Sebenarnya sejak tadi pagi kisah nyata ini malas saya tulis.
---
Traffic accident atau kecelakaan lalu lintas setiap hari banyak terjadi di jalan raya. Hal ini juga terjadi saat arus mudik dan arus balik menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri di semua jalan raya.
Korban-korban berjatuhan di saat hari yang semestinya membahagiakan mereka tetapi sebaliknya hanya penyesalan dan kematian yang terjadi. Meskipun kita sudah berhati-hati mengendarai kendaraan kita, kecelakaan dapat terjadi akibat ulah pengendara lain yang ugal-ugalan mengendarai kendaraannya karena ngantuk, mabuk, bicara di handphone atau hal lain.
Di banyak negara dilarang bicara di Handphone saat mengendarai kendaraan dan akan mendapat sangsi berat. Ternyata peraturan tetap peraturan dan setiap saat selalu ada yang melanggarnya. Kami sering melihat ada banyak penyebrang jalan raya, melintas sambil bicara via Handphone mereka. Kalau tertabrak kendaraan yang melintas, siapa yang salah? Peraturan dibuat bukan untuk ditaati tetapi untuk dilanggar.
Ketika saya mengunjungi Blog saya, teringat lagi kisah nyata kami pada pagi ini, sehingga saya memutuskan untuk posting artikel kisah nyata ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Amin.
---
Sepulang dari Kebaktian pagi di Gereja, mobil kami meluncur ke rumah kami.
Ketika sekitar 75 meter dari sebuah pertigaan jalan raya, saya dan isteri saya jelas-jelas melihat ada sebuah Sepeda motor yang dikendarai oeh seorang Bapak yang membonceng seorang wanita ( mungkin isterinya ) berada di jalur Kiri.
Ketika tiba di titik 50 meter dari pertigaan jalan, kami melihat Sepeda motor itu berbelok ke Kanan dan berada persis di tengah pertigaan jalan raya atau di depan mobil kami. Kami kaget luar biasa, mengapa Sepeda motor itu melintas ke arah Kanan tanpa mereka memberi tanda akan berbelok arah ke kanan ( menyalakan lampu Sein atau melambaikan tangan ke kanan ). Konyol juga nih Sepeda motor.
Laju mobil kami sebenarnya tidak teralu cepat, sekitar 40 Km/jam saja. Secara reflex saya menginjak pedal Rem mobil kami secara maksimal. Terdengar denyit suara keras akibat gesekan karet 4 ban mobil kami dengan permukaan Aspal jalan raya. Saat itu jarak Sepeda motor dan mobil kami sekitar 5 – 10 meter, cukup dekat. Pada detik berikutnya Sepeda motor itu sudah tidak berada di depan mobil kami. Saya melambatkan laju mobil kami dan melihat ke arah mereka. Kami melihat sang Bapak dan Wanita itu menengok ke arah kami. Mungkin mereka marah dan menyalahkan kami, sebab nyaris Sepeda motor mereka tertabrak mobil kami. Paling enak kalau menyalahkan orang lain. Mestinya coba introspeksi diri sendiri dahulu.
Mengapa ketika mereka berada di jalur Kiri, mendadak berbelok arah ke Kanan ( nyaris tegak lurus ). Bila mau belok ke Kanan, kalau saya yang mengendarai Sepeda motor itu, maka saya akan bertindak:
- Berada di jalur sebelah Kanan untuk bersiap-siap akan berbelok ke kanan
- Memberi tanda dengan menyalakan lampu Sein sebelah kanan
- Kalau perlu melambaikan tangan kanan ke arah Kanan.
agar kendaraan-kendaraan lain yang berada di belakang saya mengerti bahwa saya akan belok Kanan.
Kalau berada di jalur Kiri, lalu mendadak berbelok ke arah Kanan dan saat itu ada kendaraan yang meluncur cepat. Apa jadinya? Benar! terjadilah Traffic accident. Siapa yang salah? Ceritanya jadi panjang…..
Pada kisah nyata pagi itu, kami bersyukur bahwa Traffic accident tadi tidak terjadi.
Kalau rem mobil kami tidak bekerja dengan baik atau saya terlambat beberapa detik menginjak pedal rem, maka cerita ini bisa berbeda.
Kami bersyukur kami dan mereka terhindar dari Traffic accident.
---
Dalam kehidupan, paling mudah menyalahkan orang lain, sedangkan kebaikan orang lain kita lupakan.
Mengapa?
Oleh karena perlu dicari siapa yang salah, padahal kita sendiri yang bersalah, tetapi tidak mau disalahkan orang lain.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.