melayani penjualan korset untuk nyeri punggung, penyangga tulang belakang, sepatu orthopaedi, koreksi kaki pengkor pada balita, kaki palsu, tangan palsu, dll
Friday, April 30, 2010
Waspada Kanker Serviks, Cara Pencegahan dan Pengobatan
Belum Hamil? Berikut Beberapa Makanan Bisa Membantu Kesuburan
Untuk berbuat baikpun tidak mudah
Pagi ini saya melayani pemeriksaan kesehatan para Opa dan Oma di Pantri Wreda Kasih.
Ibu EE, Ibu Panti melaporkan bahwa Oma L, 66 tahun minggu lalu pulang ke rumah salah seorang sanak familinya dan setelah nginap 2 malam ia datang kembali ke panti Wreda.
Sejak 2 minggu yang lalu Oma L, yang sudah kami bantu dalam operasi Katarak matanya berbicara kasar kepada beberapa warga Panti. Sifat aslinya jadi muncul dan terjadi keributan. Akhirnya Oma L minta pulang ke rumah familinya. Pengurus Panti sudah memberi nasihat dan akhirnya mengijinkan Oma L pulang bila memang sudah tidak betah dirawat di Panti. 2 tahun tinggal di Panti mendapat tempat tinggal, makanan dan pelayanan kesehatan yang sangat layak dari Pengurus Panti Wreda Kasih, semestinya Oma L sadar akan tsb dan mau beradaptasi untuk tinggal di panti dalam sisa hidup di dunia ini.
Jangankan bersyukur dan berterima kasih, ia bahkan berontak akan sopan santun dan peraturan yang ada di Panti dan ingin kembali pulang. Kami tidak keberatan akan keinginan nya tsb. Minggu depan akan ada 2 orang calon Warga Panti yang akan masuk dan tinggal disini.
Pagi ini sengaja Ibu EE, mamanggil Oma L sebagai pasien yang terakhir agar saya dapat berdialog dengannya dengan lebih leluasa.
“Oma L, bagaimana kabarnya pagi ini? Ada keluhan apa? “ saya bertanya kepada Oma l.
Oma L menjawab “ Sebenarnya sih saya tidak ada keluhan tinggal di Panti ini, tapi kalau ribut saja saya ingin pulang”
“ Lho yang bikin ribut sebenarnya siapa?” saya bertanya
“Tinggal di Panti sebenarnya lebih nyaman dari pada tinggal di rumah sanak famili. Mereka juga akan terbeban dengan tinggalnya Oma L di rumah mereka.Hiduplah dengn damai bersama Oma dan Opa lainnya disini.”
Oma L terdiam, mendengar saya berkata begitu, lalu ia berkata “ Iya sudah saya mau tinggal di Panti lagi. Benar yang Dokter katakan disini lebih enak, tidak mikirin untuk makan dan cari tempat berteduh. Kalau sakit ada yang beri obat. Saya tidak pusing lagi.”
“Jadi mau tinggal di Panti lagi? saya bertanya.
“Iya benar.” Oma L menjawab seperti acuh tidak acuh.
“Baiklah, selamat pagi, Oma l.” kata saya.
Oma L berlalu dari Ruang Periksa. Saya dan Ibu EE tersenyum melihat sikap Oma L.
Ya Tuhan, untuk berbuat baikpun, ternyata tidak mudah. Kadang kala ada batu sandungan di depan kita. Semoga kejadian ini lebih menebalkan iman kami kepadaNya.-
Wednesday, April 28, 2010
Bertemu via Facebook
Oliver Vandewalle dari Belgia berusia 14 tahun saat dia menulis pesan yang dimasukkan ke dalam Botol Anggur. Dia menghanyutkan pesan itu saat kapal Pesiar ayahnya berlayar di laut antara Perancis dan Inggris.
Sekitar 33 tahun kemudian, Lorraine Yates menemukan pesan itu terdampar di Pantai Swanage di Dorset, Inggris.
Lorraine kemudian melacak Oliver lewat situs jejaring sosial dan bertemulah keduanya di facebook.
Pesan yang tidak disebutkan isinya itu sedikit rusak, tetapi isinya masih terbaca jelas.
( Harian PR, 29 April 2010 )
---
Luar biasa, 2 orang berlainan negara akhirnya dapat saling bertemu. Itulah sisi Positipnya Facebook. Oleh harena itu janganlah kita bertindak merugikan orang-orang lain, sehingga Facebook dapat mempunyai sisi Negatip.
Nonton film DVD di Handphone
Dari situs:
http://www.gadgetcom.com/vmedias-cellphone-optical-disk-system-is-probably-not-the-next-big-thing/
kita dapat mengetahui perkembangan Handphone lebih lanjut yang dapat dikombinasikan dengan 32 mmMiniDisc untuk menikmati film-film DVD, terutama film-film produksi Bollwood, India.
Silahkan simak beritanya dibawah ini:
Ponsel biasanya terhubung ke jaringan selular, kami berpikir masalah distribusi konten pada dasarnya akan menyelesaikan sendiri, tetapi sebuah perusahaan bernama: Vmedia Research di Mobile World Congress dengan jenis baru dari Disk optik yang dirancang hanya untuk ponsel.
Dengan menggunakan Laser biru, 1GB, 32mm MiniDisc-esque cartridge Vmedia, dapat terus film DVD-res penuh menggunakan kompresi H.264, serta fitur khusus terbatas.
Tehnisi Vmedia akan mengembangkan di sebuah handset GSM Spice mendatang, yang memiliki layar 2,8 inci dan pintu PSP UMD-seperti untuk memasukkan disk. Sistem ini akan beredar di India dan Asia Tenggara dengan 40 film Bollywood tersedia di peluncuran untuk masing-masing hanya $ 5, tapi Vmedia dan Spice mengatakan mereka punya 1.000 transaksi lebih banyak konten dalam karya-karya mereka.-
----
Kapan gadget itu akan memasuki pasaran Indonesia, kita tunggu saja kabar berikutnya.-
Pasien Lansia ( lagi )
Dalam menghadapi pasien yang Lanjut Usia ( Lansia ) dokter dituntut harus lebih sabar dan lebih dapat mengerti keluhan pasien. Dokter yang tidak mau mengerti sikap pasien-pasien ini akan dijauhi oleh mereka.
