Sunday, October 14, 2012

Mendengarkan Keluhan Orang Bisa Bikin Otak Korslet

Putro Agus Harnowo - detikHealth

ilustrasi (foto: Thinkstock)

Jakarta, Orang yang banyak mengeluh tandanya kurang bersyukur dan bisa berakibat tidak sehat bagi mental. Tak hanya buruk bagi diri sendiri, mengeluh juga buruk bagi orang lain. Mendengar terlalu banyak keluhan ternyata bisa merusak otak.

Rasa-rasanya tidak ada orang yang suka mendengar keluhan. Selain membuat suasana hati berantakan, keluhan mempengaruhi otak sehingga membuat orang yang mendengar keluhan berperilaku seperti apa yang dikeluhkan orang lain.

Menurut Trevor Blake, penulis buku 'Three Simple Steps: A Map to Success in Business and Life', ahli saraf telah belajar mengukur aktivitas otak ketika menghadapi berbagai rangsangan, termasuk ketika menghadapi atau mendengar keluhan dalam jangka waktu yang lama.

"Otak bekerja seperti otot, lebih dari yang kita duga. Jadi jika terlalu lama mendengarkan hal-hal negatif dari seseorang, Anda lebih mungkin untuk berperilaku seperti orang itu juga," kata Blake seperti dilansir Inc.com, Minggu (26/8/2012).

Yang lebih buruk, mendengarkan terlalu banyak keluhan ternyata dapat membuat bodoh. Penelitian menunjukkan bahwa melihat hal yang negatif selama 30 menit atau lebih negatif dapat merenggangkan koneksi sel saraf di area otak yang disebut hippocampus, bagian ini sangat penting untuk memecahkan masalah.

"Biasanya, orang-orang yang mengeluh tidak ingin mendapat solusi. Mereka hanya ingin pendengarnya ikut mendukung sikap negatifnya terhadap hal yang dikeluhkan dan menyetujui pernyataannya. Dan jika pendengarnya mencoba untuk mengubah perilakunya, maka si pendengar akan menjadi target keluhan," kata Blake.

Sayangnya di dalam perusahaan dan lingkungan sosial, keluhan adalah hal yang akrab dijumpai hampir setiap hari. Untuk mengatasinya, Blake memberikan solusi, yaitu:

1. Menjaga jarak

Karena kebiasaan dan perilaku mengeluh sulit diubah, beri jarak kepada pengeluh layaknya seorang yang bukan perokok menjaga jarak dari perokok akibat paparan asapnya. Dengan demikian, keluhan yang dikeluarkan dapat diminimalisir.

2. Mintalah si pengeluh memperbaiki masalahnya sendiri

Terkadang menjaga jarak sulit diterapkan. Maka strategi kedua adalah membujuk si pengeluh untuk mengatasai sendiri masalahnya. Meskipun sebenarnya beberapa pengeluh sudah mencoba mencari solusi masalahnya, strategi ini dapat membuat si pengeluh berhenti mengeluh.

3. Membentengi diri

Ketika terjebak harus mendengarkan keluhan, gunakan teknik-teknik mental untuk memblokir keluhan. Analoginya seperti sedang berada dalam kericuhan, namun tidak menghiraukan berbagai gangguan yang datang. Bisa juga dengan membayangkan sesuatu hal yang lain yang lebih menyenangkan dan tidak menggubris keluhan yang datang.(pah/ir)

Sumber

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.