dok, saya kesini bukan mau tanya Komputer, tetapi mau berobat.”
“Oh iya, maaf keluhan Ibu apa ya,” saya bertanya dst…dst….
---
Sore ini pengalaman hidup saya bertambah satu lagi.
---
Kutipan:
Anda bosan dengan hidup Anda? Tenggelamkan saja diri Anda ke dalam pekerjaan yang Anda yakini dengan sepenuh hati, hidup dan mati untuk pekerjaan itu, dan Anda akan merasakaan kebahagiaan yang tak terpikir akan Anda miliki ( Dale Carnegie ).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.