Ini sebuah Kisah kejujuran manusia yang lain.
Tanggal 4 Juni 2009 sekitar pukul 18.45 saya mendapat telepon dari seseorang. Ternyata ia teman saya, pemilik sebuah toko yang tidak jauh dari tempat praktek saya.
Pak S. menyatakan bahwa ia sudah berada di rumahnya yang jauh dari lokasi Tokonya. Katanya ada seorang karyawannya yang tinggal/menunggui toko yang sakit demam dan ingin berobat kepada saya tetapi, bayar docor fee-nya tidak bisa saat itu, karena karyawannya tidak dibekali uang. Pak S sendiri sering datang berobat kepada saya.
Saya menjawab “No problem, asal pasien segera datang ke tempat praktek saya”
10 menit kemudian, pasien Pak A. datang ke tempat praktek saya dengan dibonceng motor putra Pak S.
Setelah bertanya dan melakukan pemeriksaan fisik, saya membuat Diagnosa kerja: Observasi Febris, sebab belum dilakukan pemeriksaan Laboratorium dll. Kemungkinan besar pasien menderita Typhus. Pak A saya beri resep obat: anti biotika kapsul, anti demam tablet dan vitamin tablet. Pasien pulang dan tidak bicara soal biaya pemeriksaan, karena saya sudah maklum.
Keesokan harinya tidak ada yang mengantar uang biaya pemeriksaan. Mungkin Pak S lupa atau pura-pura lupa. Sampai tanggal 7 Juni 2009 saat saya mengetik artikel ini, juga masih belum ada beritanya, apalagi uangnya.
Saya membatin: “Mengapa ada orang yang menyatakan berhutang tetapi tidak segera melunasinya meskipun ia bukan orang yang tidak punya.” Kalau ia tidak punya, saya bisa maklum. tetapi kalau ia mampu mengapa ia tidak mau membayar? Aneh tapi nyata.
Mengapa tidak ditagih saja?
Saya malas melakukannya. Untuk apa? Kalau tidak mau membayar, ya sudahlah.
Mungkin itu bukan rejeki saya.
Bagi saya tidak masalah, tetapi lain kali saya tidak mau melayaninya lagi. Cari Dokter lain saja.
Pesan moralnya:
Seringkali kebaikan kita, tidak dihargai oleh orang lain.
Suatu saat hukum karma akan menimpa dirinya.
Tanggal 4 Juni 2009 sekitar pukul 18.45 saya mendapat telepon dari seseorang. Ternyata ia teman saya, pemilik sebuah toko yang tidak jauh dari tempat praktek saya.
Pak S. menyatakan bahwa ia sudah berada di rumahnya yang jauh dari lokasi Tokonya. Katanya ada seorang karyawannya yang tinggal/menunggui toko yang sakit demam dan ingin berobat kepada saya tetapi, bayar docor fee-nya tidak bisa saat itu, karena karyawannya tidak dibekali uang. Pak S sendiri sering datang berobat kepada saya.
Saya menjawab “No problem, asal pasien segera datang ke tempat praktek saya”
10 menit kemudian, pasien Pak A. datang ke tempat praktek saya dengan dibonceng motor putra Pak S.
Setelah bertanya dan melakukan pemeriksaan fisik, saya membuat Diagnosa kerja: Observasi Febris, sebab belum dilakukan pemeriksaan Laboratorium dll. Kemungkinan besar pasien menderita Typhus. Pak A saya beri resep obat: anti biotika kapsul, anti demam tablet dan vitamin tablet. Pasien pulang dan tidak bicara soal biaya pemeriksaan, karena saya sudah maklum.
Keesokan harinya tidak ada yang mengantar uang biaya pemeriksaan. Mungkin Pak S lupa atau pura-pura lupa. Sampai tanggal 7 Juni 2009 saat saya mengetik artikel ini, juga masih belum ada beritanya, apalagi uangnya.
Saya membatin: “Mengapa ada orang yang menyatakan berhutang tetapi tidak segera melunasinya meskipun ia bukan orang yang tidak punya.” Kalau ia tidak punya, saya bisa maklum. tetapi kalau ia mampu mengapa ia tidak mau membayar? Aneh tapi nyata.
Mengapa tidak ditagih saja?
Saya malas melakukannya. Untuk apa? Kalau tidak mau membayar, ya sudahlah.
Mungkin itu bukan rejeki saya.
Bagi saya tidak masalah, tetapi lain kali saya tidak mau melayaninya lagi. Cari Dokter lain saja.
Pesan moralnya:
Seringkali kebaikan kita, tidak dihargai oleh orang lain.
Suatu saat hukum karma akan menimpa dirinya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.