Monday, August 6, 2012

Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga merupakan penyakit keturunan, sama halnya dengan penyakit Ashma bronchiale.

Hipertensi ada 2 golongan yaitu Hipertensi primer dan Hipertensi sekunder.
Pada Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya merupakan 95 % dari seluruh Hipertensi. Hipertensi primer disebut juga sebagai Hipertensi esensiil atau Hipertensi ideopatik.

Hipertensi sekunder atau Hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain, seperti penyakit Ginjal, tumor Feokromositoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Obat untuk Hipertensi telah diuraikan dalam Blog ini dalam artikel “Losartan dan Disfungsi ereksi”.
---
2 hari yang lalu datang berobat Pak T, 60 tahun. Pak T adalah pasien langganan saya, yang menderita Hipertensi.

Keluhan Pak T adalah kepala sedikit pusing. Sudah lama Pak T tidak kontrol ulang Hipertensinya.

Pada pemeriksan tekanan darahnya : 160/90 mmHg. 2 bulan terakhhir saat ia kontrol tekanan darahnya : 130/80 mmHg.

Saya berkata “Pak T tekanan darahnya naik lagi nih.”
Pak T bertanya “Berapa, Dok?”
Saya menjawab “160/90, Pak. Rupanya Bapak tidak minum obat lagi ya?”

Pak T berkata “Terakhir saya kesini kan tekanan saya sudah normal, Dok.”
Saya menjawab “Benar, tetapi meskipun tekanan darahnya sudah normal, obat anti hipertensinya tetap harus diminum, Pak.”

“O..begitu ya.”

Rupanya bila tekanan darahnya sudah normal, pasien tidak perlu minum obat lagi. Hal ini sering terjadi juga pada pasien-pasien Hipertensi lainnya. Yang benar adalah minum obat anti Hipertensi harus dalam jangka panjang, praktis seumur hidup.

“Benar, Pak. Bapak harus terus minum obatnya agar tekanan darah Bapak tidak naik lagi dan tetap normal. Ini saya berikan resep obat untuk Bapak yang harus Bapak minum. 1 bulan lagi Bapak harus kontrol tekanan darah,” sambil menyerahkan kertas resep obat kepada Pak T.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.