Monday, June 20, 2011

Penilaian seorang Opa



Jum’at, 17 Juni 2011 sesuai jadwal dengan diantar mobil Gereja saya mengunjungi Panti Wreda Kasih. Selesai melakukan pelayanan kesehatan terhadap 13 orang Opa dan Oma, seperti biasa saya mengobrol sejenak dengan Opa SPL, Ibu E ( Ibu Panti ) dan Pak S ( pendamping saya dari Pengurus Panti ).

Sudah sekitar 7 bulan Opa SPL tinggal di Panti ini. Ia menunggu selesainya pembangunan rumah putranya di kota Cirebon. Konon mulai bulan Juli 2011 Opa SPL akan meninggalkan Panti dan tinggal bersama keluarga putranya di rumah yang  baru dibangun.

Kami dari pihak Panti turut bersyukur dan berharap semoga Opa SPL betah tinggal di rumah barunya, bukan di Panti lagi, yang hanya merupakan rumah singgah saja.

Bagi kami kedatangan dan kepergian Opa dan Oma dari Panti sudah merupakan hal yang biasa terjadi dan tidak ada yang aneh. Semua ada masanya seperti yang tertulis dalam Pengkotbah 3.

Ada Opa / Oma yang baru masuk Panti. Ada pula Opa / Oma yang meninggalkan Panti karena pindah ke kota lain bersama keluarganya atau karena sudah dipanggil Tuhan.

Pada umumnya makin tinggi usia seseorang, maka sifatnya akan kembali seperti anak-anak lagi, misalnya:
  • kalau mandi perlu waktu lama, karena mereka senang bermain air.
  • kalau selera makan menurun, mesti dibujuk-bujuk agar jatah makannya mau dihabiskan
  • dll

---

Setelah ngobrol tentang kesehatan Opa SPLyang cukup baik, saya bertanya kepadanya
“Opa saya dengar bulan Juli 2011, Opa tidak tinggal di Panti ini lagi.”

Opa SPL menjawab “Benar, Dok.”

Saya bertanya lagi “Are you sure?”

Dengan mantap ia menjawab “Yes, next month I will stay in our new home.”

“O.k. I am glad to hear that” saya menjawab.

Opa  SPL selalu menganjurkan agar saya bicara dalam bahasa Inggris. Konon ia menginginkan agar saya fasih speak English. Belum pernah ada orang yang menyarankan hal seperti itu. I don’t know what is the reason.


Setelah menyeruput Teh hangat, saya bertanya lagi kepada Opa SPL “Opa, according to your oppion, who is the best people in this house?”

Opa SPL spontan menjawab “I think doctor  Basuki is the best guy in this house.”

Saya tidak menduga kalau Opa SPL akan menjawab demikian, sebab dalam melayani para Opa dan Oma disini, saya tidak membeda-bedakan, semua dilayani sama.

Lalu saya bertanya “Why you take me as the best?  I think Ms E. ( Ibu Panti ) is the best.”

Opa SPL berkata “No. No. Doctor Basuki is the best.”

Saya bertanya lagi “I would like to know, why you take me as the best. What is your reason about your choice?”

Opa SPL menjawab “You are a kind guy, a good doctor, a good speaker, always keep smiling. No body else like you. I like you very much, Doc. That is my reason.”

Mendadak  pandangan saya gelap, tidak menyangka ada seseorang yang begitu memperhatikan sikap saya dan gerak gerik saya dalam melayani para Opa dan Oma disini.

Saya berkata pelan-pelan  “Opa, thank you for your assessment. I hope another Opa and Oma  have  the same answer. I will serve another people as good as to you. Hope God bless you. Amen.”


Hari itu pengalaman saya bertambah satu lagi. Penilaian seorang Opa ini lebih berharga dari apapun  yang saya miliki saat ini.-

---

Sukses tidak ditentukan oleh banyaknya uang di dalam rekening di Bank, tetapi ditentukan oleh apa yang  ada disekitar kita.



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.