2 minggu yang lalu kami menerima suatu Undangan Pernikahan putri dari dari seorang relasi, Tn. Muhtar ( bukan nama sebenarnya ) dari suatu Keluaraga yang berada di kota kami.
20 Juni 2009 sore kami menghadiri resepsi Pernikahan itu di sebuah gedung yang cukup bagus. Hidangan yang tersedia berlimpah dan cita rasanya menggugah selera makan kami. Maklum suatu perjamuan dari keluaraga yang cukup kaya.
Pada saatnya kami mohon diri ketika banyak tamu sudah meninggalkan gedung perjamuan. Ketika kami hendak mengucapkan selamat dan mohon pamit, tidak ada tamu lain di belakang kami. Kepada ayah dari mempelai wanita, saya menjabat tangannya dan mengucapkan “Tuan Muhtar, kami mengucapkan Selamat “
Wajah Tn. Muhtar datar, tidak ada gambaran gembira, tidak ada suara balasan dari mulutnya ketika diberi ucapan Selamat oleh saya. Tn. Muhtar ini diam saja. Aneh.
Memang dunia kita ini sudah aneh.
Paling tidak, saya akan menerima ucapan “Terima kasih, anda sudah datang.”
Jangankan ucapan terima kasih, sedikit senyuman-pun tidak saya lihat.
Saya tidak berkomentar apapun terhadap isteri saya yang mendampingi saya menghadiri perjamuan ini. Ketika kami pulang, perasaan saya hampa. Hidangan yang bagus dan berlimpah, tidak diimbangi dengan inner beauty yang bagus juga.
Mungkin pikiran Tn. M sedang kacau, saya tidak tahu. Dunia sudah aneh, seaneh inner beauty-nya.
---
Kutipan:
Mudah untuk menerima.
Sukar untuk memberi.
20 Juni 2009 sore kami menghadiri resepsi Pernikahan itu di sebuah gedung yang cukup bagus. Hidangan yang tersedia berlimpah dan cita rasanya menggugah selera makan kami. Maklum suatu perjamuan dari keluaraga yang cukup kaya.
Pada saatnya kami mohon diri ketika banyak tamu sudah meninggalkan gedung perjamuan. Ketika kami hendak mengucapkan selamat dan mohon pamit, tidak ada tamu lain di belakang kami. Kepada ayah dari mempelai wanita, saya menjabat tangannya dan mengucapkan “Tuan Muhtar, kami mengucapkan Selamat “
Wajah Tn. Muhtar datar, tidak ada gambaran gembira, tidak ada suara balasan dari mulutnya ketika diberi ucapan Selamat oleh saya. Tn. Muhtar ini diam saja. Aneh.
Memang dunia kita ini sudah aneh.
Paling tidak, saya akan menerima ucapan “Terima kasih, anda sudah datang.”
Jangankan ucapan terima kasih, sedikit senyuman-pun tidak saya lihat.
Saya tidak berkomentar apapun terhadap isteri saya yang mendampingi saya menghadiri perjamuan ini. Ketika kami pulang, perasaan saya hampa. Hidangan yang bagus dan berlimpah, tidak diimbangi dengan inner beauty yang bagus juga.
Mungkin pikiran Tn. M sedang kacau, saya tidak tahu. Dunia sudah aneh, seaneh inner beauty-nya.
---
Kutipan:
Mudah untuk menerima.
Sukar untuk memberi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.