Hari Jum’at yang lalu ketika saya memeriksa kesehatan Opa P di Panti Wreda Kasih milik gereja kami, ia bertanya kepada saya “Dok, do you speak English?” dengan logat Tegal.
Saya agak terkejut juga dengan pertanyaannya itu. Belum pernah ada warga Panti yang bertanya seperti itu. Rupanya ia ingin berkomunikasi dengan saya dalam bahasa Inggris.
Lalu saya menjawab “I don’t speak English, but if you want to speak English, please tell me.” ( Saya tidak berbicara Inggris, tapi bila anda mau, silahkan ).
Opa P berkata lagi “ Aha..ternyata Dokter juga bisa berbahasa Inggris, ya.”
Saya berkomentar “My English is not very well, but if you want to speak English I will try .” ( Bahasa Inggris saya tidak baik, tapi akan saya coba berkomunikai )
Opa P dia sejenak. Dari pada bengong lalu saya bertanya kepadanya
“How are you this morning”
Opa P menjawab ”I am fine, thank you.”
Saya bertanya lagi “Mr. P, did you sleep well last night? Have you a nice dream?”
Opa P menjawab “Yes, I sleep well last night. I have a dream, but I don’t remember anymore what is my dream! He..he..” sambil tersenyum.
Ketika Opa P tersenyum, tampak sekilas kecerahan wajahnya. Rupanya Opa P senang dapat berkomunikasi dengan saya dalam bahasa Inggris yang selama ini tidak dapat ia lakukan.
Setelah saya memeriksa kesehatannya, Opa P bertanya lagi “How is my health, Dok?”
Saya menjawab pendek “Your health is fine. No problem and don’t worry.”
Lalu saya berbicara dalam bahasa Indonesia , agar Ibu E ( Ibu Panti ) dan Pak S ( salah satu Pengurus Panti ) yang mendampingi saya dapat juga mengerti apa yang kami bicarakan. Saya ingin ceritakan sebuah kisah nyata yang lucu.
Begini kisahnya:
Suatu saat ia ngerumpi dengan temannya supir yang lain dalam bahasa Inggris, ia berkata:
“Litle little to me. Litle little to me, but my salary not up up.” ( Sedikit sedikit tugas diberikan kepada saya. Sedikit sedikit tugas diberikan kepada saya, tetapi gaji saya tidak naik-naik ). Ia ngomel dalam bahasa Inggris dengan Indonesian style.
Mungkin bahasa Inggris-nya kacau, tetapi yang penting orang lain dapat mengerti apa yang ia maksud. Tata bahasa ( grammer ) sering dilupakan dan kalau sudah mentok dipakailah bahasa Tarzan atau body language, bahasa tubuh agar lawan bicara dapat mengerti maksud kita.
Temannya tertawa terbahak-bahak.
Opa P, Ibu E dan Pak S akhirnya tertawa juga.
Ketika semua yang hadir dalam Ruang Periksa tertawa, saya merasa sudah membagikan sedikit kegembiraan bagi orang-orang lain.
Rupanya supir tadi hanya dapat berbahasa Inggris sedikit-sedikit, tetapi ia berusaha untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Maklum ia bekerja dalam lingkungan yang berbahasa Inggris. Meskipun ia mempunyai sedikit Talenta tetapi saya menghargainya.
Akhirnya Opa P mempunyai kesan lain terhadap saya.
Ia berkomentar “ Dok, you are a nice guy and humorist. I like that.”
Suatu sanjungan bagi saya. Saya malu diberi komentar seperti itu, karena saya merasa saya tidak persis seperti apa yang ia rasakan, tapi ya terserah dia saja. Hanya orang lain yang dapat menilai diri saya. Saya tidak bisa menilai diri sendiri. Yang penting saya sudah dapat memberikan apa yang saya miliki bagi mereka.
---
Sebuah Talenta yang kecil, bila ditekuni maka suatu saat akan memberikan manfaat yang besar.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.