Tuesday, April 20, 2010

Minta di doakan






Sebenarnya saya agak segan menulis kisah ini.
Kenapa? Kisah ini menyedihkan. Siapapun yang punya hati nurani pasti akan meneteskan air mata.

---

Beberapa minggu yang lalu, datang berobat seorang Ibu Ny. L, 60 tahun. Ia datang diantar oleh putranya Tn. A, 38 tahun.

Penyakit Ny. L sebenarnya ringan saja yaitu Flu dan agak kurang tidur. Setelah memeriksa dan membuat resep saya, bertanya kepadanya “Ini siapa, Bu?”

Ny. L menjawab “Ini anak saya, Dok. Anak saya sebenarya sudah berkeluarga dan mempunyai seorang putra, 2 tahun.” Matanya berkaca-kaca.

Saya heran, mengapa ia sedih, murung setelah berkisah tentang putramya.

Saya bertanya “Emang kenapa sampai begitu, Bu?”

Ny. L melanjutkan kisahnya “Begini, Dok. Putra saya ini 3 tahun yang lalu menikah dengan seorang wanita asal Jakarta. Mereka dari keluarga berada, sedangkan keluarga kami biasa-biasa saja. Setelah mempunyai seorang putra, ayah mertuanya meminta agar anak saya menceraikan isterinya, karena katanya akan dikawinkan dengan lelaki lain yang lebih kaya.Tentu saja putra saya menolak, tetapi karena pengaruh uang akhirnya keinginan ayah mertuanya terjadi juga. Tentu saja anak saya marah, mengapa ketika dilamar setuju untuk dinikahi tetapi sekarang pernikahannya diputuskan begitu saja. Anak saya dipaksa untuk menandatangai Surat Cerainya. Akhirnya anak saya kembali ke kota ini dan hidup bersama saya kembali. Dalam pekerjaannyapun anak saya tidak mendapat gaji yang cukup walaupun kerjanya berat sampai sore, padahal majikannya masih kenalan kami juga.”

Saya termenung mendengarkan kisah seorang ayah yang diperlakukan tidak adil oleh mertuanya. Kok ada ya orang seperti itu. Entahlah dunia ini sudah terbalik-balik.

Saya memberikan kata-kata penghiburan “Ibu, sekarang keadaan hidup makin tidak karuan. Kadang untuk berbuat kebaikan pun kita mengalami kesusahan, karena banyak batu sandungan. Kalau mertuanya berbuat begitu, mungkin putrinya bukan jodoh anak Ibu. Tabahlah dan bersabarlah. Nanti Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi putra anda. Ibaratnya bila kita mengetuk pintu yang tidak dibukakan, maka Tuhan akan membukakan pintu kedua yang jauh lebih baik. Berdoalah dengan tekun. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Kalau kita hidup di jalan Tuhan, maka Tuhanpun akan memberkati kita.”

Tn. A yang duduk disamping Ibunya, duduk dengan wajah melihat ke bawah, menunduk. Matanya berkaca-kaca.

Setelah mendengar ucapan saya, Ny. L ini berkata “Dokter, bolehkah kami minta bantuannya?”

“Apa yang dapat saya lakuan untuk Ibu dan putra anda? Kalau saya bisa, saya tidak keberatan.” saya menjawab.

Ny. L melanjutkan “Dok, kami minta didoakan oleh Dokter.”

Glek……saya terkejut juga. Kalau minta diberikan resep obat dan minta digratiskan saya tidak berkeberatan, tetapi permintaannya minta didoakan sungguh suatu permintaan yang tidak biasanya.

Kalau saya seorang Rohaniawan atau Pendeta maka permintaan itu masih wajar, tetapi kalau minta didoakan oleh seorang Dokter, kayaknya kurang pas. Tetapi sebagai orang yang sudah berjanji akan membantu mereka, saya tentu saja akan membantu mereka. Setiap waktu saya berdoa untuk diri saya dan keluarga saya. Sekarang berdoa untuk Ibu L dan Tn A, tentu tidak sulit bukan?

Kejadian ini baru pertama kali terjadi selama saya buka praktik sejak tahun 1980. Rasanya agak aneh, tetapi akhirnya saya memimpin berdoa untuk ketabahan keluarga Ny. L, memohon kekuatan dan berkat dari padaNya, yang ditutup dengan kata AMIN.

Selesai mengucapkan AMIN, legalah hati kami. Semua beban rasanya sudah hilang dan hati mereka menjadi lebih kuat lagi dalam menghadapi kesulitan hidup mereka.
Ketika mereka meninggalkan Ruang Periksa dan akan memberikan uang, saya menolaknya dan berkata “Tidak usahlah, untuk beli vitamin saja di Apotik terdekat.”

Pagi itu, saya mendapat satu pengalaman lagi. Terpujilah namaMu. Amin.-

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.