Mereka menganggap dokter akan mau mengerti setiap keluhan dan permintaan mereka dalam menghadapi penderitaan mereka di usia mereka. Para dokter terutama praktik umum akan menghadapi pasien-pasien dari segala usia. Terhadap Lansia ini harus lebih banyak waktu dan lebih banyak sabar. Ada seorang teman yang menjuluki mereka sebagai Neli ( nenek lincah ). Maaf ya para nenek.
---
Ibu S, 75 tahun bila datang berobat selalu diantar oleh seorang cucunya Nn. M, 30 tahun. Jaannya tertatih-tatih dibantu cucunya. Keduanya menjadi pasien saya sejak 1 tahun yang lalu. Minggu yang lalu datang kembali untuk berobat.
Keluhan Nenek S ini cukup banyak, mulai dari kalau jalan kakai kanannya terasa sedikit sakit ( akibat operasi patah tuang sepuluh tahunyg lalu ), seluruh tubuh terasa pegel-pegel ( cocok sebagai akibat keropos tulang / Osteoporosisi di usia lanjut ), malam hari sering susah tidur atau sering terbangun, penglihatannya tidak jelas ( karena lensa mata sudah keruh / katarak ), keluarganya kalau bicara dengan dia harus agak keras ( pendengarannya mulai menurun ), b.a.b setiap 3 hari sekali ( akibat gerakan peristaltik usus menurun akibat kurang bergerak dan kurang makan sayur dan buah-buahan ).
Nenek S berkata “Dokter, saya datang kesini mau berobat.”
Saya menjawab “Iya boleh. Sekarang apa keluhan Nenek?”
Ia berkata lagi “Wah, resep dokter yang terakhir saya berobat itu enak. Saya bisa tidur dan makan enak, tapi kok dapatnya hanya untk 5 hari saja. Setelah obat itu habis penyakit saya kumat lagi. Gimana dokter?”
Saya menjawab “Kalau penyakitnya kumat lagi, ya datang berobat lagi, Nek”
Ia menjawab “Wah, doter ini pinter ya. Pasiennya harus datang kembali kalau obatnya habis.”
Saya menjawab lagi sambil guyon ( agar ia merasa diperhatikan ) “Iya nek, kalau pasien tidak datang, dapur saya tidak ngebul.”
Nenek S tertawa terkekeh-kekeh “Iya yah, dokter dapat uang dari pasiennya. Kalau tidak ada pasien, dokter tidak makan ya. He..he…”
Diledek begitu, saya tersenyum saja sebab sudah mengerti perangai pasien yang satu ini. Cuek aja deh.
“Jadi sekarang nenek, mau minta apa? Mau suntik vitamin?” saya bertanya kepadanya.
Nenek S menjawab “Ah…engga mau disuntik lah, saya takut jarum suntik. Saya mau periksa tekanan darah dan mau minta resep obat seperti yang terakhr saya berobat. Itu obat cocok. Bisa enggak, Dok?”
Saya menjawab “Ya bisa lah. Masa dokter tidak bisa tulis resep obat yang cocok buat nenek.”
Jawaban saya rupanya membuat Nenek S ini senang. Ia tersenyum dan tampak giginya sudah banyak yang tanggal. Nyaris tinggal dua. Nenek sudah tua, giginya tinggal dua. Seperti syair sebuah lagu anak-anak.
Setelah diperiksa fisiknya, Nenek S menerima resep obat dan bertanya lagi “Dokter…ini obat untuk berapa hari ya?”
“Untuk 2 minggu, Nek.” saya menjawab.
Nenek S berkata “Nah gitu, agak banyakan ya, agar saya tidak sering-sering datang kesini.”
Saya menjawab “Iya…iya…nek. Kalau tidak ada keluhan nenek tidak usah kemari. Obat yang cocok dibeli lagi aja di Apotik.”
Nenek S berkata agak keras “Huh…resep dari dokter itu tidak bisa diulang lagi kalau tidak ada resep baru dari dokter.”
Saya berkata sekenanya “Kalau tidak boleh diulang ya, Nenek kemari lagi.”
Ia menjawab “Nah betul kan. Dokter ini pinter. Pasiennya disuruh datang lagi.”
Saya akhirnya cape deh menghadapi pasien ini dan menjawab “Begini Nek, kalau cucu Nenek tidak kasih uang kepada Nenek, engga usah bayar lagi deh.”
“Saya punya uang kok. Saya engga mau kalau digratiskan, tapi kalau sekali-kali dapat gratis, mau deh!”
Saya hanya he…he….. ”Hati-hati di jalan Nek.”
Nenek S dan cucunya Nn.M pulang naik becak yang menunggu sejak tadi.
Kalau anda menjadi saya, apa tanggapan anda?
Sunday, April 25, 2010
CEREBRAL PALSY (CP)
Ataxia:
Sebuah kondisi di mana keseimbangan dan koordinasi telah mengalami penurunan nilai.
Athetonia:
kondisi yang ditandai dengan lambat, memutar, gerakan otot paksa.
Attention-deficit/hyperactivityDisorder:
Sebuah gangguan perilaku ditandai oleh tidak perhatian, tingkat tinggi kegiatan, dan perilaku impulsif.
Contracture:
Pemendekan otot.
Diplegia:
Kelumpuhan pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh.
Distonia:
Kehilangan kemampuan untuk mengontrol pergerakan otot rinci.
Hemiplegia:
Kelumpuhan satu sisi tubuh.
Hypotonia:
Sebuah kondisi di mana otot-otot menjadi floppy dan kurang kuat.
Quadriplegia:
Kelumpuhan kedua lengan dan kedua kaki.
Kejang:
Sebuah kondisi di mana otot-otot yang kaku, postur mungkin abnormal, dan kontrol otot dapat terganggu.
Asfiksia dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai masalah. Pertama, sistem peredaran darah tidak dapat mengembangkan normal sebelum kelahiran. Asfiksia mungkin terjadi selama proses kelahiran, namun asfiksia saat lahir biasanya menunjukkan bahwa bayi baru lahir memiliki masalah neurologis lainnya. Asfiksia setelah lahir dapat disebabkan oleh tersedak, paparan terhadap racun (seperti karbon monoksida), atau tenggelam dekat.
otak seorang anak juga dapat rusak sebelum lahir oleh infeksi diakuisisi oleh ibu. Infeksi ini termasuk rubella (campak Jerman; lihat entri rubella), toksoplasmosis (infeksi darah), cytomegalovirus (virus yang menyebabkan herpes; diucapkan SIE-tuh-MEG-eh-lo-VIE-rus), dan HIV (virus yang menyebabkan AIDS, lihat entri AIDS). Dua jenis infeksi otak, ensefalitis (lihat entri ensefalitis) dan meningitis (lihat entri meningitis), juga bisa menyebabkan CP pada bayi.
trauma fisik (shock) bagi ibu hamil atau janin dapat menyebabkan kerusakan otak yang mengarah ke CP. Trauma dapat disebabkan oleh kecelakaan mobil, kekerasan gemetar, atau kekerasan fisik. Malnutrisi dan menggunakan obat oleh ibu juga dapat menyebabkan kerusakan otak.
