Semalam saat saya merapihkan berkas arsip surat-surat di dalam filling cabinet, saya menemukan segepok amplop surat. Surat lama.
Ada yang berasal dari adik saya saat bertugas di Kepulauan Solomon, dari adik ipar saya di kota Urbana, USA, adik ipar di Sydney, Australia dll.
Yang paling menarik perhatian saya adalah sepucuk surat bersampul warna biru muda.
Surat itu bertanggal 15-08-1984 yang dikirimkan sebuah kota di USA. Surat itu dari ayah saya yang saat itu sedang mengikuti perjalanan sebuah tour ke negara Amrik.
Isi surat itu mengabarkan bahwa ayah, ibu dan peserta tour lainnya sudah tiba disana dengan selamat. Selama mengikti tour tsb, selain surat ayah juga mengirim beberapa postcard bergambar objek-objek pariwisata setempat.
Memori saya kembali ke masa silam. Saat menerima surat dan postcards itu, saya merasa senang dan bersyukur bahwa orang tua saya dapat menikmati perjalanan wisatanya.
Yang paling berkesan adalah kebiasaan ayah untuk menulis surat kepada saya sebagai putranya. Saya terharu kalau melihat kembali surat dan postcards yang telah saya terima. Kebiasaan menulis rupanya menurun kepada saya.
Orang bijak pernah berkata “Menulis adalah salah satu cara untuk menghilangkan Stres.”
Surat-surat itu tidak pernah dapat saya balas, sebab ayah tidak mencantumkan alamat saat mengirim surat. Kalaupun ada alamatnya, maka balasan surat saya yang paling cepat akan datang sekitar 10 hari ( pos ), juga tidak akan dapat diterima ayah saya sebab 10 hari kemudian ayah sudah berpindah tempat mengikui jadwal tour-nya.
Yang unik adalah saat ayah dan ibu kembali ke kota kami, ayah bertanya apakah surat dan postcard yang terakhir ayah kirim dari sebuah tempat pariwisata sudah saya terima atau belum?
Saya jawab belum. 2 hari kemudian saya menerima surat dan postcard itu ( via pos ) yang dimaksud. Yang mengirim surat sudah tiba di kota kami, tetapi suratnya masih belum tiba. Jadi lebih cepat tiba orangnya dari pada suratnya!
Sekarang saya tidak dapat berkomunikasi dengan ayah lagi, baik melalui ucapan maupun melalui surat, sebab ayah sudah meninggalkan kami untuk selama-lamanya pada bulan Mei 1992.
Beberapa kali saya berjumpa dengan ayah yang tersenyum dalam mimpi saya, tetapi ayah tidak berpesan apa-apa kepada saya. Saya tidak dapat melupakan saat-saat indah ketika ayah masih bersama kami. Meskipun kertas surat sudah mulai lapuk, saya masih menyimpan surat-surat kenangan itu.-
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.