Saturday, September 5, 2009

K a y a (2)


Pak Sarmin ( bukan nama sebenarnya ) dan isterinya  sering datang berobat kepada saya. Putra mereka baru seorang Udin ( bukan nama sebenarnya ), 5 tahun.

Bila Udin sakit mereka berdua mengantar Udin datang berobat. Meskipun Pak S karyawan kecil dari sebuah perusahaan swasta, tetapi dedikasi kepada keluarganya  cukup besar.

Pak S setiap pagi mengantar Udin ke TK, tiap pagi memberi tumpangan sepeda motor kepada isterinya untuk pergi ke pasar, tanaman di halaman rumah mereka Pak S yang menyiram pagi dan sore, bila ada teman pak S yang datang berkunjung ke rumahnya Pak selalu menerima dengan baik. Singkat kata Pak banyak memberi. Itulah yang saya tangkap dari hasil ngobrol saya dengan Pak S.

Saya pernah berkata kepada Pak S, “Pak, sebenarnya Bapak orang kaya.”

Pak S menjawab “Ah….masa sih, Dok. Apa alasannya? Saya hanya karyawan kecil saja dan harta saya tidak banyak.”

Pak S masih belum mengerti apa yang saya maksud.

Saya menjelaskan “Pak S, kata guru saya, orang yang sudah bisa memberi, dia orang kaya dan sebaliknya orang yang belum bisa memberi, dia orang miskin.”

Pak S masih belum mengerti “Maksud dokter bagaimana?”

Saya menjelaskan “Orang yang sudah bisa memberi itu orang kaya. Memberi itu bukan hanya memberi uang saja, tetapi juga memberi perhatian, memberikan waktu yang ia miliki, memberikan pertolongan kepada isteri pergi ke pasar, mengantar anak pergi berobat, memberi bantuan kepada teman-teman yang membutuhkan dll. Pernahkah anda melakukan semuanya?”

Pak S tertegun sejenak dan akhirnya mejawab “Itu sudah saya lakukan, Dok.”

Saya menjawabnya “Itulah sebabnya saya berkata bahwa anda termasuk orang yang kaya.”

Jreng….wajah Pak S menjadi lebih cerah, secerah sinar lampu di ruang periksa saya.

---

Suatu sore Udin rewel kepada orang tuanya. Udin minta dibelikan alat Playstation seperti yang dimiliki teman tetangganya. Pak S dan isterinya bingung, dari mana uang untuk membeli barang elektronik yang harganya cukup mahal.

Kata Udin “Masa sih Bapak miskin, sehingga tidak dapat membelikan Udin alat PS itu?”

Pak S menjawab dengan sabar “Udin, saat ini bapak belum bisa membelikan PS itu, tetapi sebenarnya bapak ini orang kaya lho.”

Udin yang sudah pandai berkata-kata menjawab “Ah..kata siapa bapak orang kaya?

Pak S menjawab “Kata dokter Basuki.”

“Apa buktinya? Beli PS aja tidak bisa, kok disebut  orang kaya?” kata Udin dengan sewotnya.

“Kata Dokter Basuki, orang Kaya adalah orang yang sudah bisa memberi. Orang Miskin adalah orang yang belum bisa memberi.”

Udin bertanya lagi kepada bapaknya “Emang bapak sudah memberi apa kepada Udin?”

Udin belum sadar apa yang Udin sudah terima selama ini dari bapaknya.

Pak S dengan lebih sabar menjelaskan “ Siapa yang mandiin Udin setiap pagi. Siapa yang antar Udin setiap pagi pergi ke sekolah? Siapa yang antar Ibu ke pasar? Siapa yang memberi uang kepada Ibu untuk belanja setiap  hari. Siapa yang siram tanaman di halaman rumah kita setiap hari?”

Udin berkata “Semuanya oleh bapak. Bapak yang memberikan.”

“Nah, jadi bapak kan yang sudah memberi setiap hari? Jadi kalau Dokter Basuki bilang, bapak adalah orang kaya, benar kan?”

Seketika itu juga Udin  memeluk bapaknya “Oh…bapak, maafkan Udin ya. Udin bangga kalau bapak Udin juga orang yang kaya”. ( padahal bapaknya belum bisa membelikan Udin sebuah alat PS yang diminta. ).

---

Pesan moralnya:

Berbahagialah orang yang sudah dapat memberi.

---

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.