Sumber : happyhornets13.wikispaces
Saturday, April 24, 2010
Door price ( lagi )
Pagi ini saya membersihkan Minibus Panther kami. Sudah beberapa hari tidak dimandikan sehingga tampak debu dan lumpur jalanan melekat pada ban dan bagian bawah Minibus itu.
Pada musim hujan seperti saat ini sering kali pekerjaan memandikan mobil seperti tidak ada manfaatnya. Pagi bersih dan sore hari sudah kotor lagi. Kalau tidak dibersihkan, saya tidak tega melihat Minibus kami tampak kotor. Minibus tahun 1987 ini sudah 13 tahun hidup bersama kami. Sudah banyak jasanya mengantar kami pergi kemana-mana tujuan kami. Pukul 06.55 saya selesai membersihkannya dan terdengar dering telepon.
Isteri saya memberitahukan bahwa Ibu N memanggil saya untuk memeriksa Ibunya yang sakit Stroke. Ketika kemarin sore menelepon saya, saya berjanji akan datang ke rumah mereka yang jauhnya sekitar 4 Km dari rumah kami.
Selesai mandi saya tanpa sarapan dahulu meluncur ke rumah Ibu N. Selesai memeriksa ibundanya saya segera kembali ke rumah untuk sarapan dan bersiap untuk menghadiri suatu Seminar Kesehatan “Highlight on Rheuatic Disease” di Ballroom Hotel S di kota Cirebon.
Setiba di Hotel S saya dan isteri segera melakukan Registrasi dan mengisi daftar hadir. Ketika memasuki Ruang Seminar kami melihat ada 7 bungkusan Door price diatas sebuah meja besar di samping podium Seminar. Ada 2 bungkusan ( dus ) besar seperti kotak CPU komputer. Hati saya seperti mengatakan bahwa salah satu bungkusan itu akan menjadi milik saya kelak ( maunya sih begitu ). Sponsor tunggal Seminar ini adalah sebuah pabrik obat M.
Acara yang seharusnya dimulai pukul 09.30 ngaret juga dan baru dimulai pukul 10.10.
Setelah acara Pembukaan dan Sambutan oleh Ketua IDI Cabang Kota Cirebon, Dr. S. Sp.JP, maka sang Moderator, Dr. S, Sp.P.D. memimpin acara Seminar ini.
Pembicara pertama, Dr. Y, Sp.PD mempresentasikan “ Highlight on Rheumatic Diaseas”. Materi yang dibawakan tidak membosankan karena sering terjadi komunikasi antara pembicara dan peserta seminar, juga disertai humor.
Pembicara kedua Prof. Dr. A, Sp.FK mempresentasikan “Tinjauan Farmakologi untuk nyeri “. Materi yang sangat dikuasai oleh sang Prof juga enak diikuti oleh para peserta.
Selesai acara Diskusi yang diisi banyak pertanyaan peserta dan dijawab dengan sangat baik oleh para Pembicara, dilanjutkan dengan acara Doorprice. Tidak seperti biasanya Doorprice biasanya diundi dari daftar hadir para peserta. Kali ini 7 buah Doorprice akan diberikan kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kedua Pembicara. Maksudnya untuk evaluasi apakah para peserta dapat menyerap ilmu yang telah disampaikan dengan baik atau tidak.
Pertanyaan pertama dan kedua dijawab dengan baik dan kedua Teman Sejawat yang akan mendapat Doorprice tampil di samping Podium.
Pertanyaan ketiga “Berapa dosis tablet Dolofenac?”
Peserta pertama menjawab “1 tablet per hari.”
“Salah”
Jawaban kedua dari peserta lain “ 2 kali 1 tablet per hari.”
“Salah”
Saya berpikir umumnya obat diminum 3 x 1 tablet/kapsul per hari.
Kalau kedua jawaban itu semua salah, maka perkiraan jawaban saya yang benar.
Saya segera mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan ini.
Ketika Panitia menunjuk saya, saya berkata “ 3 x 1 tablet per hari!”
Panitia menggoda saya “Ah, apa iya?”
Saya menegaskan “Betul, itu jawaban yang benar.”
Panitia melanjutkan ”Benar!”
Hore… saya berteriak. Wajah isteri saya yang duduk disamping saya, tampak sumringah, gembira. Saya segera tampil ke samping podium untuk menunggu pertanyaan-pertanyaan lain selesai dijawab oleh peserta-peserta lainnya.
Ketika bungkusan demi bungkusan 7 Doorprice di serahkan, saya mendapatkan salah satu dari bungkusan besar “milik” saya yang saya duga untuk saya ketika kami memasuki Ruang Seminar. Kok tepat ya, keinginan saya. Bila kita yakin bahwa sesuatu itu milik kita maka, sesuatu itu benar akan menjadi milik kita. Saya minta isteri saya untuk mengambil Foto saya ketik sedang memegang bungkusan besar tadi.
Acara Seminar dilanjutkan dengan Santap Siang bersama dengan menu prasmanan ala Hotel S, Cirebon. Siang ini kami mendapat: Ilmu, Sertifikat Seminar, Makan siang gratis dan Doorprice . Suatu berkat dari Tuhan yang patut kami syukuri. Amin.
Setiba di rumah kami membuka bungkusan Door price itu, apakah gerangan isinya?
Bungkusan itu tidak terlalu berat, tidak seberat CPU komputer. Ah jangan-jangan sebuah Kipan Angin, saya menebak. Akhirnya kami melihat sebuah Standing fan, Kipan Angin untuk berdiri di atas lantai merk GMC. Lumayan juga Doorprice siang ini untuk menyejukkan udara Ruang Keluarga kami.
“Lumayan juga ya Doorprice ini” kata siteri saya.
Saya menjawab sambil guyon “Benar harganya tidah mahal, tetapi lumayanlah untuk manas-manasin hati teman-teman kita. He…he…”
---
Anda bisa memberi tanpa mengasihi. Tetapi ANDA tidak mungkin mengasihi tanpa memberi.
