Oleh Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jakarta, Sama halnya dengan organ tubuh lainnya, otak juga akan mengalami proses penuaan dan penurunan kemampuan kognitif. Beruntung para ilmuwan telah menemukan sejumlah cara untuk memperlambat kondisi ini, salah satunya dengan mempelajari bahasa baru.
Studi baru dari Lund University, Swedia ini membuktikan bahwa mempelajari bahasa baru tak hanya membuat kemampuan otak seseorang tak mudah turun tapi juga menyebabkan beberapa bagian otak terus tumbuh.
Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti membandingkan kondisi otak tentara rekrutan baru dari Swedish Armed Forces Interpreter Academy dengan mahasiswa kedokteran dan ilmu kognitif dari Lund University.
Lalu para tentara baru ini diminta mempelajari berbahasa Arab, Rusia dan Dari (Afghanistan) dalam waktu 3 bulan kendati kesemuanya belum pernah belajar ketiga bahasa itu sama sekali, sedangkan partisipan mahasiswa diminta belajar lebih keras meski tidak mempelajari bahasa asing apapun. Kedua kelompok juga menjalani scan MRI sebelum studi dan tiga bulan setelah studinya rampung.
Hasilnya, struktur otak kelompok mahasiswa tidak mengalami perubahan sama sekali, sebaliknya beberapa bagian spesifik pada otak kelompok tentara mengalami pertumbuhan.
Bagian-bagian yang tumbuh itu adalah hippocampus (bagian otak dalam yang terlibat dalam proses pembelajaran hal-hal baru dan navigasi spasial) dan tiga bagian otak di dalam cerebral cortex, terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa yaitu superior temporal gyrus.
"Kami sangat terkejut ada beberapa bagian otak yang tumbuh, meski itu bergantung pada seberapa baik performa proses pembelajaran partisipan dan seberapa besar upaya mereka untuk konsisten melakukannya," terang peneliti Johan Martensson yang juga seorang mahasiswa doktoral.
Seperti dugaan sebelumnya, partisipan yang pertumbuhan hippocampus dan beberapa bagian cerebral cortex-nya lebih besar diketahui memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik ketimbang partisipan lainnya. Bahkan pada partisipan yang belajar bahasa lebih keras, pertumbuhan otaknya pun terlihat lebih besar, terutama di bagian motorik dari cerebral cortex-nya (middle frontal gyrus).
"Kendati mungkin kami tak bisa membandingkan hasil studi bahasa secara intensif yang dilakukan partisipan selama tiga minggu dengan kemampuan seseorang yang seumur hidupnya menggunakan dua bahasa (bilingual) tapi temuan ini kembali membuktikan bahwa belajar bahasa merupakan cara yang baik untuk membuat otak tetap cemerlang," pungkas Martensson seperti dilansir dari psychcentral, Jumat (12/10/2012).
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal NeuroImage. (ir/ir)
Sumber
(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Sama halnya dengan organ tubuh lainnya, otak juga akan mengalami proses penuaan dan penurunan kemampuan kognitif. Beruntung para ilmuwan telah menemukan sejumlah cara untuk memperlambat kondisi ini, salah satunya dengan mempelajari bahasa baru.
Studi baru dari Lund University, Swedia ini membuktikan bahwa mempelajari bahasa baru tak hanya membuat kemampuan otak seseorang tak mudah turun tapi juga menyebabkan beberapa bagian otak terus tumbuh.
Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti membandingkan kondisi otak tentara rekrutan baru dari Swedish Armed Forces Interpreter Academy dengan mahasiswa kedokteran dan ilmu kognitif dari Lund University.
Lalu para tentara baru ini diminta mempelajari berbahasa Arab, Rusia dan Dari (Afghanistan) dalam waktu 3 bulan kendati kesemuanya belum pernah belajar ketiga bahasa itu sama sekali, sedangkan partisipan mahasiswa diminta belajar lebih keras meski tidak mempelajari bahasa asing apapun. Kedua kelompok juga menjalani scan MRI sebelum studi dan tiga bulan setelah studinya rampung.
Hasilnya, struktur otak kelompok mahasiswa tidak mengalami perubahan sama sekali, sebaliknya beberapa bagian spesifik pada otak kelompok tentara mengalami pertumbuhan.
Bagian-bagian yang tumbuh itu adalah hippocampus (bagian otak dalam yang terlibat dalam proses pembelajaran hal-hal baru dan navigasi spasial) dan tiga bagian otak di dalam cerebral cortex, terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa yaitu superior temporal gyrus.
"Kami sangat terkejut ada beberapa bagian otak yang tumbuh, meski itu bergantung pada seberapa baik performa proses pembelajaran partisipan dan seberapa besar upaya mereka untuk konsisten melakukannya," terang peneliti Johan Martensson yang juga seorang mahasiswa doktoral.
Seperti dugaan sebelumnya, partisipan yang pertumbuhan hippocampus dan beberapa bagian cerebral cortex-nya lebih besar diketahui memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik ketimbang partisipan lainnya. Bahkan pada partisipan yang belajar bahasa lebih keras, pertumbuhan otaknya pun terlihat lebih besar, terutama di bagian motorik dari cerebral cortex-nya (middle frontal gyrus).
"Kendati mungkin kami tak bisa membandingkan hasil studi bahasa secara intensif yang dilakukan partisipan selama tiga minggu dengan kemampuan seseorang yang seumur hidupnya menggunakan dua bahasa (bilingual) tapi temuan ini kembali membuktikan bahwa belajar bahasa merupakan cara yang baik untuk membuat otak tetap cemerlang," pungkas Martensson seperti dilansir dari psychcentral, Jumat (12/10/2012).
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal NeuroImage. (ir/ir)
Sumber
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.