Wednesday, December 23, 2009

Sirkumsisi (02)


Ah...sudah beberapa hari saya tidak posting ke Blog saya, karena kesibukan rutin menjelang akhir tahun 2009 ini.

Khitan atau sirkumsisi dilakukan atas beberapa indikasi, antara lain:

1. Keagamaam

2. Kesehatan

3. Kecelakaan ( terjepit rustleiting celana dll ).

Khitan umumnya dilakukan pada anak yang Muslim, tetapi ada juga yang bukan Muslim minta di khitan. Dalam kurun waktu 6 bulan ini saya melakukan khitan pada anak yang bukan Muslim. Cara yang saya pakai adalah pemotongan kulit Preputium ( kulup ) dengan alat kauter dengan sumber daya listrik PLN. 

Keuntungan cara ini adalah tidak terjadi perdarahan akibat pemotongan Preputium ini. Panas yang ditimbulkan oleh alat kauter akan  menutup pembuluh darah di kulit Preputium.

Anestesi lokal yang diberikan adalah cara Block anethesi dengan menyuntikkan larutan Lidocain 2% pada pangkal Penis.

Keburukan cara ini adalah: matinya aliran Listrik PLN, sehingga alat  kauter tidak berfungsi. Bila ini terjadi, maka saya menghidupkan alat pembangkit listrik  dari sebuah Generator dengan kapasitar 2.500 Watt yang sudah terpasang di rumah kami.

Sebelum khitan dilakukan saya minta tanda tangan ayahnya untuk menanda tangani Surat Ijin  untuk dilakukan khitan  kepada putranya.

---

Kasus pertama:

Henri ( bukan nama sebenarnya ), 6 tahun, non Muslim,  bila pergi ke Toilet di sekolah biasanya bersama beberapa teman sekolahnya. Teman-temannya  sering melihat alat kelamin H. H sering diejek karena belum di khitan. Ejekan teman-temannya ini menyebabkan H menjadi tidak PD dan minta kepada Ortunya untk minta dikhitan. Nah..saat liburan sekolah tiba H dikhitan oleh saya. H tidak diejek lagi oleh teman-temannya bila pipis di toilet sekolahnya. Khitan pada kasus H ini berdasar atas permintaan anaknya.

Kasus kedua:

Joni ( bukan nama sebenarnya ), 6 tahun, non Muslim  diantar oleh Ayah dan Ibunya ke tempat praktik saya untuk keperluan minta dikhitan. Alasan Ortu adalah  demi kesehatan. Jadi khitan dilakukan atas kemauan Ortunya ( pada kasus Henri, atas kemauan anaknya  sendiri ). Saya periksa keadaan fisik dan penis J yang dalam keadaan normal. Khitan saya janjikan akan dilakukan keesokan paginya. Prosedurenya sama  dengan apa yang dilakukan kepada Henri. Dalam waktu sekitar 30 menit, selesai semuanya termasuk  pemberian informasi apa yang harus dilakukan oleh J yaitu minum obat anti infeksi dan anti nyeri dan mengoleskan salep antibiotika. Saya bekerja single fighter saja, tanpa asisten. Ayah yang mendampingi J lebih bersifat untuk memberikan mental support agar ybs tidak panik / takut.

Puji Tuhan semuanya berjalan baik. Sampai saat ini tidak ada keluhan setelah khitan dilakukan.-

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.