Manakah yang ingin anda miliki: Sedan / Anak / Keduanya?
1. Ada Pasutri yang memunyai keinginan mempnyai sebuah mobil Sedan. Bersusah payah menabung untuk dapat membeli Sedan dengan cara angsuran ( kalau beli kontan, bisa dicurigai, dari mana uang itu?). Kalau ada uang maka Sedan dapat dimiliki.
3. Ada Pasutri lain yang mempunyai Sedan dan Anak, tetapi anaknya disia-siakan. Lebih mementingkan Sedan dari pada mengasihi anaknya. Aneh tapi nyata.
---
Dalam Kebaktian pagi di Gereja kami, Bpk. Pendeta kami menceritakan sebuah ilustrasi yang sangat menarik:
Ada sebuah Pasutri yang sudah mempunyai anak, Anton ( bukan nama sebenarnya ), usia 4 tahun. Pak Harman ( bukan nama sebenarnya ) akhirnya dapat mempunyai sebuah Sedan baru, warna Putih idamannya. Suatu hari Pak Harman berangkat ke Kantor naik Sepeda motornya. Ia masih merasa sayang Sedan yang masih mulus itu tergores ketika dibawa ke Kantor tempat kerjanya.
Anton yang mulai gemar menggambar, hari itu dengan sebuah Spidol membuat macam-macam gambar diatas permukaan Sedan putih ayahnya. Anton bangga sudah dapat membuat gambar di hampir seluruh permukaan badan Sedan itu.
Pak Harman sepulang dari Kantor, langsung menuju garasi dan mendapatkan Sedan Putih mulus yang baru dimilikinya, penuh dengan coretan Spidol. Pak Harman bertanya kepada Pembantunya. Jawab Pembantunya “Saya tidak tahu Tuan, siapa yang melakukannya. Sepanjang hari saya bekerja di dalama rumah dan Dapur untuk menyiapkan makanan.”
Saat itu datanglah, Anton mendekati ayahnya dan berkata “ Ayah, bukankah gambar saya itu bagus?”
Bukannya memuji Anton, ia malah Pak Harman naik pitam dan berkata kepada putranya “ Anton, kenapa engkau mencoret-coret Sedan ayah? Engkau harus dihukum.”
Tanpa mau mendengar alasan Anton, Pak Harman mengambil sepotong Kayu. Kedua tangan Anton dipukulinya, akibatnya tangan Anton luka dan berdarah. Anton menangis keras-keras, tetapi ayahnya tidak peduli. Perbuatan Pak Harman baru berhenti setelah isterinya memohon agar Anton tidak dipukul lebih lanjut.
---
Sampai disini kisah itu berakhir dengan tragis, tetapi kalau mau dilanjutkan maka kisahnya lebih tragis lagi:
Ibu Anton sedih dan juga marah kepada suaminya yang telah tega berbuat begitu kepada putra mereka, satu-satunya anak yang merupakan keturunan mereka, tetapi kini tangannya cacad berat akibat perbuatan suaminya. Suaminya lebih mementingkan Sedannya dari pada anaknya. Akhirnya isterinya minta cerai, Anton dibawa ibunya. Hiduplah Pak Harman seorang diri dengan sebuah Sedan putih yang penuh coretan Spidol anaknya. Lalu untuk apa hidup ini?
---
Kalau Pak Harman berbuat dengan hati ( bukan dengan pikiran / otaknya ), maka mungkin kisahnya begini:
Anton dipuji bahwa ia sudah dapat menggambar ( tidak semua anak dapat menggambar dengan baik seusianya ). Kemarahannya diredam ( biarlah nanti catnya diperbaiki dibengkel cat mobil ). Untuk mewujudkan kasih sayang kepada ankanya, Anton selanjutnya disediakan sebuah Kanvas untuk melukis atau sebuah Papan Tulis putih ( white board ) sebagai sarana untuk pendidikan menggambar Anton. Pemecahan masalah yang Win-win solution.
---
Kalau anda menjadi Pak Harman, solusi manakah yang akan diambil?
---
Pesan moralnya:
Berpikirlah dahulu lalu bertindak, bukan bertindak dahulu baru berpikir.
---------------------------------------------------------------------------
Walau kecil talentamu, berikanlah yang terbaik untuk Tuhan
---------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.