Kemarin saya mendapat pasien dengan Diagnosa Kejang demam. Anisa, seorang Balita usia 3 tahun sejak 3 hari yang lalu menderita Radang Telinga Tengah Kanan. Kata Ibunya hari itu tubuh Anisa demam mendapat serangan Kejang. Kejang pada pasien anak yang kejang biasa disebut Kejang Demam. Penyebab demamnya sendiri dapat bermacam-macam seperti: Radang Telinga Tengah, Radang Saluran Kencing, Radang Saluran Pernafan, dll. Pemberian obat anti kejang yang dimasukkan ke dalam lubang dubur Anisa memberikan efek menghilangkan kejang dan pasien tertidur.
Bila menghadapi pasien anak yang Kejang demam, pikiran saya flash back ke tahun 1984. Saat itu saya bertugas di salah satu Puskesmas di kota Cirebon. Suatu pagi sekitar pukul 09.00 sebelum rombongan kami berangkat ke salah satu Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas, ada seorang pembantu rumah tangga yang disuruh majikannya memanggil dokter Puskesmas ( saya ).
Setiba di rumah pasien, Balita, 1 tahun, laki-laki, Ibu Lili ( bukan nama sebenarnya ) menjelaskan bahwa putranya, Joni ( bukan nama sebenarnya ) sejak kemarin batuk pilek demam, 1 jam yang lalu, Joni Kejang dan minta pertolongan Doker Puskesmas. Rumahnya dibelakang gedung Puskesmas kami.
Pada pemeriksaan kilat saya mendapatkan tubuh Joni demam tinggi, Mata tebalik ke atas, kedua lengan bawahnya melipat membentuk sudut 30 derajat ke arah lengan atas. Joni tidak sadar. Joni menderita Kejang demam.
Saya berkata kepada Ibu Lili bahwa Joni perlu mendapatkan obat secepatnya melalui suntikan anti kejang yang sudah saya siapkan dari Puskesmas.
Ibu Joni berkata “Dokter, Joni jangan disuntik. Saya takut.”
Saya jadi bingung, pemberian obat anti kejang melalui suntikan akan dengan cepat menghilangkan kejang etapi kok tidak diperbolehkan. Saya tidak mempunyai obat anti kejang yang dapat diberikan melalui lubang dubur.
Ibu Lili memohon “ Tolonglah Dokter, tapi Joni jangan disuntik.”
Saya menjawab “Baik. Baik. Kalau begitu saya buatkan resep untuk Joni”.
Saya menulis resep berupa 2 Tube anti kejang via dubur, puyer anti kejang dan Antibiotika sirop. Saya memberikan resep obat itu kepada Ibu Lili dan berpesan agar setelah dibeli, obat anti kejang itu harus segera dimasukkan ke dubur Joni.
Saya kembali ke Puskesmas dan bersiap-siap untuk menuju Posyandu sesuai jadwal hari itu.
Keesokan paginya, bu Lili sudah menunggu saya di ruang kerja saya. Saya agak terkejut, pagi-pagi sudah ada tamu menunggu saya.
Saya menyapa Ibu lili “Met pagi, Bu. Ada apa ya?” Saya khawatir kalau-kalau ada masalah dengan putranya , Joni.
Ibu Lili menjawab “Dokter, saya mau membayar biaya pengobatan kemarin ketika dokter memeriksa Joni.”
Saya menjawab “Ibu Lili, tidak usah membayar apa-apa, sebab saya tidak dapat menolong Joni.”
Ibu Lili berkata lagi “ Kemarin kan, Doker datang ke rumah kami, memeriksa Joni dan memberikan resep untuk Joni.”
Saya menjawab “ Oh.. itu. Sudahlah, Bu.Ibu tidak perlu membayar apa-apa. Yang penting Joni dapat selamat. Bagaimana kabarnya dengan Jni pagi ini, Bu.”
Ibu Lili berkisah “Setelah saya mendapat resep dari Dokter, saya menemui Ibu Dokter Ester ( bukan nama sebenarnya) yang dokter langganan kami. Saya menceritakaan penyakit Joni.Dr. Ester bertanya mana resep dari Dokter Basuki? Setelah membaca resep itu, Dr.Ester berkata ini resep sudah benar, cepat dibelikan di Apotik terdekat.
Saya langsung menuju salah apotik terdekat. Obat anti kejangnya saya masukkan ke dubur Joni dan Joni tertidur. Siang hari Joni terbangun dan minta makan. Sekarang Joni tidak demam lagi setelah minum obat dari resep Dokter Basuki. Begitu, Dokter ceritanya.”
Astaga…. berapa puluh menit mulai Ibu Ester mencari Dr. Ester, beli obat di apotik dan kembali pulang dan memasukkan obat anti kejang kepada Joni. Minimal 1 jam. Padahal menit sel-sel otak tidak mendapat Oksigen, mereka akan mati. Selama 60 menit ( minimal ) sudah berapa ratus ribu sel-sel otak Joni ada yang mati akibat kekurangan Oksigen ketika Joni demam? Matinya sel-sel Otak ( neuton ) tentu berdampak buruk terhadap tingkat kepandaian dll dari pasien.
Mengapa Ibu Lili tidak segera membeli obat itu langsung saja ke Apotik?
Saya merasa disepelekan oleh Ibu Lili, itulah sebabnya saya tidak usah meminta doctor fee dari Ibu Lili. Ia mohon bantuan dari seorang Dokter, tetapi ia tidak yakin akan pengobatan yang diberikan dokter itu. Ia minta second opinion dari dokter lain dan ini membuang banyak waktu yang akan mematikan banyak neuron anaknya!
Ya sudah mau apa lagi.
Sebelum Ibu Lili meninggalkan Ruang kerja saya, saya masih penasaran mengapa dia tidak mengijinkan saya menyuntik anaknya? Padahal tindakan itu perlu untuk mengatasi demamnya.
Jawaban Ibu Lili masuk diakal juga, katanya “Dok, 2 tahun yang lalu Stefen, kakak Joni juga menderita Kejang damam. Oleh salah seorang dokter, Stefen disuntik dan akhirnya Stefen meninggal dunia. Saya trauma kalau Joni disuntik, khawatir akan meninggal dunia juga.”
Saya menjawab “Oh..gitu alasannya, Bu. Baiklah. Ibu harus berupaya agar Joni tidak menderita demam. Kalau demam segera diberi obat penurun demam dan segera memeriksakan diri kepada dokter.”
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.