Saturday, March 6, 2010

Pengangguran






Kemarin pagi setelah memeriksa 2 orang pasien, masuklah seorang pria.
Saya pikir ia adalah pasien ketiga saya, tetapi bukan. O…rupanya ia Pak Y, 65 tahun, tubuhnya kekar karena setiap hari ia banyak berjalan.

Y pernah duduk sekelas bersama saya ketika sekolah di salah satu SD di kota kami pada tahun 1950-an. Saya melanjutkan pendidikan ke SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, sedangkan kabar Y saya tidak mengetahuinya karena sudah tidak pernah bertemu lagi.

Pagi itu Y minta bantuan kalau-kalau saya ada lowongan pekerjaan baginya. Sayang sekali saya tidak mempunyai pekerjaan bagi teman saya ini. Y menceritakan kehidupannya yang sukar.

Y berkisah bahwa ia menikahi gadis yang dicintainya dengan suku yang berbeda. Pihak keluarga dengan ngotot menentang pernikahannya itu dan akhirnya pihak saudaranya tidak mau berhubungan lagi dengan Y. Y tidak mendapat bantuan apapun dari pihak keluarganya.

Keluarga Y di karuniai seorang anak laki-laki (yang sekarang konon bekerja di Malaysia?). Beberapa tahun kemudian Y bercerai dengan isterinya, o.k. isterinya tidak mau punya suami yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sampai sekarang Y masih belum mempunyai pekerjaan alias nganggur. Ah..kasihan betul Y ini. Apakah karena menikah dengan wanita lain suku lalu hidunya jadi berantakan? Atau karena ia tidak mau bekerja dengan sungguh-sungguh? Saya tidak tahu.

Saat berikutnya datanglah pasien yang lain, sehingga pembicaaraan kami terputus dan saya memberikan kepada Y sekantong kertas kue/snack dan sedikit uang kertas. Y berpisah dengan saya. Saya berharap Y segera mendapat pekerjaan yang layak untuk menopang hidup selanjutnya. Sejak muda sampai usia 65 tahun hidup Y tampaknya tidak memadai. Saya merasa masih banyak Y dan Y lain di negara kita yang kondisi hidupnya seperti teman saya ini.

Orang yang kaya makin kaya dan orang miskin tetap miskin. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.