( Mario Teguh )
Wednesday, April 21, 2010
FISIOTERAPI PADA EMFISEMA
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan dan di- lembabkan. Laring terdiri dari satu cincin tulang rawan yang di- hubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea, disebut glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan atas dan bawah.
Trakea disokong oleh cincin tulang bronkus trakeobron- khial. Tempat percabangan trakea menjadi cabang utama bronkus kiri dan kanan dinamakan karina yang banyak mengandung saraf dan dapat menyebabkan bronkhospasme bila saraf tersebut rusak. Bronkus terdiri dari dua, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trakea dengan sudut yang lebih lancip. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronkus Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang disebut bronkhiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Di luar bronkhiolus terminalis terdapat asinus yang me- rupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkhiolus rerpiratorius yang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru. Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terdapat dalam rongga dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Arteri pulmonalis dan darah arteria bronkhiolus, bron- kus, saraf dan pembuluh limphe masuk pada setiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih besar dari pada paru kiri, dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris; paru kiri dibagi menjadi dua lobus, yang terbagi lagi atas beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkhus. Suplai darah ke paru-paru bersumber dari arteria bron- khialis dan arteria pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyedia- kan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru. Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalarn pertukaran gas. Jalinan kapiler paru halus yang mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian di- kembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang kemudian membagikannya kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik. Dasar mekanika pernapasan dari rongga dada adalah inspirasi dan ekspirasi yang digerakkan oleh otot-otot per- napasan. Ketika dada membesar karena aksi otot-otot inspirasi, maka kedua paru mengembang mengikuti gerakan dinding dada. Dengan mengembangnya dada, udara masuk melalu saluran pernapasan ke alveoli. Pengembangan rongga dada menyebabkan saluran udara lebih lebar, sehingga lebih banyak udara yang masuk ke alveoli. Pada waktu otot-otot inspirasi rileks, maka ekspirasi mengambil alih; penurunan volume rongga dada bersama- sama dengan recoil jaringan elastis kedua paru menghasilkan pengeluaran udara. Otot-otot yang bekerja pada inspirasi normal adalah otot diafragma dan eksternal intercostal. Pengajaran pernapasan terutama tergantung pada kontrol gerakan iga dan pernapasan ditekankan pada tempat iga yang bergerak dari daerah paru yang mengisap udara. Pada prinsipnya gerakan dinding dada dibagi tiga bagian yang pola gerakannya berbeda-beda, yakni:
Dinding dada bagian atas dan sternum mempunyai gerakan ke atas dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi, Dinding dada bagian tengah mempunyai gerakan ke samping dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi dan Dinding dada bagian bawah mempunyai gerakan ke samping dan terangkat selama inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi.
PATOFISIOLOGI EMFISEMA
Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara (alveolus) dalam paru-paru disertai destruksi jaringan . Ada tiga faktor yang memegang peran dalam timbulnya emfisema yaitu :
Kelainan radang bronchus dan bronchiolus yang sering disebabkan oleh asap rokok, debu industri. Radang peribron- chiolus disertai fibrosis menyebabkan iskhemia dan parut sehingga memperluas dinding bronchioles. Kelainan atrofik yang meliputi pengurangan jaringan elastik dan gangguan aliran darah; hal ini sering dijumpai pada proses menjadi tua. Obstruksi inkomplit yang menyebabkan gangguan pertukaran udara; hal ini dapat disebabkan oleh perubahan dinding bronchiolus akibat bertambahnya makrophag pada penderita yang banyak merokok. Insiden emfisema meningkat dengan disertai bertambah- nya umur.
Ada dua bentuk emfisema yaitu :
1. Sentrilobular ditandai oleh kerusakan pada saluran napas bronkhial yaitu pembengkakan, peradangan dan penebalan dinding bronkhioli. Perubahan ini umumnya ter- dapat pada bagian paru atas. Emfisema jenis ini biasanya bersama-sama dengan pe- nyakit bronkhitis menahun, sehingga fungsi paru hilang perlahan-lahan atau cepat tetapi progresif dan banyak meng- hasilkan sekret yang kental.
2. Emfisema Panlobular berupa pembesaran yang bersifat merusak dari distal alveoli ke terminal bronkhiale. Pem- bendungan jalan udara secara individual disebabkan oleh hilangnya elastisitas recoil dari paru atau radial traction pada bronkhioli. Ketika menghisap udara (inhale), jalan udara ter- ulur membuka, maka kedua paru yang elastis itu membesar; dan selama menghembuskan udara (ekshalasi) jalan udara me- nyempit karena turunnya daya penguluran dari kedua paru itu. Pada penderita emfisema panlobular, elastisitas parunya telah menurun karena robekan dan kerusakan dinding se- keliling alveoli sehingga pada waktu menghembuskan udara keluar, bronkhiolus mudah kolaps. Akibatnya fungsi pertukar- an gas pada kedua paru tidak efektif. Dalam klinis penyakit emfisema dan bronkhitis menahun tidak jarang terdapat bersama-sama, dan bila sendiri-sendiri sukar dibedakan satu sama lain; kedua penyakit tersebut mempunyai tanda khas yang menyolok yaitu penurunan fungsi pernapasan akibat bendungan total bronkhus bronkhiolus, sehingga penyakit ini disebut COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) atau COLD (Chronic Obstructive Lung Disease).
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi ini mengikuti prosedur fisioterapi yaitu :
1) Pemeriksaan fisioterapi yang terdiri atas :
• Anamnesis Umum : Identitas penderita ,
• Anamnesis Khusus : Keluhan utama, lokasi keluhan utama, ciri/bentuk keluhan utama, berapa lama keluhan terjadi, hambatan gerak, jumlah produksi sputum keluar dalam sehari, posisi saat serangan timbul serta riwayat perjalanan penyakit.
• Inspeksi statis dan dinamis : melihat bentuk tubuh pasien, bentuk thoraks, pola pernapasan, gerakan thoraks serta akti- vitas yang tidak dapat dilakukan oleh penderita; dan pe- meriksaan kekuatan otot ekspirasi dan inspirasi.
• Pemeriksaan fungsi dasar : Pemeriksaan ini dikhususkan pada gerakan thorakal berupa gerakan aktif dan pasif serta pengembangan costovertebra.
