Friday, November 26, 2010

Selamat jalan Oma



Jum’at 26 Nov 2010, 05.45 ketika saya sedang memeriksa Inbox saya di gmail, kedatangan Pak RT ( Pak T, 55 tahun ). Koneksi Internet rupanya sedang tidak bagus, kok lama sekali masuk ke gmail.com. Mangkel juga hati saya. Saya coba masuk ke detik.com. Bisa masuk tetapi kok lambat, tidak seperti biasanya.

Sesaat kemudian saya mendengar pintu pagar  diketok-ketok seseoerang. Ternyata Pak RT yang datang berkunjung pagi itu.
Pak RT rupanya dimintai tolong oleh salah satu warganya untuk memanggil dokter ( saya ) saat itu juga. Kata Pak RT, kakak perempuan  dari Pak M, 65 tahun, sejak tadi pagi tidak bangun-bangun. Ketika semua anggota keluarga Pak M, bangun, Ibu T ini tidak bangun-bangun seperti biasanya.

“Berapa umurnya, Pak RT?” saya bertanya kepada pak Rt
“Sudah sepuh, Dok” jawab Pak RT.

Firasat saya kalau tidak bangun-bangun, mungkin sudah pergi. Masalh hidup dan mati ada di tangan Yang Maha Kuasa. Yang penting saya datang untuk memeriksanya.

“Pak RT kalau ingin tahu seseorang masih bernafas atau tidak, letakkan sebuah cermin di depan hidungnya. Kalau ada embun di cermin itu berarti ia masih bernafas. Kalau tidak ada embun, berarti sudah tidak ada nafasnya lagi.” Kata saya menjelaskan sebuah trik untuk mengetahui seseorang masih hidup atau sudah pergi. Walauun sudah tahu ia sudah pergi, tetapi dokter juga harus dipanggil untuk dating memeriksanya dan membuat Surat Keterangan kematiannya untuk urusan pemakamannya dan membuat Surat / Akte Kematian di Kantor Catatan Sipil.

Saya periksa Ibu T yang sudah berusia 67 tahun ini. Ia masih single, tidak berkeluarga dan hidup bersama keluarga adiknya yaitu Pak M yang minta  dokter datang ke rmah mereka.

Reflex pupil: keduanya Negatip, Bunyi Jantung dan Paru: Negatip, ujung tangan dan kaki sudah dingin, suhu tubh masih terasa hangat. Berarti kepergiannya belum lama.

Saya melaporkan hasil pemeriksaan saya kepada Pak M. Rupanya Pak M ini sudah mengerti kalau kakaknya sudah pergi. Tidak ada suara tangis di keluarga ini.

Segera saya membuatkan Surat Keterangan Kematiannya. Jenasahnya akan di bawa ke rumah duka yang ada di kota kami.

Setiba di rumah saya, saya mencatat pasien yang sudah meninggal ini di Buku Catatan pasien ( Medical Record ). Saya buka amplop yang Pak M berikan kepada saya. Ada 5 lembar uang lima puluh ribuan. Ah…banyak sekali.

Saya tidak berani datang ke rumah Pak M untuk mengembalikan sebagian.
Kalau Pak M bertanya “Ada apa, Dok. Apakah fee-nya kurang?” Saya bisa malu setengah mati. Ya sudahlah rejeki tidak bisa ditolak.

Selamat jalan Oma.-

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.