Thursday, October 18, 2012

Cervical root syndrome



Berdasarkan dari hasil evaluasi status klinik Seorang pasien laki-laki, berumur 39 tahun dengan diagnosis medis cervical roots syndrome sinistra. Setelah mendapat obat-obatan neurodex, ranitidine, dan penanganan fisioterapi berupa MWD, TENS, serta exercise selama 3 x pertemuan. Kini sudah terdapat pengurangan nyeri,peningkatan LGS, peningkatan kekuatan otot..
  1. TENS Konvesional dalam pengurangan nyeri.
Pada kasus ini pemberian TENS konvensional dengan dosis : durasi 150 ms, frekuensi 80 Hz, dengan arus kontinu serta intensitasnya normalis selama 15 menit selama 3 x terapi  didapatkan hasil :
Nyeri
Terapi Awal
Terapi Akhir
Diam
38 mm
22 mm
Gerak
67 mm
39 mm
tekan
28 mm
14 mm
Jadi pada kasus di atas didapatkan hasil bahwa TENS konvensional dapat mengurangi nyeri baik nyeri diam, gerak, maupun tekan yang di evaluasi dengan VDS yang didukung oleh penelitian Melzack dan Wall (1965) yang menyatakan bahwa TENS konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut Aβ yang selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medulla spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang control (gate control theory) yang dikemukakan oleh Pada penelitian  yang dilakukan oleh Sjolund, (1985), Woolf Mitchel dan barrett, (1980) woolf,Thompson dan king (1988) terhadap binatang percobaan menunjukkan bahwa aktivasi pada serabut aferen bermielin tebal atau berdiameter besar mampu menginhibisi reflek nociceptif meskipun telah dilakukan transeksi spinal terhadap jalanan inhibisi desenderan yang datangnya dari otak. Garrison dan foreman (1994) menunjukkan bahwa TENS secara bermakna mengurangi aktivitas sel nociceptor di kornu dorsalis saat TENS diaplikasikan pada area somatic. Ini semua menunjukkan bahwa analgesia yang dihasilkan TENS konvensional terjadi di medulla spinalis dalam bentuk inhibisi pre dan post sinapsis (Garrison dan Foramen,1996). Studi yang dilakukan oleh Duggan dan Foong (1985 ) terhadap binatang percobaan membuktikan bahwa  transmitter inhibitor gamma aminobutyric acid (GABA) ikut berperan dalam menginhibisi nyeri. Akan tetapi hal ini tidak di dukung oleh Parjoto,2002 dalam observasi klinisnya yang menunjukkan bahwa TENS menghasilkan analgesia yang terjadi dengan cepat tetapi tidak bertahan lama adalah sejalan dengan modal inhibisi sinapsis di tingkat segmental. Dari hasil evaluasi kami diperoleh pengurangan nyeri, yang mungkin hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh konvensional TENS akan tetapi juga dipengaruhi oleh efek medikamentosa.
Micro Wave Diathermy (MWD)
MWD merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan stressor panas berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik berfrekuensi 2.450 M.Hz dengan panjang gelombang 12, 25 cm. arus ini dapat menimbulkan aksi potensial terhadap akar saraf motorik maupun sensorik atau dengan kata lain tidak menimbulkan kontraksi otot. Penggunaan MWD pada kasus ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, dan memperbaiki sirkulasi darah.
Efek fisiologis dari MWD antara lain : (1) meningkatkan metabolisme sel-sel local kurang dari 13% setiap kenaikan temperature 1° C; (2) meningkatkan elastisitas jaringan 5 sampai 20 kali lebih baik; (3) menurunkan tonus lewat normalisasi nocisensorik; (4) meningkatkan sirkulasi darah perifer; (5) meningkatkan ambang rangsang dan meningkatkan konduktivitas saraf.
Terapi latihan






                                                                                               
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil evaluasi status klinik Seorang pasien laki-laki, berumur 39 tahun dengan diagnosis medis cervical roots syndrome sinistra. Setelah mendapat obat-obatan neurodex, ranitidine, dan penanganan fisioterapi berupa MWD, TENS, serta exercise selama 3 x pertemuan. Kini sudah terdapat pengurangan nyeri,peningkatan LGS, peningkatan kekuatan otot..
SARAN

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.