• Pemeriksaan spesifik : Tes fremitus suara, Tes pe- ngembangan thorax, Tes Pump Handle Movement dan Bucket Handle Movement, Paradoxical breathing, Tes ventilasi (meniup lilin), Tes spirometer, Tes palpasi, perkusi, auskultasi dan vital sign, pemeriksaan sputum.
2) Problematik Fisioterapi. Berdasarkan patofisiologi emfisema, maka problematik fisioterapi yang dapat terjadi adalah :
• Batuk produktif disertai sputum yang meningkat .
• Gangguan pernapasan.
• Gangguan pengembangan thorax .
• Kelemahan otot-otot pernapasan.
• Spasma/tegang otot-otot leher.
3) Pelaksanaan Fisioterapi. Tujuan umum dan rencana pengobatan kondisi emfisema ialah sebagai berikut :
• Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efi- siensi batuk.
• Mengatasi gangguan pernapasan pasien.
• Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
• Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.
• Mengurangi spasme/ketegangan otot-otot leher pasien.
4) Penerapan Modalitas Fisioterapi
1. Postural Drainage adalah salah satu teknik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita di atur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuan postural drainage ini adalah mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk. Teknik postural drainage ini dikombinasikan dengan deep breathing, deep coughing, perkusi, dan vibrasi.
2. Breathing Exercises, dikerjakan dalam berbagai posisi oleh karena distribusi udara dan sirkulasi paru bervariasi dalam hubungannya dengan posisi dada Dasar pelaksanaannya yaitu mulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup, kemudian meng- hembuskan napas melalui bibir dengan mulut mencucur (seperti posisi meniup) Posisi yang dapat digunakan adalah tidur terlentang dengan kedua lutut menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau di tempat tidur, dan berdiri. Adapun tujuan latihan ini adalah memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan rileksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada.
3. Latihan Batuk, merupakan cara yang paling efektif untuk mem- bersihkan laring, trakea dan bronkhioli dari sekret dan benda- benda asing. Untuk memudahkan batuk yang efektif, posisi penderita duduk di tepi tempat tidur, membungkuk ke depan untuk memudahkan kontraksi otot dinding perut dan otot-otot dada sehingga timbul tekanan intraabdominal dan intratorakal yang besar. Selain itu posisi penderita dapat juga setengah duduk, tidur miring dengan bagian dada ditinggikan dan kedua lutut ditekuk. Tekniknya ialah : (1) Tarik napas pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma (2) Tahan napas beberapa saat (dua detik). 3) Batukkan dua kali dengan mulut sedikit terbuka dengan cara kontraksi dinding perut keras-keras dan membungkuk ke depan, suara batuk harus dalam. Batuk pertama akan melepas- kan sekret dari tempatnya dan batuk kedua akan mendorong keluar mukus tersebut. Tarik napas pelan dengan dengusan ringan, sebab bila menarik napas keras sesudah batuk dapat menyebabkan batuk kembali dan dapat mendorong mukus ke dalam paru lagi. Atur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuan postural drainage ini adalah mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk. Teknik postural drainage ini dikombinasikan dengan deep breathing, deep coughing, perkusi, dap vibrasiLatihan Mobilisasi ini dilakukan secara perlahan-lahan dan teratur dalam posisi duduk, tidur terlentang dan berdiri sesuai dengan kemampuan penderita, yaitu :
4. Latihan Releksasi. Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesak napas dan kemungkinan mati lemas. Dalam ke- adaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan usaha yang paling penting dan sekaligus sebagai langkah pertolongan. Adapun tujuan latihan ini adalah memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan rileksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada. Latihan relaksasi yang dapat digunakan adalah metode Yacobson, contohnya : penderita ditempatkan dalam ruangan yang hangat, segar dan bersih, kemudian penderita ditidurkan terlentang dengan kepala diberi bantal, lutut ditekuk dengan memberi bantal sebagai penyangga.
KEPUSTAKAAN
Sutisna Himawan, Kumpulan Kuliah Patologi, FKUI Jakarta: 1973. 2. Basmajian JV Therapeutic Exercises, Ed. 3. Baltimore: Williams & Wilkins, 1978. Tekniknya ialah : 3. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercises, ed. 2. Philadelphia: Davis FA, 1985. 1) Tarik napas pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma. 4. Delph MH, Manning RT. Diagnosis Fisik, ed IX Jakarta: EGC, 1986. 5. Magee JD. Orthopedic Physical Assessment. WB Saunders Co, 1987. 2) Tahan napas beberapa saat (dua detik). 6. Price SA, Wilson L McC. Patofisiologi, Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, ed 2 Bag 1. Jakarta: EGC, 1992. 3) Batukkan dua kali dengan mulut sedikit terbuka dengan cara kontraksi dinding perut keras-keras dan membungkuk ke depan, suara batuk harus dalam. Batuk pertama akan melepas- kan sekret dari tempatnya dan batuk kedua akan mendorong keluar mukus tersebut. 7. Purnawan Junadi et al. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, 1982. 8. Myers RS. Saunders Manual of Physical Therapy Practice. Philadelphia, London: 1995. 9. Soekarno. Fisioterapi Pada Emfisema, TITAFI IV, Surabaya: 1998
Konsultasi jarak jauh
Siang ini sekitar pukul 11.30 saya mendapat telepon dari salah seorang famili Tn. E. yang minta saran tentang kesehatan putrinya Nn. L, 21 tahun yang berada di kota Yogya. L sudah menyelesaikan studynya dan sedang mencari pekerjaan di kota tsb.
Via HP Nn. L melaporkan bahwa ia dan seorang temannya sedang berada di salah satu RS di Jogya karena ia sakit perut kanan bawah. Apakah memang harus masuk RS untuk operasi atau tidak. Mereka minta advis dari saya.
Saya bicara langsung via HP dengan Nn. L.
Dari hasil pembicaraan kami di dapat data bahwa L sering mengeluh sakit perut kanan bawah ( lokasi khas Usus Buntu ). Mungkin sekali menderita Appendicitis Chronica ( Radang Usus Buntu Menahun ) dan sekarang kambuh lagi ( akut )
Dalam benak saya saya membuat Diferensial Dignosa bagi pasien ini.
Nyeri perut kanan bawah paling sering disebabkan oleh:
1. Radang Usus Buntu ( Appendicitis Acuta )
2. Batu Saluran Kencing sebelah kanan atau Batu plus infeksi.
Untuk membuat Diagnosa yang benar, saya perlu data hasil pemeriksaan penunjang seperti: pemeriksaan Darah, Urine dan Foto perut.
