Sunday, December 13, 2009

Mencari Arsip lama


Pernahkah anda diminta untuk mencari sehelai surat yang dibuat setelah bertahun-tahun ( lebih dari 10 tahun)?

Kalau Surat itu penting, mungkin  kita menyimpan di tempat yang khusus sehingga mudah ketika kita akan mencarinya.

---

Kisah ini terjadi pada pertengahan tahun yang lalu.

Suatu sore datang Pak H ke rumah kami. Pak H ini seorang Guru SD dimana putri kami, NP pernah sekolah disana dan Pak H menjadi Guru Wali Kelas putri kami.

Pak H berkata “Dok, saya mau pinjam sertifikat NP.”

Saya menjawab “Sertifikat apa ya dan untuk apa, Pak?”

Putri kami sekolah SD sudah belasan tahun yang lalu, kemudian masih ditanya soal sehelai Sertifikat. Kalau benar dibutuhkan mengapa baru dimintakan sekarang. Sekarang putri kami sudah menyelesaikan pendidikan S2 di salah satu Perguruan Tinggi di Australia dan sudah bekerja disana. Rasanya aneh permohonan Pak H ini.

Pak H berkata lagi “Itu lho Sertifikat NP yang pernah menjadi murid Teladan Tingkat Propinsi Jabar.”

“Tahun berapa ya, Pak.”

Pak H menjawab “Sekitar tahun 1994.”

Glek..saya terhenyak. Berarti mencari Arsip Sertifikat yang sudah 14 tahun  yang lalu, tidak mudah.”

Saya menjawab dengan bergurau “Pak H,  arsip  surat biasanya hanya disimpan  untuk 5 tahun saja. Setelah itu dimusnahkan, misalnya arsip Resep di Apotik yang sudah lewat dari 5 tahun akan dibakar dengan dibuat Berita Acaranya. Oleh karena  Sertifikat itu merupakan sebuah kenang-kenangan bagi putri kami, rasanya kami masih menyimpan dengan baik. Nanti saya cari dulu.”

Samar-samar saya masih teringat Sertifikat itu tergantung di tembok Ruang Keluarga kami di lantai 2.

Pak H berkata lagi “Pak, masih ada engga ya Sertifikat itu yang akan saya buatkan Fotokopinya. Ini penting untuk saya.”

Saya bertanya lagi “Pak H, untuk apa sih Sertifikat itu?”

Pak H menjawab “Untuk meningkatkan status pekerjaan saya dan untuk menaikkan gaji saya.”

Ya Tuhan.. itukah penyebabnya. Saya terharu sekali, pasti akan saya bantu, tapi kok anehnya mengapa tidak beberapa bulan kemudian persyaratan itu diminta. Atau mungkin ada peraturan baru dibuat untuk menaikkan gaji seorang Guru SD?

“Baiklah Pak. Saya minta waktu 3 menit untuk mencari Sertifikat itu.”

Wajah Pak H menunjukkan wajah heran tidak percaya. 3 menit untuk mencari arsip Sertifikat yang sudah belasan tahun yang lalu.

Saya segera naik ke lantai 2 rumah kami dan mengambil sebuah Pigura tempat Sertifikat itu tergantung selama belasan tahun. Pigura itu masih baik.

“Inikah  Pak Sertifikat yang dimaksud?”

Pak H segera membaca teliti “Benar Pak. Bolehkah saya buat Fotokopinya?”

“Boleh, Pak.”

Sertifikat itu bertanggal 23 Agustus 1994 ( 14 tahun yang lalu ) sebagai pernyataan bahwa putri kami NP, menjadi murid Teladan Tingkat SD se Propinsi Jawa Barat, Juara Harapan Pertama ( Juara IV ) yang ditanda tangani oleh Bapak Gubernur Jawa Barat saat itu.

Dalam waktu 30 menit kemudian Pak H kembali ke rumah kami dan menyerahkan kembali Sertifikat yang di fotokopi.

Saya bertanya “Pak, mengapa Bapak harus menyerahkan  Fotokopi Sertifikat putri kami itu?”

Pak H menjawab “Untuk meningkatkan gaji saya.”

“Selama Bapak mengajar di sekolah  itu, mungkin sudah banyak murid yang dibimbing oleh Bapak jang menjadi Juara Tingkat Propinsi. Pak, sudah berapa banyak  murid  seperti itu?”

Pak H menjawab dengan semangat “Hanya satu, putri Bapak saja. Tidak ada lagi murid yang berhasil meraih Juara Tingkat Propinsi Jabar.”

Saya membatin “ Wah hebat ya putri kami. Kalau tidak ada putri kami maka gaji Pak H ini belum dapat naik.”

Pikiran saya flashback ke tahun 1994. Ketika itu saya masih ingat, kami   bertiga ( putri kami, Pak Guru H dan saya ) naik mobil Sedan jadul kami  dari Cirebon ke Bandung. Putri kami masuk sebuah tempat karantina yang berupa barak militer disebuah jalan di kota bandung selama 3 hari. Saya dan Pak H bermalam di sebuah penginapan. Setiap pagi, siang dan sore para orang tua diperbolehkan menengok putra/i mereka yang masuk karantina tsb. Saya dan Pak H minta ijin untuk tidak masuk kerja  untuk keperluan putri kami ini. Pada akhir perlombaan Teladan ini kami mendapat  berita bahwa putri kami NP ini meraih Juara IV dan mendapat sebuah Bea siswa berupa uang sebesar Rp. 25.000,- setiap bulan ( untuk uang sekolah yang saat itu Rp. 35.000,-/bulan ) selama 1 tahun. Lumayan. Bukan besarnya uang Bea siswa itu, tetapi penghargaannya itulah yang membuat kami gembira dan bangga setelah berjuang di tingkat Kecamatan, tingkat Kotamadya sampai di tingkat Propinsi. Kerja keras putri kami NP, akhirnya membuahkan hasil yang baik yang diberkati oleh Tuhan. Saat ini NP bekerja disebuah pabrik susu terbesar di kota Sydney, Australia. Mungkin ia sudah lupa, tetapi bagi kami selaku orang tua dan gurunya masih  ingat akan  peristiwa ini. “Tetap semangat, nak”.-

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.