Friday, September 14, 2012

Kampus UMN Perkenalkan Teknologi "Double Skin"

KOMPAS IMAGES/MAZMUR A SEMBIRING - Kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Serpong, Tangerang, Banten.

TANGERANG, KOMPAS.com - Perancang gedung tersebut, Budiman Hendropurnomo, mengatakan bahwa penghematan energi dalam gedung ini dapat mencapai 49 persen, jika dibandingkan dengan pemakaian energi di gedung yang tidak hemat energi. Budiman berani membuktikannya.

Konsep gedung New Media Tower bukan hanya tampak unik. Gedung dengan bentuk oval menyerupai telur ini juga memanfaatkan teknologi sederhana, namun efektif untuk mengurangi pemakaian energi.

Lapisan berwarna abu-abu di bagian terluar gedung ini merupakan salah satu ciri khas New Media Tower dan gedung-gedung lain di kompleks UMN. Lapisan ini disebut dengan atau "kulit luar". Enam gedung dalam komplek UMN ini akan rampung pada 2028 mendatang.
Hampir sama seperti apa yang dilakukan pada Edogawa Garage Club di Jepang, gedung baru UMN ini juga "melapisi" gedungnya dengan teknologi double skin facade. Dengan demikian, teknologidouble skin telah resmi sampai dan digunakan di Indonesia.

Budiman mengatakan, teknologi double skin pada New Media Tower merupakan salah satu upaya mengurangi efek teriknya sinar matahari. Double skin memanfaatkan material aluminium perforatedyang didesain dengan pola tertentu. Pola ini mampu membantu mereduksi panas matahari langsung.
"Selain itu juga memberikan penerangan yang optimal terhadap ruang-ruang kelas di dalamnya," ujar Budiman di sela peresmian gedung baru New Media Tower di kampus UMN, Serpong, Tangerang, Sabtu (8/8/2012).
Pemakaian aluminium perforated "menghalangi" 50 persen cahaya yang masuk ke jendela kaca  pada "kulit kedua" yang berbentuk jendela jungkit. Kulit dalam ini dapat dibuka dan ditutup untuk kebutuhancross ventilation.
Di antara kedua kulit tersebut terdapat jarak 70 cm untuk mempermudah pembersihan kaca. Selain itu, jarak ini juga memudahkan pergerakan untuk membuka jendela jungkit. Budiman menegaskan, penggunaan double skin yang seolah "menutup pemandangan" dari dalam gedung ini adalah langkah tepat.
"Mulai banyak gedung perkuliahan menggunakan kaca. Ternyata gedung perkuliahan menggunakan kaca tidak terlalu cocok, khususnya untuk ruang kuliah. Akhirnya ditutup korden juga karena terlalu silau," kata Budiman. 
"Gedung-gedung kaca biasanya membuat penerangan terlalu terang dan energi yang digunakan untuk AC juga terlalu besar," ujarnya.
Menurut dia, karyawan dalam gedung perkantoran juga membutuhkan jendela-jendela besar agar dapat melihat pemandangan di luar. Ini dilakukan sekedar mencari inspirasi atau menghilangkan stres menghadapi runititas sehari-hari.
Namun, berbeda dengan gedung perkantoran, fokus yang ingin dicapai dalam kegiatan perkuliahan justru lain. Dalam kegiatan belajar-mengajar, mahasiswa seharusnya berkonsentrasi penuh pada materi, bukan pemandangan. Terlebih lagi, banyaknya cahaya masuk ketika menggunakan proyektor dalam kegiatan belajar justru akan menyulitkan.
"Dengan menggunakan double skin, pendingin udara hanya dialirkan pada ruang-ruang kelas. Lorong-lorong di luar kelas tidak memerlukan pendingin udara, karena angin dapat lewat dengan bebas," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Universitas Multimedia Nasional (UMN), Sabtu (8/8/2012) kemarin, meresmikan gedung baru New Media Tower. Gedung ini berada di dalam lingkungan kampus UMN di Serpong, Tangerang. Pendiri UMN dan Harian Kompas Jakob Oetama sendiri yang meresmikan gedung tersebut dengan melepas beberapa ekor burung merpati di lantai dasar New Media Tower.

Sumber

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.