Friday, June 24, 2011

Orang tua marah kepada anak


( foto ilustrasi )

Sore ini datang berobat Pak S, 84 tahun. Ia diantar oleh putranya yang sulung, dengan naik sepeda motor. 3 tahun yang lalu, ia pernah berobat dengan Hipertensi. Setelah itu ia tidak pernah datang lagi untuk kontrol. Istri pak S sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Sore ini keluhannya: susah tidur ( insomnia ), tidak kuat berjalan jauh, ada ada luka lecet di kulit punggungnya.

Setelah diperiksa dan diberi resep obat. Pak S curhat kepada saya.

“Dok, saya mau ngobrol sebentar, boleh engga?” Ia meminta kepada saya.

Saya menjawab “Pak, silahkan kalau  ada yang  mau di utarakan kepada saya. Saya siap mendengarkan. Apa masalah Bapak?”

“Kenapa ya Dok sekarang, anak-anak saya  terlalu ikut campur dengan apa yang akan saya lakukan.”

“Maksud Bapak, bagaimana? Bisa lebih rinci lagi, Pak “ saya menjawabnya.

“Tadi sewaktu saya mau berobat kepada Dokter Basuki, saya bilang kepada putra saya, bahwa saya akan naik Becak saja, tidak usah diantar lagi. Putra saya  akhirnya menyarankan agar saya diantar naik sepeda motor saja agar ada yang menemani datang ke tempat dokter. Kalau saya mandi malam hari, putra saya melarangnya, padahal saya masih kuat mandi air dingin. Kalau bangun malam hari mau pipis, putra saya melarang untuk  pipis di kamar mandi yang jaraknya agak jauh dari kamar tidur saya. Katanya pipisnya di  pispot saja, agar lebih dekat. Saya kan masih kuat jalan dan masih dapat melakukan apa-apa sendiri. Mengapa saya mesti di atur-atur oleh anak saya?” Pak S berkisah dengan wajah yang kusut. Emang rambutnya kusut ( mungkin tidak sempat disisir sebelum berangkat ) dan rambut sudah banyak beruban.

Saya diam sejenak. Mau bicara apa kepada Pak S ini.

Saya melanjutkan “Benar, Pak. Saat ini orang tua tidak dapat ngatur anak, tetapi anaklah yang ngatur orang tua. Mungkin jaman sudah berubah. Iya benar sudah berubah, kan? Dahulu, anak-anak masih kecil. Orang tua yang merawat dan mengatur anak-anak. Sekarang orang tua sudah S3 ( Sudah Sangat Sepuh, 84 tahun ),  tenaga sudah jauh berkurang, kesehatan sudah menurun banyak. Sebenarnya sih nafsu masih besar, tetapi tenaga sudah kendor. Bapak saat ini sedang mengalami Stres atau perubahan. Semua di dunia ini ada masanya. Ada masa kecil, ada masa tua. Ada masa senang dan ada masa sedih. Ada masa muda dan ada masa tua. Itulah yang sedang terjadi pada diri Bapak saat ini. Jadi wajar saja. “

Kepala Pak S mengangguk-angguk, tanda setuju dengan ucapan saya.

“Sebenarnya saya tidak setuju begitu.” Pak S membela diri.
Berbicara dengan orang yang S3 mesti sabar, lebh banyak mendengarkan.

Wah ngobrolnya bisa panjang nih…saya membatin. Saya ingin mengetahui apa pembelaan Pak S selanjutnya.

“Bapak maunya bagaimana?” saya bertanya kepada Pak S.

Pak S tampak bingung juga, mau jawab apa? Setelah berpikir, akhirnya Pak S berkata lagi “Yang saya mau adalah, anak-anak tidak usah ngatur-ngatur saya, karena saya masih dapat melakukanya sendiri.”

Saya menjawab “Itu kata Bapak, ditinjau dari sudut pandang Bapak benar, tetapi ditinjau dari sudut pandang anak-anak, itu tidak benar. Orang tua yang sudah sepuh, wajib dirawat oleh anak-anaknya. Sudah  kewajiban anak-anak untuk merawat Ayahnya yang sudah sepuh. Saat mereka masih anak-anak, maka sudah kewajiban orang tua yang merawat anak-anak. Sekarang terbalik. Sudah waktunya Bapak dirawat oleh anak-anak. Fisik Bapak kan sudah tidak muda lagi. Bapak jalan jauh sudah tidak sanggup, kan lebih baik dibonceng naik sepeda motor dan ada yang antar kemana Bapak mau jalan. Bapak mandi malam hari dengan air dingin, itu untuk apa. Kan  pagi hari, Bapak nanti bisa mandi juga dengan air hangat lagi. Kenapa Bapak mesti mandi malam hari? Dan apa perlunya? “ saya mendebat pendapat Pak S ini.

Akhirnya ia bertanya “Dok, seharusnya bagaimana?”

Saya menjawab lagi “Kalau saya jadi Bapak, maka saya akan menuruti pendapat anak-anak. Tidak ada salahnya, sudah kewajiban anak-anak dan semua di dunia ini ada waktunya. Berangsur-angsurlah Bapak berubah, maka semua akan berjalan dengan baik. Usia Bapak saat ini sudah 84 tahun. Tidak banyak orang yag berumur seperti Bapak yang masih dapat berjalan, masih dapat  mandi sendiri dan lain-lainnya untuk melayani diri sendiri. Bila anak-anak ngatur-ngatur Bapak, bukan berarti mereka benci kepada Bapak, tetapi mereka care atau peduli kepada Bapak sebagai orang tuanya.”

Sebelum Pak S dan putranya meninggal Ruang Periksa, mereka  menyalami saya dan mengucapkan terima kasih.

Saya berkata “Semoga Bapak tetap sehat dan hati-hatilah di jalan.”

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.