Kemarin datang berobat seorang pasien Ny. L, 35 th.
Keluhannya Flu dan batuk, kasus yang saat ini banyak diderita pasein.
Setelah menerima resep obat, Ny. L mengeluh.
“Dok, besok saya mau ke Jakarta ada urusan keluarga.”
Saya menjawab “Ada masalah?”
“Saya pusing sama suami saya!”
“Emang ada apa dengan suami Ibu?” saya bertanya.
“Untuk urusan makan minum, suami saya tidak bisa melayani sendiri!”
“O..ya” saya terkejut juga kalau ada seseorang untuk keperluan diri sendiri saja ( self service ) tidak dapat dilakukan.
“Pembantu saya sedang pulang kampung. Jadi di rumah kami, tidak ada yang dapat melayani suami saya. Untuk Teh atau Kopi saja ia tidak bisa. Harus saya atau pembantu yang membuatkannya.”
Ya Tuhan, masih ada suami yang begitu. He..he..pecat sajalah, saya membatin.
“Jadi bagaimana kalau Ibu pergi keluar kota , siapa yang dapat meladeni suami Ibu?” saya bertanya ingin tahu.
”Itulah, Dok. Saya jadi pusing.”
Pusing bukan karena penyakit tetapi pusing karena ulah suaminya yang tidak dapat melayani diri sendiri meskipun itu hanya urusan makan minum yang sebenarnya mudah dikerjakan sendiri kalau ia mau.
“Jadi untuk urusan makan dan minum, suami saya harus pergi ke warung terdekat atau rumah makan.”
“Wah boros juga ya.” Saya berkomentar.
“Kalau Dokter bagaimana?” ia bertanya ingin tahu.
Saya menjawab “ Kalau saya sudah terbiasa sejak kuliah dahulu 40 tahun yang lalu, semuanya harus self service, mulai dari cuci pakaian, setrika, masak nasi pakai rice cooker, goreng telur / nasi goreng. Apalagi membuat Teh celup atau Kopi setiap hari saya lakukan sendiri sampai sekarang. Kalau pembantu pulang mudikpun, tidak masalah sebab kami dapat melakukannya sendiri tidak tergantung oleh orang lain. Lauk pauk teman nasi kadang beli masakan yang sudah jadi di Kedai Nasi terdekat. Jadi urusan rumah tangga bagi saya tidak menjadi masalah.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.