Thursday, October 1, 2009

Echocardiogram


Sydney Trip ( 07 )
29 Sept 2009:
Pk. 08.30: saya, isteri, putra kami ( A ) dan putri kami ( N ) menuju Cardiac Clinic di High Street, Randwick 2031, Sydney. Putra kami, seminggu sebelumnya sudah booking untuk pemeriksaan saya di klinik Jantung ini. Di Aussie semuanya harus dengan perjanjian. Berobat kepada Dokter Spesialist harus membawa Surat Rujukan dari Dokter Umum. Tanpa Surat ini , tidak dilayani. Berbeda kondisinya dengan di Negara kita. Setiap saat dapat berobat kepada Dokter Spesialist di tempat prakteknya pada waktu jam prakteknya meskipun tanpa membawa Surat Rujukan. Beruntung putra kami, yang bekerja di St. George Hospital, Sydney dapat membuatkan sehelai Surat Rujukan ( menghemat biaya Rujukan Dokter Umum yang pada tahun 2005 sebesar AUD35 ).
Des 2005, Dr. W. S., MBBS FRACP, Cardiologist pernah memeriksa kondisi Jantung saya setelah pada awal Des 2005 saya pernah mengalami penyempitan salah satu cabang arteri koroner. Berkat pertolongan sejawat Dr. S. W, SpJP FIHA, RSUD G. Jati, saya kembali dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa banyak keluhan. Untuk segala bantuan beliau saya ucapkan banyak terima kasih.
Hari ini 29 Sept 2009 ketika saya berada di kota Sydney, saya ingin mengetahui seberapa jelek atau seberapa bagus kondisi Jantung saya saat ini.
Pk। 09.15: seorang asisten wanita Dr Saw melakukan pemeriksaan Tekanan darah, rekaman denyut Jantung, ECG ( Electro Cardio Graphy ), kemudian menyiapkan pemeriksaan Treadmill. Dengan di dampingi putra kami ( A ), Dr Saw dan asisten tadi mulai melakukan pemeriksaan Treadmill yang dilanjutkan dengan pemeriksaan rekaman denyut jantung, Echocardiogram.

Di atas ban berjalan saya mulai jalan mengikuti kecepatan ban berjalan yang setiap 2 menit makin bertambah cepat. Usia makin bertambah tua 4 tahun, berjalan diatas alat Treadmill, bukan suatu kenikmatan tetapi suatu perjuangan. Setelah waktu berjalan 4 menit saya berupaya dan berdoa agar saya diberi kekuatan untuk menyelesaikan pemeriksaan ini tanpa keluhan apapun.
Setiap 2 menit seperti biasa Dr. S. selalu bertanya “ How do you feel?” atau “ Any chest pain?” atau “ Do yo have any complain?” yang selalu saya jawab “ No. I am allright”, padahal nafas makin cepat, hampir ngos-ngosan. Kecepatan ban berjalan bila tidak diimbangi dengan kecepatan berjalan maka saya akan terjatuh. Makin cepat ( seperti berlari kecil ) berjalan maka makin bertambah beban tubuh saya mengikuti irama ban berjalan.
Ketika asisten Dr. S. berkata tekanan darah Sistolik di atas 160 mmHg, maka Dr. S. berkata “One minute more, are you okay?” Saya jawab okay sajalah, toh saya merasa masih sanggup berjalan cepat, berkat penyertaan Tuhan. Alat Treadmill dihentikan kemudian ( setelah saya berjalan mungkin sekitar 6-7 menit ). Saya langsung berbaring diatas bed yang terletak persis di samping kanan alat Treadmill tadi. Dengan posisi miring ke kiri, Dr. S. melakukan scanning dengan suatu alat yang diberi gel pelicin. Alat tsb di gerak-gerakan pada bagian tertentu, diatas permukaan dada kiri saya sambil melihat gerakan Jantung saya pada layar Monitor.
Dr. S. menjelaskan kepada kami sambil bekerja dengan cekatan. Tampak dibagian bawah Jantung terdapat bercak kecil berwarna putih yang tidak bergerak ( kerusakan sebagian sel-sel otot Jantung akibat penyempitan satu cabang arteri koroner pada Des 2005 ), tetapi secara keseluruhan ( overall ) kondisi Jantung saya stabil seperti pada Des 2005 yang lalu. Dr. S. menyimpulkan bahwa Jantung saya masih cukup baik, “No need coroner angiography“ yang membutuhkan biaya besar. Bila ada penyempitan arteri koroner maka terapi selanjutnya adalah pemasangan balon kecil untuk melebarkan diameter pembuluh arteri yang menyempit lalu di pasang anyaman ring / cincin ( stent ) di tempat tsb. Semuanya butuh biaya puluhan juta rupiah / AUD. Pada saat itulah banyak pasien yang menyesal mengapa tidak mau melakukan hidup sehat sebelumnya. Menyesal kemudian tidak ada artinya lagi, terlambat sudah.
Saya dianjurkan untuk tetap minum obat yang selama ini saya minum yang diresepkan oleh Dokter Jantung saya di kota Cirebon dan sangat dianjurkan agar menurunkan BB sebanyak sekitar 30 % dari BB sekarang. Caranya dengan makan sebanyak 6 kali makan porsi kecil, sedikit Nasi/Karbo hidrat, lauk pauk, sayur dan Buah-buahan serta Olah raga.
Saya membatin emang tidak enak menjadi Pasien. Dokter memberi nasihat kepada Dokter juga. Ya sudah mau apa lagi, karena saya saat itu statusnya seorang Pasien, bukan seorang Dokter.
Benar adanya kalau dikatakan “Tidak ada artinya uang, jabatan, dan kekuasaan, bila tubuh menjadi sakit.” Ketika putra kami membayar dengan menggesek Kartu Kreditnya semua biaya konsultasi dan pemeriksaan sebesar AUD 500, maka bila tidak punya uang tidak dapat berbuat banyak. Jadi tetap harus ada uang.
Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang semuanya tidak berjalan ( untuk beli Tiket pesawat, berobat, makan minum dll keperluan ). Ketika kami sudah berada di dalam mobil putra kami, saya berdoa dan bersyukur kepada Tuhan kalau Jantung saya masih stabil. Berarti secara medis saya masih bisa hidup seperti biasa, entah berapa lama lagi. Hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Amin.
Ada pasien saya yang berkata “Dok, meskipun saya tidak punya uang tetapi saya bersyukur saya masih sehat.” Ya benar. Pasien saya yang lain berkata “Dok, kalau bisa sih kita banyak uang dan badan sehat.” Ya ini juga benar, tapi saya meragukan pendapatnya ini. Kalau banyak uang, seringkali hidup kita semaunya, maka hidup bisa jadi tidak sehat. Yang benar adalah semuanya Pas, tidak besar dan tidak kecil. Maukah kita semuanya sehat? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.