Terhadap Nn. L sudah dilakukan pemeriksaan Rontgen: hasilnya terdapat Appendicitis chronica ( Radang Usus Buntu Menahun ), Darah: menunjukan adanya peninggian jumlah sel-sel darah putih yang menandakan adanya infeksi dalam tubuhnya dan hasil Urine: Keruh dan banyak sel-sel darah Putih ( menunjukkan adanya ISK / Infeksi Saluran Kencing ).
Jadi pasien Nn. L ini terdapat 2 penyakit yaitu gangguan usus buntu dan gangguan saluran kencing.
Dokter Ahli Peyakit Dalam ( dokter yang pertama kali memeriksa Nn. L ) merujuk L ke Rumah Sakit tadi untuk operasi Usus Buntu ( Appendectomy ). Siang ini belum ada kamar kosong untuk merawat L, baru besok dapat masuk RS. Beliau juga menyatakan boleh masuk RS besok ( menunjukkan bahwa radang Usus Buntunya bukan Akut yang harus membutuhkan tindakan operasi segera / cito ).
Pertanyaan yang diajukan kepada saya via HP adalah apakah ia harus dioperasi atau tidak perlu.
Dari pada dikemudian hari ( mungkin pada saat penting spt: pernikahan / acara keluarga lain ) Nn. L menderita Appendicitis Chronica Exacerbasi Acuta, maka lebih baik sekarang saja dioperasi. Selesai operasi pasti ia akan diberikan obat anti Infeksi ( antibiotika ) sehingga dengan demikian ISK nya juga akan terobati.
Masalah sekarang adalah mencari kamar untuk merawatnya. Saya sayankan agar L menitipkan HP agar pihak Tata Usaha RS tadi dapat segera menghubungi L sore ini atau besok pagi untuk segera masuk RS bila sudah ada kamar kosong. Kepada orang tuanya saya sarankan agar mereka segera dari kota kami, Cirebon menuju Yogya untuk menengok putrinya itu. Mereka sudah setuju atas saran saya ini. Win-win solution.
Hebat! dengan sebuah alat sekecil HP, kami dapat berkomunikasi antar kota dan bahkan antar negara ( Indonesia – Australia ) yang sering kami lakukan bicara dengan putra/i kami di Aussie dengan mutu suara yang jernih dan tanpa perlu bicara keras-keras.
Kemajuan telekomunikasi saat ini sudah jauh berbeda dengan keadaan tahun 1950-an dimana kalau ayah kami bicara dengan relasi bisnisnya dengan susah payah menggunaan telepon ( belum ada HP ) yang mesti diengkol dahulu untuk dapat kontak ke Kantor telepon setempat guna minta disambungkan dengan nomer telepon seseorang di kota lain ( sambungan interlokal ). Setelah tersambung tidak jarang mesti bicara keras, nyaris berteriak-teriak agar suara terdengar dengan lawan bicaranya.
Kita patut bersyukur terhadap kemajuan Komunikasi di seluruh dunia sehingga tiap orang dapat bicara dan mengirim pesan ( SMS, Chatting, Browsing Internet ) semudah menjentikkan tangan. Tentu ada cost yang mesti dibayar oleh kita dan cost itu makin lama makin murah meriah termasuk tarif akses Internet yang Unlimited sekalipun. Tiap Operator seluler berlomba-lomba mempunyai user yang lebih banyak dari pada kompetitornya. Biasalah persaingan bisnis.-
Tuesday, April 20, 2010
Naik Sepeda ( lagi )
Tadi pagi saya berangkat ke tempat praktik ke 2 naik sepeda. Sore hari saya praktik di rumah. Jarak antara rumah dan tempat praktik ke 2 sekitar 300 meter. Tidak terlalu jauh. Kadang-kadang saya jalan kaki saja. Saya anggap sebagai olah raga pagi dari pada tidak sama sekali.
Di tempat praktik ke 2 saya dapat melayani pasien dan menemani ibu kami yang sudah lanjut usia, 82 tahun. Adik perempuan saya M, 50 tahun bekerja di sebuah Apotik sehingga keberadaan saya membuat ibu kami tidak kesepian.
Tiap hari Jumat pagi, ibu kami sering kali memberitahukan saya, bahwa mobil jemputan untuk pergi ke Panti Wreda milik Gereja kami sudah tiba / menunggu di depan rumah ibu. Saya saking asyiknya melayani pasien yang berobat sampai lupa bahwa tugas pelayanan sudah menunggu di Gedung Panti.
---
Pagi ini datang berobat Tn TKC, 70 tahun.
Pasien saya ini sudah menjadi pasien tetap sejak bertahun-tahun.
Ia berkata “Pagi, dok. Tadi saya ke rumah dokter, kata isteri dokter, dokter Basuki kalau pagi praktik disini. Jadi saya minta abang Becak untuk antar saya kesini.”
Saya menjawab “Benar Oom, tiap pagi sejak bertahun-tahun praktik disini, di rumah ibu kami.”
Tn. TKC berkata lagi “Saya tidak melihat ada Minibus Panther Hijau di parkir. Saya pikir dokter belum datang. Saya ragu-ragu untuk tekan Bel di pintu Ruang Tunggu.”
Saya menjawab “He…he…saya kesini naik sepeda. Itu sepeda saya.” sambil menunjuk sebuah sepeda ontel tua.
Tn. TKC berkata “Lho……kok naik sepeda, dok!”
Saya menggoda dia “Lho….apa saya tidak boleh naik sepeda, Oom. Hitung-hitung olah raga saja selain jalan pagi.”
Tn. TKC berkata lagi “Ah…..kayaknya dokter tidak pantes naik sepeda.”
Wah runyam nih. Image masayarakat terlalu rendah bila mengetahui dokter naik sepeda. Padahal itu sepeda sendiri.
Saya menjawab sekenanya “Oom, pantesnya dokter naik apa? Saya sudah bosan naik Minibus Kijang, L300, Sedan Mercedes, Fiat, Suzuki, Honda, Holden, Toyota, Desoto dll merek yang pernah kami miliki dan sudah terjual demi study putra dan putri kami. Akhirnya saya kalau kesini lebih nyaman naik sepeda. Ya sepeda ontel itu lho.”
Tn TKC terdiam lalu mengangguk-anggukan kepalanya. Sayapun tidak mengerti maknanya. Apakah pasien saya ini dapat memahami jawaban saya atau hanya basa-basi saja.
