Kemarin pagi sekitar pukul 08.00 saya berjalan kaki menuju tempat praktik kedua yang juga menjadi tempat pratik isteri saya pada sore hari. Oleh karena jaraknya hanya sekitar 300 meter, sering kali saya berjalan kaki atau naik sepeda menuju kesana.
Ditengah perjalanan saat saya berjalan di jalur trotoir jalan, ada seorang bapak pengendara sepeda motor menyapa saya “Met pagi, Dok.”
Saya tidak tahu siapa bapak itu. Beberapa detik kemudian saya hanya dapat melihat punggungnya tanpa dapat melihat wajahnya.
Beberapa saat kemudian, bapak itu sudah tiba di depan tempat praktik saya tadi. Dari jarak 75 meter saya melihatnya seolah ia menunggu kedatangan saya.
Benar ketika saya berhadapannya dengan bapak ini, saya mengenalnya sebagai Pak S, pasien lama saya.
Saya berkata “Met pagi, pak.”
Pak S menjawab “Met, pagi, Dok. Saya mau berobat karena Diare.”
Setelah membukakan Ruang Tunggu dan mempersilahkannya masuk ke Ruang Periksa, pertanyaan pertama saya adalah “ Pak, tadi Bapak naik sepeda motor melewati saya yang berjalan kaki. Kalau Bapak ingin cepat dilayani oleh saya, mengapa Bapak tidak menawarkan saya untuk dibonceng sepeda motor Bapak?”
Tidak ada rasa bersalah atau penyesalan yang tampak dari wajahnya.
Ia cuek saja dan berkata “Semula saya ingin begitu, tetapi saya ragu apakah dokter mau naik sepeda motor saya.”
Astaga…jangankan naik sepeda motor, naik sepeda saja saya lakukan hampir setiap hari, yang saya anggap sebagai olah raga rutin saya. Lalu apa salahnya saya naik sepeda motor? Katakanlah untuk berbuat suatu kebaikan, mengapa tidak ditawarkan dahulu kepada saya untuk ikut naik sepeda motornya. Hal ini tidak ia lakukan dan ia sudah memutuskan bahwa saya pasti tidak mau naik sepeda motornya.
Saya bukannya ingin naik sepeda motor itu, karena jarak tempuh saya juga hanya tinggal 100 meter lagi. Tidak masalah kalau saya tetap berjalan kaki.
Masalahnya mengapa seseorang yang ingin mendapat bantuan dari saya tetapi sedikitpun tidak mau memberikan tumpangan kepada orang yang akan dimintai bantuannya.
Setelah mendapat pelayanan pemeriksaan dan sebuah suntikan, Pak S meninggalkan Ruang Periksa setelah ia mengucapkan “Terima kasih, Dok.”
Sampai disitu saya mempunyai kesan tersendiri terhadap pasien yang satu ini. Pagi itu saya mendapat sebuah pengalaman batin lagi. Selamat pagi.
Have a nice day. Ciao.-
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.