Tuesday, July 5, 2011

RESENSI ( NOVEL ) HAFALAN SHOLAT DELISA


Mengharukan.

Itulah kata yang sempat aku ucap seusai membaca buku yang sederhana ini, namun kaya makna.
Begetar. Tubuhku bergetar di saat membacanya lembar demi lembar.

Aku memang suka membaca novel-novel karya tere-liye yang unik, namun menyentuh. Sampai-sampai, aku ingin mempostingan beberapa unek-unekku mengenai novel-novelnya lewat blog ini, beefamilys blog.
Baikalah, kali ini aku ingin membagi ilmu bacaan novel HFALAN SHOLAT DELISA buat beeloverz semua. Sebelumnya aku juga pernah menceritakan novel tere-liye yang BURLIAN ( sereal anak-anak mamak ). Mungkin bisa membuka hati kita semua untuk menyadari bahwa kita adalah makhluk Allah yang masih lalai dan sadar atau tidak, kita masih tidak mensyukuri segala pemberian Allah.

DELISA, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang tinggal bersama ummi dan ketiga kakak-kakaknya, namun ayahnya bekerja ke luar negri dan setiap beberapa minggu sekali ia pulang untuk berkumpul bersama keluarga tercintanya.

Kala itu Delisa sedang menghapal bacaan sholat untuk di setorkan kepada Bu nur. Guru terbaiknya. Jika delisa lulus maka ummi delisa akan memberikan hadiah berupa kalung yang dibelinya bebrapa minggu bersama delisa di pasar. Delisa belum bisa menyentuh kalung itu sebelum ia menyelesaikan bacaan solatnya.
Hingga akhirnya, kejadian yang tak terduga-duga dan benar-benar di luar rencana, datang dengan cepatnya. TSUNAMI. Ya, delisa terseret kesana kemari terbawa arus tsunami yang keruh, dimana-mana air. Namun, ia masih hidup. Walau ia terkapar sendirian di pinggir jalan dengan salah satu kaki yang putus. 7 hari 7 malam ia hanya bisa merintih air matanya habis sudah, setelah itu ia pingsan, begitu seterusnya hingga ia di temukan oleh seorang koloner utusan dari Amerika untuk membantu bencana Tsunami di aceh. akhirnya delisa cepat-cepat di bawa kerumah sakit, dan nyawanya terselamatkan. Namun kakak-kakaknya telah mendahuluinya. 

Meninggal. Sedangkan mayat ummi masih belum di temukan. Ayah yang sedang bekerja di luar negri segera datang ke aceh dan sedih meratapi semuanya. Kini rumahnya rata dengan tanah, tak ada lagi sisa-sisa kebahagiaan yang selama ini di tempuh bersama keluarhanya. Dan hingga akhirnya abi delisa dapat bertemu dengan delisa. Delisa tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain abinya dan Allah yang selalu memrhatikanya.

Segala lika-liku hidup delisa jalani dengan penuh sabar dan kedewasaan, bahkan kedewasaan delisa lebih cepat dari yang seharusnya ia menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan ceria. Ia tenggal di tenda-tenda pengungsian di aceh bersama ayahnya. Hingga akhirnya ayahnya membangun kembali runah yang telah rata itu. Untuk membuka lembaran baru bersama delisa. Dan disaat delisa benar-benar hafal bacaan solatnya, dan menyambung kembali sujudnya yang tertinggal karena kejadian tsunami. Ia menangis.

Di akhir cerita, delisa menemukan kalung yang selama ini ia impikan. Kalung bergantungkan huruf D. untuk Delisa. Tapi. Bukan itu yang ia tangisi, kalung itu di pegang oleh sosok tubuh yang lunglai yang hanya terlihat putih tulangnya. Dan itu adalah ummi. Ummi yang selalu delisa rindukan, ummi yang hanya bisa ia temui di dalam mimpi.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.