Siapa yang belum mengenal Tikus?
Ada bermacam species Tikus. Ada Tikus Rumah, Tikus Sawah, Tikus Selokan ( Wirog ) dll. Tikus merupakan musuh bagi para Petani di Sawah atau Ladang. Panen Padi bisa gagal akibat hama Tikus.
Di Tahiland,Tikus Sawah ramai-ramai ditangkap dan dagingnya diolah menjadi Dendeng Tikus yang dijual di Pasar Tradisionil. Masyarakat disana mau membeli Dendeng ini untuk dijadikan Lauk pauk makan.
Demikian pula di rumah kami. Sejak bertahun-tahun saya sering menagkap Tikus dengan berbagai cara seperti: Jepretan Tikus, Sangkar Tikus, Umpan Tikus yang diberi Racun siap pakai dan Lem Tikus. Tikus jaman sekarang sudah lebih pintar. Mereka tidak mau masuk Sangkar Tikus atau mau makan umpan di Jepretan Tikus. Cara terakhir yang saya rasakan cukup efektip adalah dengan Lem Tikus.
Lem Tikus ini ( dapat dibeli di toko Besi terdekat ) di letakkan pada selembar karton, Seng bekas tutup kaleng yang cukup lebar dll. Ditengah Karton ber-lem itu ditaruh umpan makanan Tikus: Ikan asin bakar, Kelapa bakar dll. Bila ada Tikus yang lapar dan mencoba memakan umpan itu maka kaki, ekor dan badan Tikus akan melekat erat di Lem tadi. Sampai pagi ( saat saya periksa ) Tikus itu masih hidup mengerang-ngerang. Ingin melarikan diri, tetapi tidak bisa.
Dahulu ketika kami memelihara beberapa ekor Anjing penjaga rumah. Jarang ada Tikus keliaran di rumah. Bila masih nekat juga maka Tikus-tikus itu akan dikejar oleh Anjing dan pasti akan ditangkapnya.
Beberapa tahun yang lalu saat saya akan menghidupkan Sedan saya, mesin tidak dapat berputar. Saat saya periksa ada Fan belt ( tali kipas ) yang putus akibat gigitan Tikus. Pak Montir langganan saya menggantinya. Harga Fan belt ini tidak mahal, tetapi ongkos pasangnya lebih mahal dari harga Fan belt ini, sebab ia menggantinya di rumah kami bukan di bengkelnya. Ada ada tambahan biaya transport.
Montir kami menyarankan agar dipasang sebuah kaleng yang berlubang-lubang yang diisi Kamper barus ( kamper untuk pakaian ). Kaleng ini dipasang dengan mengikatnya dengan seutas kawat pada daerah yang dekat dengan karet seperti Fan belt dll. Bila perlu ada beberapa kaleng yang dipasang. Tikus akan menjauh bila mencium bau Kamper barus ini. Memang cukup efektip. Sejak saat itu Fan belt Sedan / Minibus kami aman dari gigitan Tikus yang usil.
Kami heran Tikus rumah ini datang saling bergantian. Minggu ini ada Tikus rumah yang tertangkap, lain minggu ada lagi yaitu Celurut ( tikus yang bermoncong agak meruncing ).
Saat kami masih sering datang ke RS Umum di kota kami, kami sering melihat banyak Tikus berbadan besar dan gemuk-gemuk berlarian di sebuah solokan. Rupanya mereka hidup dari sisa-sisa makanan pasien yang dibuang ke tempat sampah. Kami melihat beberapa Kucing yang ngantuk pada siang hari, cuek saja terhadap Tikus-tikus itu. Mungkin menerka juga takut kepada mereka. Habis ukuran badannya hampir sama sih.
2 hari yang lalu kami jengkel banget. Masalahnya meja dapur kami menjadi kotor dengan bekas / sisa makanan berupa Cabe merah, Cabe rawit yang berada di sebuah tempat plastik menjadi acak-acakan. Sisa-sisa cabe masih berantakan di sudut meja dapur. Ah….pasti ini ulah Tikus lagi nih kami pikir.
Saat saya akan memberi makan ikan Koki di sebuah Akuarium di teras belakang rumah, kotak plastik berisi pelet makanan ikan tidak berada di tempatnya. Ternyata berada di kolong meja Akuarium dan beberapa bagian berlubang belas digigit Tikus. Ini pasti ulah kawanan Tikus yang sama.
Keluhan saya dan isteri saya sama. Jengkel terhadap Tikus-tikus itu.
Pukul 19.00 saya memasang Lem Tikus pada 3 lembar seng bekas Pelat nomer mobil yang tidak terpakai. Yang satu diletakkan di kolong Akuarium, yang satu di letakkan berjarak 1 meter dan yang lain saya letakkan di kolong meja dapur. Lampu teras saya padamkan.
Kami berharap malam ini Tikus-tikus ini dapat terjebak pada Lem Tikus yang saya pasang. Pukul 19.30 saat kami melihat tayangan sebuah film di TV, kami mendengar bunyi cit…cit…cit… dari arah teras belakang rumah.
Istri saya berkata kepada saya “Nah itu pasti Tikus yang terjebak di Lem. Coba periksalah.”
Saya menyalakan Lampu teras belakang dan….benar ada seekor Tikus rumah ukuran sedang, yang bergerak-gerak sambil mengerang-ngerang cit..cit…Nah benar, ini Tikusnya. Saya ketok kepalanya dengan sebuah balok kayu. Matilah sang Tikus. Kasihan juga.
Saya biarkan Tikus itu, untuk menunggu sampai pagi hari. Pasti masih ada kawan-kawannya yang berliaran yang belum terjebak.
Pagi hari pukul 05.00 saat saya memeriksanya kembali, ternyata pada sebuah Seng ber-Lem ada 3 ekor Tikus dan pada Seng yang lain ada 1 ekor Tikus. Ah…ini sebuah keluarga Tikus rumah yang nyelonong ke rumah kami. Mereka tertangkap basah. Merekalah yang selalu mengobrak-ngabrik meja dapur kami dan makanan ikan Koki kami.
Kepala mereka saya getok dengan balok yang sama. Saya bungkus dengan kertas Koran bekas dan saya buang ke Gerobak tempat sampah di sekitar rumah kami.
Untuk sementara aman, tetapi malam nanti saya akan memasang Lem Tikus kembali. Siapa tahu masih ada Tkus yang berkeliran mencari makan di rumah kami.
---
Ngomong-ngomong soal Tikus.
Saya pernah membaca sebuah tulisan di Koran. Ada seorang wartawan yang bertanya kepada salah seorang Pemimpin Negara China.
“Tampaknya Anda senang memelihara Kucing. Kalau boleh bertanya, warna bulu Kucing apa yang Anda sukai?’
Sang Pemimpin menjawabnya “Benar, tapi saya tidak peduli dengan warna bulunya, yang penting Kucing itu dapat menangkap Tikus atau tidak?”
Tikus…oh…Tikus. Kucing….oh… Kucing.
Mereka sesama mahluk hidup, tetapi mereka selalu bermusuhan.
Di Thailand. Padi dimakan Tikus dan Tikus dimakan manusia.
Adakah Manusia dimakan Manusia?