Saturday, June 18, 2011

Menolak Rejeki



Kisah ini merupakan contoh lain dari “Berbuat baikpun, ternyata tidak mudah.”

3 hari yang lalu saya bermaksud akan membeli beberapa karung plastik Tanah yang sudah diberi Pupuk di sebuah Kios Tanaman di sebuah jalan, sekitar 1,5 Km jaraknya dari rumah kami.

Tanah itu akan kami pergunakan sebagai pengisi pot tanaman. Kami akan menambah pot tanaman di halaman depan rumah.

Saya merencanakan membeli Tanah itu setelah selesai praktik pagi. Saya berjalan kaki menuju tempat Becak yang menunggu penumpang  dekat rumah kami. Ada 3 Abang Becak yang sudah saya kenal dan menjadi langganan saya.

Saya mendapat kabar bahwa Pak O sedang mengantar saudaranya ke Bandung.

Saya bertanya kepada Pak J “Pak, nanti pukul 10.00 bisa engga antar saya ke Kios tanaman?”

Pak J menjawab “Wah..tidak bisa Dok, sebab pukul 09.30 saya harus antar barangnya Ibu Minah ( bukan nama sebenarnya ) ke sebuah pasar.”

“O..ya sudah. “ jawab saya.

Kepada Pak E yg berdiri di sebelah pak J, saya bertanya “Pak, bisa engga antar saya?”

Pak E bertanya “Jam berapa Dok?’

“Jam 09.45, saya tunggu di tempat praktik saya, ya.”

Pak E berkata lagi “Bisa, Dok.”

“Baik, saya tunggu ya” kata saya kemudian. Saya lega sudah dapat Becak untuk beli Tanah pupuk.

Saya menunggu kedatangan Becak Pak E. Sampai Pukul 10.15 ia tidak muncul juga. Ya sudahlah, saya akan membeli Tanahnya  saat saya pergi ke Panti Wreda dengan naik mobil Gereja kami. Sekalian jalan, tidak usah pakai Becak. Saya pikir besok jadwalnya saya ke Panti.

---

Saya membatin “Mereka akan saya beri uang, tetapi mereka menolak dengan berbagai alasan. Mereka sudah saya kenal, tetapi kok susah ya. Dari pada uang ongkos Becak diberikan kepada Abang Becak lain yang tidak saya kenal, ada baiknya bila uang itu diberikan kepada Abang Becak langganan saya saja.”

Mungkin anda juga sependapat dengan saya.

Selamat Pagi.-

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.