Wednesday, May 25, 2011

DEVIENCE


Asosiasi Diffrerential Teori
Apakah untuk mengatasi masalah bagaimana orang belajar penyimpangan.
Teori Anomie
Jelaskan perbedaan antara tujuan sosial diterima dan availabelity sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Teori Kontrol
Apakah baik kontrol dalam atau luar againts kerja kecenderungan menyimpang.
Teori Labeling
Berarti orang berasal dari satu sama lain label, simbol, aksi, dan reaksi.
penyimpangan adalah tingkah laku yang dianggap oleh sejumlah besar orang sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas-batas toleransi.  Perilaku yang menyimpang akan terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan suatu nilai sosial-budaya daripada kaidah-kaidah yang ada untuk mencapai cita-citanya. Pudarnya pegangan pada kaidah-kaidah menimbulkan keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa kaidah ini dinamakan anomi (Emile Durkheim).
Terjadinya deviation kadang-kadang dianggap sebagai pertanda bahwa struktur sosial perlu diubah. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa struktur yang ada tidak mencukupi dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan yang terjadi.

1.      Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association ) Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.

2.      Teori Anomie Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton ada lima tipe cara adaptasi individu untuk mencapai tujuan budaya dari yang wajar sampai menyimpang, yaitu sebagai berikut :
 a.  Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat. Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras.
 b.  Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara batu yang belum biasa atau tidak umum dilakukan. Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di tempat tidak memungkinkan memperoleh gaji besar, sehingga ia melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman saja.
 c.  Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada. Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman saja.
 d.  Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seakan-akan berusaha melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan.
 e.  Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru. Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya melalui perlawanan bersenjata.

3.      Teori Kontrol
      Teori ini beranggapan bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya yakni tidak melakukan penyimpangan perilaku (baik) dan berperilaku menyimpang (tidak baik). Baik tidaknya perilaku individu sangat bergantung pada kondisi masyarakatnya. Artinya perilaku baik dan tidak baik diciptakan oleh masyarakat sendiri (Hagan, 1987). Selanjutnya penganut paham ini berpendapat bahwa ikatan sosial seseorang dengan masyarakat dipandang sebagai faktor pencegah timbulnya perilaku menyimpang termasuk penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya.
Seseorang yang terlepas ikatan sosial dengan masyarakatnya akan cenderung berperilaku bebas untuk melakukan penyimpangan. Manakala dalam masyarakat lembaga kontrol sosial tidak berfungsi secara maksimal niscaya akan mengakibatkan melemahnya atau terputusnya ikatan sosial anggota masyarakat dengan masyarakat secara keseluruhan dan akibatnya anggota masyarakat akan leluasa untuk melakukan perilaku menyimpang.



4.      Teori Labeling (Edwin M Lemert)
Teori Labeling Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
Mula2 sesorang melakukan suatu penyimpangan yang disebutnys penyimpangan primer.Akibat penyimpangan itu ia dicap sebagai pelaku (pencuri, pemerkosa,pemabuk dll).Sebagai tanggapan terhadap pencapan itu maka si pelaku kemudian mendefinisikan sebagai penyimpang dan mengulangi perbuatannya melakukan penyimpangan sekunder sehingga mulai menganut suatu gaya hidup menyimpanh yang menghasilkan suatu karer menyimpang.
Suatu studi mengenai proses labeling pernah dilakukan William J.Chambliss terhadap perilaku kenakalan remaja yang menjadi siswa suatu sekolh menengah atas di AS.Dalam penelitian selama 2 tahun Chambliss mengamati bahwa delapan orang siswa kulit putih dari keluarga baik2 kalangan menengah secara terus-menerus terlibat dalam kenakalan remaja. Namun kenakalan para pemuda yang oleh Chambliss disebut Saints ini kurang diketahui masyarakat sehingga mereka dianggap sebagai anak “baik2”.Mereka pun melakukan kenakalan dengan hati2 sehingg ajarang ditindak polisi.
Pada sekolah menengah atas yang sama terdaftar pula enam orang siswa dari kalangan kelas bawah yang oleh Chambliss disebut Roughnecks. Meskipun kenakalan yang dilakukan remaja yang kira2 sebaya dengan para Saints ini tidak banyak berbeda dengan kenakalan para saints namun masyarakat menganggap para roughnecks sebagai suatu geng remaja yang bermasalah.Mereka sering berurusan dengan polisi.
Saints dianggap sebagai remaja yang baik dengan masa depan cerah sedangkan para rouhnecks dinilai sebagai remaja nakal yang menuju ke dunia kejahatan.
Menurut Chambliss tanggapan komunitas memperkuat pola penyimpangan para roughnecks, ,memperkuat citra diri mereka senbagai penyimpang.Akibatnya adalah bahwa sebagian besar dari mereka akhirnys memang terjerat dalam dunia penyimpangan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.