Friday, May 13, 2011


Massa merusak mobil saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jl. Hasyim Ashari Jakarta. TEMPO/Bodhi Chandra
Massa merusak mobil saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jl. Hasyim Ashari Jakarta. TEMPO/Bodhi Chandra


Inilah cerita tentang gerakan yang menumbangkan Orde Baru: Reformasi 1998. Gerakan yang berawal dari rakyat yang didorong mahasiswa dan aktivis. Beberapa mahasiswa gugur, sisanya terus berjuang tanpa nama.

Beberapa aktivis reformasi yang masih tersorot media justru menunjukkan kinerja yang bertolak belakang dengan apa yang mereka perjuangkan


Ratusan komentar datang dari pembaca Yahoo!. Mereka menceritakan kenangan mereka pada Mei 1998. Komentar paling populer datang dari pembaca dengan nama samaran Leo Girl. Mei 1998 merupakan kejadian tersulit dalam hidupnya. “Karena krisis tahun 1998 kami terpaksa pindah ke Sulawesi, memulai kehidupan dari nol lagi,” kata dia. Dia berharap kejadian itu tak akan pernah terulang lagi di Indonesia.

Kekacauan saat itu juga dikenang Hardino, yang waktu itu bekerja di sebuah perusahaan asing di Jakarta. Dia menyaksikan api membara di sepanjang Jl Daan Mogot. "Banyak saudaraku Tionghoa dirampas mobilnya dan diminta begitu saja. Saya sedih tapi tidak bisa berbuat apa-apa," kata Hardino. Menurutnya, perampas itu nampaknya bukan orang di sekitar kampung yang dilaluinya.

Andreas Imon meminta pemerintah dan TNI bertanggung jawab atas terjadinya pemerkosaan dan penjarahan terhadap warga keturunan Cina. Dia menilai selama ini pemerintah mengingkari kenyataaan yang telah terjadi. Komentar Andreas diamini 35 pembaca lain.

Seorang lagi pembaca bernama Chandra menilai, reformasi telah dimanfaatkan untuk melakukan penindasan terhadap warga keturunan Cina. Kerugian materi tak sebanding dengan hancurnya masa depan korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Sebagian pembaca tak yakin keadilan dapat ditegakkan. Mereka pesimis terhadap kinerja pemerintah mengungkap kejahatan itu. “Dusta ini mungkin hanya bisa diperdebatkan dalam pengadilan Tuhan,” kata Andreas dan beberapa pembaca lain.

Mantan mahasiswa masa itu, Setiabudi mengaku sakit hati mengenang masa reformasi. “Sia-sia perjuangan saya dan kawan-kawan, toh hasilnya hanya pepesan kosong. Arah pemerintah sekarang makin tak jelas,” kata dia. Keprihatinannya terutama ditujukan pada DPR yang hanya memperjuangkan diri sendiri.

Sementara itu, pembaca Yahoo! bernama Michael menyatakan salut terhadap aktivis yang sampai sekarang terus berjuang di jalan lurus dan tak ikut-ikutan korupsi. Sedangkan pembaca lain bernama Ilham mengatakan, banyak mantan aktivis yang hanya mencari perhatian untuk keuntungannya sendiri.

“Saat sudah menjadi pejabat berbicara masih berjuang atas nama rakyat dengan ‘topeng’ masa lalu. Padahal di belakangnya kita tidak tahu ada maksud apa,” kata Ilham yang disetujui lima pembaca lain.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.