Tuesday, April 20, 2010

KEJANG PADA BAYI


KEJANG pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Insiden kejang pada neonatus di Amerika Serikat belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah 80-120 pada setiap 100.000 neonatus setiap tahun.
Bagaimana terjadinya kejang?

Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus-menerus dan berlebihan.

Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu:
1. Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
2. Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
3. Defisiensi relative neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
4. Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium.

Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.
Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Perdarahan subdural
yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang
3. Gangguan metabolik.
a. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikomia), sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. Kejang lebih jarang timbul pada ibu penderita diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
b. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita hiperparatiroidisme.
c. Kekurangan natrium (Hiponatremia)
d. Kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
e. Kelainan metabolik lainseperti:
• Ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejangyang resistan terhadap antikonvulsan.
Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang intrauterin dan lahir dengan meconium staining
• Gangguan asam amino

Kejang pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan manifestasi neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino.
1. Infeksi sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal
a. Infeksi bakteri
Meningitis akibat infeksi group B Streptococcus, Escherechia coli, atau Listeria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan.
b. Infeksi nonbacterial
Penyebab nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh herpes simplex, cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan infeksi intrakranial dan kejang.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.