Monday, June 27, 2011

K L L


He…he…singkatan apa lagi nih.
KLL atau Kecelakaan Lalu Lintas. Peristiwa ini setiap hari dapat terjadi di jalan raya.

Pak S, 60 tahun biasa mendampingi saya  sewaktu saya bertugas memeriksa kesehatan Opa dan Oma di Panti Wreda.

Hari Jum;’at yang lalu saat saya datang ke Panti dan berhadapan dengan Pak S, tampaknya ada yang beda. Ah…dagu Pak S in ada luka lecet yang hampir mengering. Luka ini membuat wajahnya agak beda dari biasanya.

Dalam Ruang Periksa sebelum saya memeriksa Opa dan Oma saya bertanya kepada Pak S “Pak, mengapa dagunya ada luka?”

Pak S berkisah, katanya beberapa hari yang lalu saat ia naik Sepeda motor melintas di jalan Anu, ia terjatuh. Disana sedang ada perbaikan jalan. Pada area tertentu ada bekas galian alat berat dan disampingnya tampak setumpuk tanah galian. Roda Sepeda motornya masuk ke lubang galian dan Pak S terjatuh. Dagunya menimpa  tanah dan ada luka lecet diameter sekitar 2 Cm.

Ah..ada-ada saja. Padahal katanya, Pak S sudah berhati-hati mengendarai Sepeda motor itu. Namun KLL dapat menimpa siapa saja pengguna jalan.

Saya bertanya “Pak, bagaimana dengan Sepeda Motor Bapak? Rusak parah?”

Pak S tersenyum “Kalau Sepeda motor saya, tidak apa-apa, Dok. Tidak ada yang rusak sama sekali, yang rusak justru dagu saya. He..he..”

Pasien yang masih dapat tersenyum dan he…he…berarti tidak sakit berat.
Saya tidak menyatakan hal ini kepadya, khawatir  saya dianggap ngeledeknya.

Pak S adalah Pensiunan Perawat yang bekerja di salah satu Rumah Sakit di kota Bandung. Ia dapat mengobati luka lecet tsb dan ia tidak minta resep apapun dari saya.

Saya berkata kemudian “Pak S, lebih baik motornya yang rusak ya dari pada Dagu Bapak yang luka.”

Pak S “he..he..iya aneh. Motor sama sekali tidak rusak, tetapi kok saya  yang luka.”

---

Putri kami, N, anak bungsu kami, ketika beruur 17 tahun pernah disuruh oleh Ibunya untuk belajar mengemudikan Sepeda motor dahulu sebelum belajar mengemudikan mobil.

N menjawab “Tidak mau, Mah.”

“Kenapa tidak mau?” Ibunya bertanya dengan heran. “Kalau mau mengemudikan mobil  tentu harus bisa mengemudikan Sepeda motor dahulu. Ada tahapannya”

“Saya tidak mau. Takut terjatuh dan badan saya luka. Saya maunya langsung belajar mengemudikan mobil saja”

“Alasannya apa?” Ibunya bertanya dengan bersemangat. Ia berpikir anak ini agak aneh, mau bisa langsung drive mobil. Ibarat Balita, sebelum bisa berlari ia harus belajar merangkaak, berdiri, berjalan dengan pegangan, berjalan dan dapat berlari. Mana ada Balita yang dari duduk, bisa langsung berlari? Semua ada tahapannya.

Pikiran saya melayang belasan tahun yang lalu. Mengingat-ingat tahapan N, belajar berjalan. Putri kami ini saat sudah bisa duduk di lantai, ia tidak merangkak dahulu, tetapi ia langsung belajar berdiri dan beberapa hari kemudian ia sudah dapat berjalan dan berlari. Jadi ada tahapan  tertentu yang ia lewati. Kalau sekolah dari kelas 1 langsung ke kelas 3, tidak belajar di kelas 2 lagi. Begitu kira-kira.

N melanjutkan dan menjawab pertanyaan Ibunya “Mah, belajar naik Sepeda motor kalau terjatuh, maka  badan saya akan luka atau lecet. Saya tidak mau badan saya luka akibat terjatuh dari Sepeda motor. Kalau saya belajar mengemudikan mobil, seandainya mesin mobilnya mati saya tidak akan terjatuh atau bila ada orag yang menabrak  saya, maka yang penyok tentu badan mobil dahulu. Badan saya tidak luka. Tentu akan lebih aman bagi badan saya.”

Glek……Ibunya dan saya terhenyak!. Ada benarnya juga sih. Ya sudah besok langsung belajar drive mobil. Setelah 2 minggu diajari Ibunya, N sudah dapat mengemudikan mobil Minbus Panher kami. Ia sudah dapat  drive mobil keluar masuk  garasi.

Saat ini N, sudah mahir drive mobilnya di kota Sydney.
Mungkin lebih mahir dari Ibunya. Maklum usianya jauh lebih muda dari Ibunya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.