Saturday, April 7, 2012

Alergi dan Intoleransi, Perbedaan dan Cara Mengatasinya

http://indahkeluargaku.blogspot.com/2012/04/alergi-dan-intoleransi-perbedaan-dan.html



Terkadang sebagai orang tua kita selalu salah mengartikan alergi susu dengan intoleransi laktosa ataupun sebaliknya. Alergi dan Intoleransi susu pada bayi biasa terjadi saat bayi berusia diatas 6 bulan, karena pada usia tersebut, bayi memerlukan makanan pendamping lain, dan terkadang susu yang dihasilkan ibu kurang besar jumlahnya, sehingga pemberian susu formula tambahan merupakan jalan yang tepat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian ASI memang lebih baik, karena dalam ASI terkandung 80% kadar whey protein, yaitu protein yang mudah dicerna oleh tubuh, belum lagi kadar AA/DHA yang penting untuk pertumbuhan dan pembentukan membran sel, terutama pada otak dan retina. Namun saat usia bayi lebih dari 6 bulan, bayi memerlukan nutrisi lebih dan seringkali ASI dirubah atau diganti dengan susu formula, padahal banyak sekali ditemukan reaksi alergi susu atau intoleransi laktosa pada bayi, dikarenakan kandungan gizi susu formula yang berbeda dibandingkan ASI.

Apa saja perbedaan alergi susu dengan intoleransi laktosa? Berikut ini akan dijelaskan perbedaannya, yaitu:

  • Alergi Susu.
Alergi susu adalah suatu keadaan dimana bayi bereaksi negatif terhadap susu formula yang diberikan. Penyebab alergi susu adalah protein dari susu sapi. Reaksi dari alergi susu muncul setelah bayi berkali-kali minum atau makan makanan yang mengandung susu sapi, hingga pada suatu waktu dia menderita diare. Ciri lain adalah munculnya kemerahan atau rasa gatal pada tubuh setelah minum susu formula.

  • Intoleransi Laktosa.
Intoleransi laktosa adalah salah satu keadaan dimana bayi bereaksi negatif secara langsung, begitu susu formula dikonsumsi. Penyebab intoleransi laktosa adalah tidak adanya atau kurangya enzym laktase yang mencerna laktosa. Ada dua jenis intoleransi laktosa, yaitu defisiensi laktase primer, dimana diare dan gejala lainnya berlangsung sepanjang waktu, dan defisiensi laktase sekunder, yang terjadi ketika penderita mengalami gangguan usus halus atau gangguan saluran pencernaan seperti seliak, inflammatory bowel disease, dan crohn.

Adapun cara mengatasi alergi susu atau intoleransi laktosa adalah dengan uji provokasi, yaitu langsung menghentikan penggunaan susu formula, kemudian dilanjutkan dengan menambah sedikit demi sedikit takaran susu formula selama 2-3 minggu. Jika bayi tidak mengalami diare, maka susu formula bisa dilanjutkan, namun apabila penambahan sedikit saja takaran susu formula dan bayi langsung bereaksi, maka penambahan susu formula harus ditunda selama 6-18 bulan sembari menunggu tebentuknya enzym laktase pada bayi.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.