Tuesday, March 20, 2012

Pasien ngatur Dokter



Kemarin pagi pukul 07.00 saat saya nyiram tanaman di halaman depan rumah, datang seorang bapak, sekitar 35 tahun mengantar putranya, sekitar 5 tahun.

Bapak ini bertanya “Pak, ibu Dokternya ada? ( isteri saya )”
Saya menjawab “Ada, bapak mau berobat?”
Dia menganggukkan kepalanya.

“Baik, kalau mau berobat silahkan bapak tunggu dulu di ruang tunggu. Ibu dokter pukul 07.30 sebentar lagi, bisa memeriksa putra bapak” kata saya.
Bapak ini  berkata lagi “Kalau sekarang bisa tidak?”
“Isteri saya sedang mandi, Bapak tunggu saja dulu. Sekarang masih pukul 07.00, belum buka.”

Ketika saya melihat pintu masuk rumah saya melihat isteri saya berdiri memegang sebuah Gunting. Rupanya isteri saya akan mengambil daun Pandan  di halaman depan rumah.
Saya masuk rumah dan bertanya kepada isteri saya ( yang juga dokter umum ) “Itu ada pasien yang  mau berobat sekarang, apakah bisa diperisa ?”
“Iya boleh, tapi saya mau ambil Daun Pandan dulu untuk masak” isteri saya menjawab.

---
Saat saya masuk rumah, terdengar dering telepon.

“Halo, met pagi” saya menjawab telepon.
“Saya mau berobat, apakah bisa?” terdengar suara seorang wanita.
“Bisa, nanti pukul 07.30.”
“Saya mau berobatnya sekarang, bisa tidak.” Dengan nada tinggi. Mungkin dia mengira bahwa lawan bicaranya adalah pembantu rumah kami.

Saya berkata lagi “Isteri saya bisa  periksa anda nanti pukul 07.30, sebentar lagi. Silahkan anda datang.”
Ketika dia mendengar “isteri saya”, berarti lawan bicaranya adalah suami Ibu dokter yang dimintai tolong untuk memeriksanya. Dia tahu bahwa suaminya juga seorang dokter.
“Iya sudah, nanti sebentar lagi saya datang ya Dok” dengan nada lebih rendah.
---
Dari contoh 2 kasus ini tampak ada kesan pasien ingin ngatur dokternya. Kalau tidak sabar dan mau melayani maka ceritanya  bisa panjang. Saya bersyukur bahwa  puluhan tahun melayani masyarakat menjadikan kami sudah terbiasa menghadapi pasien yang panik atau dalam keadaan gawat darurat ( luka bakar tersiram air panas, luka akibat kecelakaan lalu lintas, anak kejang dan lain-lain ).

20 tahun yang lalu dimana jumlah dokter masih belum banyak, pasien segan menelepon dokter. Apalagi bicara dengan nada keras. Mungkin masih ada perasaan enggan.

Keadaan itu sekarang sudah banyak berubah. Komunikasi lewat telepon atau handphone atau SMS sudah mewabah sehingga: Siapa saja, Kapan saya, dan Dimana saja, kita dapat saling berkirim pesan, baik SMS atau Electronic mail ( email ). Dalam bilangan 5 menit kiriman SMS kepada putra kami di kota Sydney, Australia sudah mendapat jawaban dari putra kami. Luar biasa….

Ada seorang pasien saya yang pernah di rujuk ke sebuah Hospital di Singapore berkata “Terima kasih, Dok. Saya sudah diberi advis berobat ke Singapore.”
“Emang kenapa, Pak” saya bertanya ingin tahu.
“Setelah diperiksa, diperiksa Laboratorium dan diberi resep obat, saya pulang ke Indonesia. Saat saya ingin bertanya tentang cara minum obat melalui nomer handphone yang tertera di Kartu Namanya, dokter saya itu langsung menjawab dan bicara dengan saya. Padahal saat itu sudah malam hari sekitar pukul 22.00. Saya puas dengan pelayanan dokter saya itu. Luar biasa dokter itu mau bicara dengan saya, meskipun kami berada di Negara yang berbeda” kata pasien saya itu panjang lebar.

---

Benar kita patut berterima kasih atas kemajuan Tehnologi Informasi.
Kalau dahulu kita  saling berkirim Telegram untuk mengirim pesan penting, saat ini kita dapat kirim pesan lewat SMS, MMS atau email baik melalui Smartphone, Laptop, Netbook atau Desktop. Sambil melihat TV atau duduk di Ruang Keluarga rumah kita, maka pesan itu sudah terkirim.

Saat ini
  1. Pelayanan Telegram sudah ditutup karena  sudah banyak orang tidak mau memanfaatkan Telegram lagi. Lebih nyaman via SMS dari sebuah Handphone.   
  2. Kiriman Kartu Natal, Tahun Baru, Idul Fitri Uang Tahun melalui jasa pos juga sudah berkurang banyak. Penjualan Perangko sudah berkurang. Kirim SMS  lebih cepat dan lebih murah, apalagi sudah ada bonus dapat SMS sekian banyak setelah isi ulang pulsa handphone sekian rupiah. Promisi yang luar biasa.
Selamat pagi.-

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.