Akhirnya saya menjelaskan “Oom, banyak Dosen di negeri Belanda kalau pergi mengajar, mereka juga naik sepeda, meskipun mereka memakai Dasi dan Baju Jas keren. Mereka melakukan hal itu bukan karena tidak punya mobil, tapi dengan naik sepeda mereja juga berolah raga dan menghindari kemacetan lalu lintas. Juga disana udaranya dingin sehingga badan tidak berkeringat seperti di negara tropis.”
Tn. TKC mengangguk-anggukkan kepalanya lagi. Yang ini tanda setuju. Win-win solution.
Bagaimana pendapat anda?
---
Naik sepedalah setiap hari, lalu perhatikan apa yang terjadi. Saya mengambil contoh ucapan Pak Mario Teguh, motivator ulung, nara sumber di acara “Golden Way”, tiap hari Minggu pukul 19.05 – 20.00 di Metro TV.
---
Engkau mempunyai 2 tangan, gunakanlah satu tangan untuk menolong diri sendiri dan yang satu lagi untuk menolong orang-orang lain. Tolonglah orang-orang lain, maka engkau akan diberkatiNya. Amin.
-bp-
Minta di doakan
Sebenarnya saya agak segan menulis kisah ini.
Kenapa? Kisah ini menyedihkan. Siapapun yang punya hati nurani pasti akan meneteskan air mata.
---
Beberapa minggu yang lalu, datang berobat seorang Ibu Ny. L, 60 tahun. Ia datang diantar oleh putranya Tn. A, 38 tahun.
Penyakit Ny. L sebenarnya ringan saja yaitu Flu dan agak kurang tidur. Setelah memeriksa dan membuat resep saya, bertanya kepadanya “Ini siapa, Bu?”
Ny. L menjawab “Ini anak saya, Dok. Anak saya sebenarya sudah berkeluarga dan mempunyai seorang putra, 2 tahun.” Matanya berkaca-kaca.
Saya heran, mengapa ia sedih, murung setelah berkisah tentang putramya.
Saya bertanya “Emang kenapa sampai begitu, Bu?”
Ny. L melanjutkan kisahnya “Begini, Dok. Putra saya ini 3 tahun yang lalu menikah dengan seorang wanita asal Jakarta. Mereka dari keluarga berada, sedangkan keluarga kami biasa-biasa saja. Setelah mempunyai seorang putra, ayah mertuanya meminta agar anak saya menceraikan isterinya, karena katanya akan dikawinkan dengan lelaki lain yang lebih kaya.Tentu saja putra saya menolak, tetapi karena pengaruh uang akhirnya keinginan ayah mertuanya terjadi juga. Tentu saja anak saya marah, mengapa ketika dilamar setuju untuk dinikahi tetapi sekarang pernikahannya diputuskan begitu saja. Anak saya dipaksa untuk menandatangai Surat Cerainya. Akhirnya anak saya kembali ke kota ini dan hidup bersama saya kembali. Dalam pekerjaannyapun anak saya tidak mendapat gaji yang cukup walaupun kerjanya berat sampai sore, padahal majikannya masih kenalan kami juga.”
Saya termenung mendengarkan kisah seorang ayah yang diperlakukan tidak adil oleh mertuanya. Kok ada ya orang seperti itu. Entahlah dunia ini sudah terbalik-balik.
Saya memberikan kata-kata penghiburan “Ibu, sekarang keadaan hidup makin tidak karuan. Kadang untuk berbuat kebaikan pun kita mengalami kesusahan, karena banyak batu sandungan. Kalau mertuanya berbuat begitu, mungkin putrinya bukan jodoh anak Ibu. Tabahlah dan bersabarlah. Nanti Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi putra anda. Ibaratnya bila kita mengetuk pintu yang tidak dibukakan, maka Tuhan akan membukakan pintu kedua yang jauh lebih baik. Berdoalah dengan tekun. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Kalau kita hidup di jalan Tuhan, maka Tuhanpun akan memberkati kita.”
Tn. A yang duduk disamping Ibunya, duduk dengan wajah melihat ke bawah, menunduk. Matanya berkaca-kaca.
Setelah mendengar ucapan saya, Ny. L ini berkata “Dokter, bolehkah kami minta bantuannya?”
“Apa yang dapat saya lakuan untuk Ibu dan putra anda? Kalau saya bisa, saya tidak keberatan.” saya menjawab.
Ny. L melanjutkan “Dok, kami minta didoakan oleh Dokter.”
Glek……saya terkejut juga. Kalau minta diberikan resep obat dan minta digratiskan saya tidak berkeberatan, tetapi permintaannya minta didoakan sungguh suatu permintaan yang tidak biasanya.
Kalau saya seorang Rohaniawan atau Pendeta maka permintaan itu masih wajar, tetapi kalau minta didoakan oleh seorang Dokter, kayaknya kurang pas. Tetapi sebagai orang yang sudah berjanji akan membantu mereka, saya tentu saja akan membantu mereka. Setiap waktu saya berdoa untuk diri saya dan keluarga saya. Sekarang berdoa untuk Ibu L dan Tn A, tentu tidak sulit bukan?
Kejadian ini baru pertama kali terjadi selama saya buka praktik sejak tahun 1980. Rasanya agak aneh, tetapi akhirnya saya memimpin berdoa untuk ketabahan keluarga Ny. L, memohon kekuatan dan berkat dari padaNya, yang ditutup dengan kata AMIN.
Selesai mengucapkan AMIN, legalah hati kami. Semua beban rasanya sudah hilang dan hati mereka menjadi lebih kuat lagi dalam menghadapi kesulitan hidup mereka.
Ketika mereka meninggalkan Ruang Periksa dan akan memberikan uang, saya menolaknya dan berkata “Tidak usahlah, untuk beli vitamin saja di Apotik terdekat.”
Pagi itu, saya mendapat satu pengalaman lagi. Terpujilah namaMu. Amin.-
STIMULASI DINI PADA BAYI DAN BALITA UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN MULTIPEL DAN KREATIVITAS
Kecerdasan multipel (multiple inteligensia) adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logical–mathematical (kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas kecerdasan ?
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Apa kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ?
Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI DINI (merangsang kecerdasan-kecerdasan lain).
Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya ?
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana – baju, bermain melempar bola, melompat.
Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Pentingnya suasana ketika stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Pentingnya pola pengasuhan yang demokratik (otoritatif)
Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.
Mengapa stimulasi dini bisa merangsang kecerdasan multipel ?
Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).
Bagaimana cara merangsang kecerdasan multipel ?
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang multipel.
Bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak ?
Kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orangtua yang otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.
Bagaimana peran orangtua utk mengembangkan kreativitas anak ?
Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua selalu bersikap otoritatif (demokratik), yaitu : mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan memaksakan pada anak bahwa pendapat orangtua paling benar, atau melecehkan pendapat anak
Orangtua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan oranglain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untuk mengemukan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu.
Selain itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak.
Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian disekeliling kita, yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk-bentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen (meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.
Sumber : IDAIPOSTURAL DRAINAGE
PATOFISIOLOGI
Para sarjana mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan PD pada kasus-kasus penyakit paru akut maupun kronik perlu dijelaskan lebih dahulu, sebab volume, viskositas dan karakteristik dari sputum merupakan faktor yang sangat penting. Frownfelter berpendapat bahwa PD tidak saja bisa dilakukan pada mereka yang produksi sputumnya banyak tetapi juga pada penderita yang sputumnya sedikit PD dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya akumulasi sekret agar tidak terjadi atelektasis. Dan pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada. Maka dari itu PD sebagai bentuk pengobatan mempunyai tujuan mencegah akumulasi sekret dan mengeluarkan sekret/cairan patologik yang tertampung.
GAMBAR LOBUS DAN SEGMEN
CARA MELAKUKAN POSTURAL DRAINAGE
Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada . Posisi penderita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :
1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari segmen apikal.
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.
3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior.
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.
5. Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen lateral.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior.
Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 -- 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10). Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas (11).
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Untuk tujuan mencegah akumulasi sekret, PD dapat dilakukan pada penderita-penderita berikut (3) : • yang melakukan tirah baring yang lama, khususnya pada mereka yang tergolong "high risk" yaitu penderita penyakit paru kronik, penderita pasca bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah dilakukan sayatan pada toraks dan abdomen yang sputumnya banyak, seperti bronkhoektasis atau fibrosis.
Berikut macam-macam posisi postural drainage :
Kedua lobus atas - segmen apikal
Lobus atas kanan - segmen anterior
Lobus atas kiri - segmen anterior
Lobus atas kanan – segmen posterior ( dipandang dari depan )
Lobus atas kanan – segmen posterior – dipandang dari belakang
Lobus atas kiri – segmen posterior
lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )
Lobus tengah kanan
Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang.
Lingula ( dipandang dari belakang )
Kedua lobus bawah – segmen anterior
Lobus bawah kanan – segmen lateral
Lobus bawah kiri – segmen lateral dan Lobus bawah kanan – segmen kardiak ( medial )
Kedua lobus bawah – segmen posterior
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal
Lobus bawah kanan – segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )
Kedua lobus bawah – segmen posterior ( Dengan beberapa bantal di bawah perut )
CHEST PHYSICAL THERAPY ( CPT )
Untuk membantu proses penyembuhan, ada Chest Physical Therapy ( CPT ). Terapi ini digunakan untuk memperbaiki efisiensi kerja system pernafasan, meningkatkan ekspansi rongga dada, menguatkan otot pernafasan dan mengurangi secret yang menumpuk pada saluran nafas.
Kelompok terapi yang termasuk dala CPT adalah Postural Drainage, Clapping, Chest Vibrasi, latihan pernafasan, latihan batuk ( Caughing ) dan Incentive Spirometer. Namun pada intinya, CPT memiliki 3 langkah utama, yaitu :
(1). Postural Drainage : memosisikan bayi/anak pada posisi tertentu untuk membantu menyalurkan secret.
(2). Clapping : tepukan yang dilakukan pada rongga dada untuk melepaskan secret dari dinding saluran nafas.
(3). Caughing : membatukkan secret agar keluar.
Dalam tata laksananya, CPT biasanya dikombinasikan dengan terapi lain yang bertujuan untuk memudahkan pengeluaran secret, seperti penggunaan nebulizer ( inhalasi ), suction dan obat pengencer secret. Bagaimana CPT bisa membantu bayi yang mengalami batuk ?. Perlu diketahui, pada paru-paru dan saluran pernafasan selalu terdapat secret. Sekret ini berguna untuk membersihkan saluran pernafasan dengan menangkap debu dan kuman yang terhisap bersama udara dan membuangnya dengan batuk. Jika terjadi iritasi atau infeksi dari paru-paru, maka secret tadi akan diproduksi lebih banyak sehingga dapat mengganggu kerja system pernafasan. Nah, dengan tindakan CPT akan membantu mengalirkan secret keluar dari paru.
CPT dapat dilakukan kapanpun saat bayi memerlukan. Misalnya saat batuknya menjadi-jadi dan saat bayi nampak kepayahan dengan batuknya. Ada sebuah literature menyebutkan, waktu yang baik untuk memberikan CPT ialah di pagi hari setelah bangun tidur, namun bila diperlukan dapat dilakukan 3-4 kali sehari. Diberikan tidak lebih dari 10-20 menit. Lakukan sebelum makan atau 1 jam setelah makan. Sebaiknya disertai dengan penggunaan nebulizer agar lebih optimal.
PELAKSANAAN CPT
1. Langkah pertama : posisikan bayi sesuai letak secret.
Apabila bayi masih sangat kecil, posisi postural drainage dapat dilakukan dengan meletakkan bayi di pangkuan ibu yang merupakan tempat yang nyaman buat bayi.
2. Langkah kedua : tepuk-tepuk rongga dada bayi.
Lekukkan telapak tangan anda seperti mangkok untuk menepuk bayi. Udara yang terperangkap antara telapak tangan dengan dada atau punggung bayi akan menimbulkan tekanan ringan yang membantu melepaskan perlengketan sekret. Tepuk hanya pada rongga dada, jangan pada tulang belakang, sternum ( tulang dada tengah ). Sebaiknya terlebih dahulu meletakkan kain/handuk/selimut agar bayi lebih nyaman. Tepukan dapat dilakukan dengan 3 jari ( telunjuk, tengah dan manis ), satu tangan ataupun dua tangan bersamaan, tergantung luas area yang ditepuk.
3. Langkah ketiga : mengusahakan agar bayi batuk.
Jika bayi sudah mampu meniru batuk, ajak dia untuk batuk setiap kali selesai menepuk satu area dan meludahkannya. Jika belum bisa dan dia menelan sekret, jangan khawatir, karena sekret tersebut akan terbuat lewat feses.