Oleh Lusia Kuis Anna
KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang pernah merajah tubuhnya dengan jarum tato akhirnya menyesal dan berniat menghapus tato tersebut. Perkembangan teknologi laser untuk menghilangkan tato memungkinkan kulit mendekati seperti kondisi semula.
"Tato sering disesali di kemudian hari. Gaya hidup juga terus berubah, sehingga apa yang tadinya dibanggakan bisa dianggap menjadi memalukan," kata Dr.Luigi Naldi, yang banyak meneliti tentang efektivitas laser penghapus tato.
Naldi mengungkapkan, sekitar 28 persen orang dewasa di Amerika menyesali tato yang dibuatnya dalam jangka waktu setahun. Jumlah orang yang memutuskan untuk menghabus tato pun terus meningkat.
Menurut Naldi, menghapus tato bukanlah prosedur yang sederhana dan mudah. Penemukan teknologi laser Q-switched memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan prosedur operasi.
Keberhasilan penghapusan tato menurut penelitian Naldi juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Dari penelitian terhadap 350 orang yang menghapus tatonya antara tahun 1995 dan 2010, ia menemukan bahwa perokok kemungkinan berhasil menghilangkan tatonya lebih kecil dibanding bukan perokok.
Dari 10 kali sesi terapi, 70 persen para perokok memiliki tingkat keberhasilan lebih kecil. Hal itu mungkin terkait dengan proses peradangan dan respon imun yang terganggu oleh rokok.
Untuk meningkatkan kesuksesan penghapusan tato, para peneliti menyarankan agar prosesnya dibagi beberapa kali dengan interval 8 minggu atau lebih.
Meski begitu tato yang ukurannya cukup besar dan memiliki lebih dari satu warna tetap lebih sulit dihapus. Demikian pula dengan tato di bagian kaki.
Tato yang cukup lama (lebih dari 36 bulan) juga memiliki masalah untuk dihapus karena makin lama tinta tato masuk ke lapisan kulit yang dalam.
"Dokter yang akan menghapus tato harus menjelaskan hal tersebut pada pasien. Orang yang berniat membuat tato juga perlu mempertimbangkan hal ini," katanya.
Naldi dan timnya mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal Archieves of Dermatology.
Penelitian lain yang dilakukan ahli dermatologi Dr.Nazanin Saedi dari Universitas Philadelphia menunjukkan jenis laser baru lebih efektif menghapus tato dibanding laser Q-switched yang selama ini dipakai.
"Laser tipe baru ini menghasilkan energi yang lebih cepat dan lebih baik," kata Saedi. Dalam penelitiannya, dengan teknik laser terbaru itu pasien cukup menjalani empat sesi terapi, sedangkan dengan laser konvensional diperlukan 8 kali.
Teknologi laser terbaru itu memang belum dipakai secara komersil, namun ini merupakan penemuan baru dalam dunia penghapusan tato dalam 20 tahun terakhir.
Walau begitu, dengan laser terbaru itu tato yang memakai warna kuning atau oranye tetap sulit dihapus karena tinta tatonya tidak menyerap gelombang laser dengan baik.
Hal lain yang perlu diketahui adalah menghapus tato bukanlah terapi murah. Apalagi dengan teknik laser terbaru. "Dengan teknologi konvensional saja bisa memerlukan 10 kali sesi terapi dan itu pun tidak bisa menghapus dengan sempurna," kata Saedi.
Sumber
Ilustrasi
KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang pernah merajah tubuhnya dengan jarum tato akhirnya menyesal dan berniat menghapus tato tersebut. Perkembangan teknologi laser untuk menghilangkan tato memungkinkan kulit mendekati seperti kondisi semula.
"Tato sering disesali di kemudian hari. Gaya hidup juga terus berubah, sehingga apa yang tadinya dibanggakan bisa dianggap menjadi memalukan," kata Dr.Luigi Naldi, yang banyak meneliti tentang efektivitas laser penghapus tato.
Naldi mengungkapkan, sekitar 28 persen orang dewasa di Amerika menyesali tato yang dibuatnya dalam jangka waktu setahun. Jumlah orang yang memutuskan untuk menghabus tato pun terus meningkat.
Menurut Naldi, menghapus tato bukanlah prosedur yang sederhana dan mudah. Penemukan teknologi laser Q-switched memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan prosedur operasi.
Keberhasilan penghapusan tato menurut penelitian Naldi juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Dari penelitian terhadap 350 orang yang menghapus tatonya antara tahun 1995 dan 2010, ia menemukan bahwa perokok kemungkinan berhasil menghilangkan tatonya lebih kecil dibanding bukan perokok.
Dari 10 kali sesi terapi, 70 persen para perokok memiliki tingkat keberhasilan lebih kecil. Hal itu mungkin terkait dengan proses peradangan dan respon imun yang terganggu oleh rokok.
Untuk meningkatkan kesuksesan penghapusan tato, para peneliti menyarankan agar prosesnya dibagi beberapa kali dengan interval 8 minggu atau lebih.
Meski begitu tato yang ukurannya cukup besar dan memiliki lebih dari satu warna tetap lebih sulit dihapus. Demikian pula dengan tato di bagian kaki.
Tato yang cukup lama (lebih dari 36 bulan) juga memiliki masalah untuk dihapus karena makin lama tinta tato masuk ke lapisan kulit yang dalam.
"Dokter yang akan menghapus tato harus menjelaskan hal tersebut pada pasien. Orang yang berniat membuat tato juga perlu mempertimbangkan hal ini," katanya.
Naldi dan timnya mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal Archieves of Dermatology.
Penelitian lain yang dilakukan ahli dermatologi Dr.Nazanin Saedi dari Universitas Philadelphia menunjukkan jenis laser baru lebih efektif menghapus tato dibanding laser Q-switched yang selama ini dipakai.
"Laser tipe baru ini menghasilkan energi yang lebih cepat dan lebih baik," kata Saedi. Dalam penelitiannya, dengan teknik laser terbaru itu pasien cukup menjalani empat sesi terapi, sedangkan dengan laser konvensional diperlukan 8 kali.
Teknologi laser terbaru itu memang belum dipakai secara komersil, namun ini merupakan penemuan baru dalam dunia penghapusan tato dalam 20 tahun terakhir.
Walau begitu, dengan laser terbaru itu tato yang memakai warna kuning atau oranye tetap sulit dihapus karena tinta tatonya tidak menyerap gelombang laser dengan baik.
Hal lain yang perlu diketahui adalah menghapus tato bukanlah terapi murah. Apalagi dengan teknik laser terbaru. "Dengan teknologi konvensional saja bisa memerlukan 10 kali sesi terapi dan itu pun tidak bisa menghapus dengan sempurna," kata Saedi.
Sumber
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.